Apa yang dimaksud dengan Al-Haqq atau Maha Benar ?

al-Haqq

Nilai yang terkandung di dalam al-Haqq:

Barangsiapa yang beriman dan membaca “Ya Haqq” sebanyak yang ia sukai, Insya Allah akan diberi keteguhan iman serta ketaatan dalam menjalankan syariat Islam. Di samping itu juga ia akan disegani oleh setiap orang.

Apa yang dimaksud dengan Al-Haqq atau Maha Benar ?

Sebagai nama dan sifat Allah, Al-Haq menunjukkan bahwa Dia adalah yang tidak akan pernah mengalami perubahan. Dia yang mesti disembah. Dia adalah sumber segala kebenaran.

Kata Al-Haqq memiliki arti kebenaran dan kemantapan atau kepastian sesuatu. Kata Al-Haqq sebagai nama Allah dalam Al- Qur`an, disebutkan sekitar 10 kali.

Allah Al-Haqq, artinya Allah Mahabenar dalam segalanya. Allah Mahapasti dalam wujud-Nya, Zat-Nya, sifat-sifat-Nya, dan perbuatan-Nya. Segala sesuatu yang berasal dari-Nya dan kembali kepada-Nya, pastilah benar. Segala perintah, larangan, berita, siksaan, pahala, ancaman, dan janji Allah, pastilah benar. Para nabi dan utusan yang diutus oleh-Nya dan kitab-kitab suci yang pernah diturunkan olehnya untuk para nabi, adalah benar. Dialah yang memiliki segala ketetapan dan kebenaran, selain-Nya adalah kebatilan.

Allah Al-Haqq, artinya Allah Mahabenar yang berhak untuk disembah. Semua sembahan selain-Nya adalah batil. Allah berkalam, yang artinya,

“Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Rabb kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)?” (Yunus: 32).

Ayat lain menegaskan,

“…Dialah (Rabb) Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang batil, dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” (al-Hajj: 62).

Seorang hamba yang meneladani nama Al-Haqq, akan menyadari dan meyakini bahwa Allah adalah Mahabenar dan sumber segala kebenaran. Maka, ia akan selalu menjadikan ketentuan dan syariat-Nya sebagai petunjuk dalam kehidupannya.

Ia akan terus memperjuangkan kebenaran dan menegakkannya. Tidak pernah menutupi kebenaran yang ia ketahui untuk disampaikan kepada siapa pun. Karenanya, ia selalu mencari kebenaran melalui ayat-ayat Allah, yang tertulis atau terbentang. Allah berkalam, yang artinya,

“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga jelas bagi mereka bahwa Al- Qur`an itu adalah benar. Tiadakah cukup bahwa sesungguhnya Rabbmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (Fushshilat: 53).

Selain itu, ia juga terus berdoa agar selalu diberi petunjuk untuk mendapatkan kebenaran, diteguhkan dalam kebenaran-Nya, dan dijauhkan dari kebatilan maupun kesesatan, seperti firman-Nya

(Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)”. (Ali Imran: 8).

Referensi :

  • Dr. Hasan el-Qudsy, The Miracle of 99 Asmaul Husna, Ziyad Book, 2014
  • Sulaiman Al-Kumayi, Asma’ul Husna For Super Woman, Semarang, Pustaka Nuun, 2009

Kata al-haq terdiri dari huruf-huruf ya, dan qaf , yang mengandung arti kemantapan sesuatu dan kebenarannya. Lawan dari yang batil/lenyap. Al-haq adalah sesuatu yang mantap, tidak berubah, “mesti dilaksanakan” atau yang wajib”. Nilai-nilai agama adalah “haq” karena nilai-nilai tersebut harus selalu mantap, tidak dapat diubah-ubah. Sesuatu yang tidak berubah sifatnya adalah pasti dan sesuatu yang pasti, menjadi benar, dari sisi bahwa ia tidak mengalami perubahan.

Kata al-haq terulang di dalam Alqu’ran sebanyak 227 kali dengan berbagai arti, seperti agama, Al Qu’ran, Islam, keadilan, tauhid, kebenaran, nasib, kebutuhan, keyakinan, kematian, kebangkitan dan lain-lain, yang puncaknya adalah Allah swt.

Semua nama Allah adalah pasti, juga sifat-sifatnya, tidak ada yang tidak pasti, dalam ilmu, dalam kemampuan, dalam kekuasaan. Allah Tuhan yang Esa, yang Maha Kuat dan Maha Besar.

Al-haq adalah salah satu nama Allah sebagaimana Firman-Nya,

“Demikianlah, Karena Sesungguhnya Allah, Dia-lah yang hak dan Sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah Itulah yang batil; dan Sesungguhnya Allah dialah yang Maha Tinggi lagi Maha besar“, (Q.s. Lukman/31:30)

Makna al-haq pada ayat di atas adalah Allah-lah Tuhan yang Sebenarnya, yang wajib disembah, yang berkuasa dan sebagainya. Karena itu bila ada yang menyembah pohon, batu, matahari, rembulan, manusia, hewan, tuhan selain Allah, maka sesembahannya itu adalah batil, tidak bisa memberi bahaya dan tidak pula memberi manfaat, yang tidak bisa mengabulkan dan mendengarkan doa. Keberdaan mereka sangat bergantung kepada dan membutuhkan Allah.

Allah itu benar dalam ketuhanannya, semua yang disembah selain Allah adalah tidak benar. Segala sesuatu dari Allah benar adanya, semua yang kembali kepada-Nya juga benar adanya. Semua yang diturunkan kepada Nabi dan Rasulnya adalah benar. Segala sesuatu yang diperintahkan dan yang dilarang, janji dan ancaman adalah benar. Itulah sebabnya Allah Mahabenar.

Jadi kebenaran yang diajarkan oleh para Nabi dan Rasul adalah sesuatu yang bersumber dari Allah, karena itu manusia selaku hamba dari Allah pengikut dari Nabi dan Rasul harus menerima dan meyakini sebagai suatu ajaran. Ucapan atau pernyataan sesuai dengan perbuatan adalah kebenaran. Seseorang yang meyakini sebuah kebenaran lalu mengamalkannya berarti dia mengabdi kepada Allah sebagai jalan untuk mendapatkan ridha dan mengharapkan perjumpaan dengan Tuhan yang Mahabenar.

Orang yang mengajak, saling memberi tausiyah terhadap sesama manusia kepada jalan yang benar, membela dan menegakkan kebenaran adalah perbuatan terpuji, bernilai ibadah, karena itu setiap manusia mestinya tidak hanya mengakui kebenaran secara teoritis, tetapi harus dipraktikkan dalam bentuk perbuatan nyata.

Kebenaran itu tidak mendatangkan manfaat kalau tidak diamalkan dalam pergaulan kehidupan manusia antara satu dengan yang lainnya. Karena itu melaksanakan perintah dengan penuh kepatuhan dan menjauhi larangan yang diiringi dengan kesabaran merupakan suatu kebenaran dan merupakan suatu kekeliruan besar kalau seseorang mengetahui kebenaran lalu dia mengabaikannya demikian pula seseorang mengetahui suatu kebatilan lalu dia gemar mengerjakannya atau ke dua-duanya jalan terus. Dengan demikian dia telah mencederai kebenaran itu sendiri sekaligus membuat jarak bahkan membuat langkah, menjauh dari Allah Yang Maha Benar.

Sumber : Abd Rahman R, Memahami esensi Asmaul Husna dalam al-Qur’an (Implementasinya Sebagai Ibadah dalam Kehidupan), UIN Alauddin.