Apa yang dimaksud dengan Al-Hayyu atau Maha Hidup ?

al-Hayyu

Nilai yang terkandung di dalam al-Hayyu:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Hayyu” sebanyak 500x setiap selesai shalat fardhu. Insya Allah ia akan diberi kedamaian dan akan hilang semua rasa tertekan dan kesulitan yang ia alami.

Apa yang dimaksud dengan Al-Hayyu atau Maha Hidup ?

Kata Al-Hay berasal dari kata hayya-yahya-yahaiyyu, yang berarti hidup. Al-Hayy galibnya diterjemahkan dengan “Maha Hidup” dan “Maha Abadi”. Seperti al-Muhyi, akar kata al-Hayy berasal dari nama-nama kuno Tuhan yang dipakai oleh banyak orang samawi, yang berpusat pada bunyi nafas huruf H.

Dalam bahasa Ibrani, salah satu nama Tuhan adalah YHWH, Sang Kehidupan Abadi yang sudah, sedang dan akan terus hidup. Al-Qur’an sering menyebut Al-Hayy yang diikuti al-Qayyum, “Dia Yang Hidup kekal lagi terus-menerus mengurus makhluk-Nya”.

Kata Al-Hayy sebagai nama Allah dalam Al-Qur`an disebutkan sebanyak 5 kali, yaitu di surat al-Baqarah: 255, Ali Imran: 2, al-Furqân: 58, Thâhâ: 111, dan Ghâfir: 65.

Allah Al-Hayy, artinya Allah yang Maha Hidup, kekal, tidak mati, tidak mengantuk, dan tidak tidur. Dia hidup dengan kesempurnaan dalam Zat-Nya, sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan perbuatan-Nya. Dia-lah yang memiliki kehidupan secara mutlak, tidak tergantung, dan tidak dibatasi apa pun, sebagaimana kehidupan makhluk-Nya. Dia-lah sumber segala kehidupan yang hidup di alam semesta ini. Semua kehidupan makhluk tergantung kepada-Nya.

Allah berkalam, yang artinya,

“Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus- menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi….” (al-Baqarah: 255).

Ayat lain menjelaskan, yang artinya,

“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada Rabb Yang Hidup Kekal lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang melakukan kezaliman.” (Thâhâ: 111).

Seorang hamba yang meneladani nama Al-Hayy, selalu menjadikan Allah sebagai pusat ketergantungan dan ketundukan dalam segala usaha dan permohonan. Ia meyakini bahwa Allah-lah yang memberikan kehidupan dan yang mengurus kehidupannya. Maka, dengan kemandirian dan usaha maksimal, ia terus menghidupkan kehidupan melalui apa yang telah dihamparkan oleh Allah di alam semesta ini. Selain itu, ia juga selalu membantu sesama dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009