Apa yang dimaksud dengan agresi atau agresivitas?

Agresi mempunyai arti (kbbi) sebagai berikut :

  1. (kata benda) penyerangan suatu negara terhadap negara lain; serangan;
  2. (Psikologi) perasaan marah atau tindakan kasar akibat kekecewaan atau kegagalan dalam mencapai pemuasan atau tujuan yang dapat diarahkan kepada orang atau benda;
  3. (Antropologi) perbuatan bermusuhan yang bersifat penyerangan fisik ataupun psikis terhadap pihak lain;

Bagaimana penjelasan yang lebih rinci terkait dengan agresivitas ?

1 Like

individu agresi

Walaupun agresi merupakan istilah yang sering digunakan sehari-hari, namun para ilmuwan sosial memerlukan beberapa penjelasan yang lebih spesifik mengenai agresi. Hal ini mengingat bahwa terdapat kekaburan mengenai apa artinya menjadi agresif.

Definisi Agresi

Terdapat sejumlah definisi agresi yang telah diusulkan; definisi-definisi tersebut sering kali merupakan refleksi asumsi teoritik dari penganjurnya.

  • Teori Psikoanalisa (dikembangkan oleh Freud), mendefinisikan agresi sebagai dorongan biologis yang mendasar, yang harus diekspresikan.
  • Perspektif Ethologi (studi perilaku binatang dalam seting alami), Konrad Lorenz menggambarkan agresi sebagai instink berkelahi yang diarahkan terhadap anggota spesies yang sama
  • Para Behavioris, sebaliknya mendefinisikan agresi dalam konteks perilaku yang nampak; bukan sebagai dorongan dari dalam diri (inner drive) atau motivasi.

Berdasarkan tinjauan aspek internal dan aspek yang nampak tersebut, definisi perilaku agresi yang paling banyak diterima oleh para psikolog sosial adalah: Agresi merupakan berbagai berilaku yang diarahkan untuk membahayakan makhluk hidup lain.

Definisi tersebut mencakup beberapa deskripsi penting:

  1. Membatasi agresi sebagai perilaku yang disertai niat (intensi) menyakiti atau membahayakan kurban. Dengan batasan ini maka bila tanpa sengaja pada waktu mengendarai mobil kita menabrak seseorang, itu tidak dapat dikatakan sebagai agresi. Demikian pula tindakan dokter atau perawat yang menginjeksi kita untuk pengobatan, tidak dapat dikatakan agresi.

  2. Dalam percakapan sehari-hari orang sering mengatakan “manajer agresif” atau “penjual yang agresif”. Secara umum gambaran seperti itu menunjuk pada seseorang yang kompetitif, energik, dan asertif. Perilaku ini tidak sesuai dengan definisi aresi, kecuali bila manajer atau penjual tersebut menyakiti orang lain untuk mencapai keberhasilannya.

  3. Definisi agresi tidak hanya mencakup agresi yang membahayakan fisik, Menghina atau mencaci secara verbal juga termasuk agresi. Demikian pula menolak untuk memberikan sesuatu yang menjadi kebutuhan orang lain, dapat dipertimbangkan sebagai bentuk perilaku agresi. Menendang dinding tidak termasuk agresi, namun memukul anjing merupakan perilaku agresi.

Penjelasan Sosial Terhadap Agresi

Meskipun perilaku agresi pada binatang yang lebih rendah dapat dijelaskan berdasarkan proses instink, para ahli ilmu social berpandangan bahwa perilaku agresi manusia tidak diatur oleh dorongan internal, melainkan dipelajari dari orang lain.

Psikolog J.P. Scott (1958) menyimpulkan bahwa semua hasil riset menunjukkan bahwa tidak terdapat fakta psikologis yang berupa dorongan internal atau daya dorong spontan untuk berkelahi; dan bahwa semua stimulasi agresi berasal dari daya yang tampil dalam lingkungan fisik.

Bila agresi merupakan hasil belajar, bagaimana terjadinya proses belajar tersebut?

Menurut Bandura (1973) proses belajar melalui dua metode yaitu instrumental learning dan observational learning.

  • Instrumental learning. Menurut prinsip ini, perilaku yang diperkuat (reinforced) atau direspon positif (rewarded) lebih mungkin diulang pada masa mendatang. Beberapa bentuk reward untuk agresi antara lain: persetujuan masyarakat, peningkatan status, perolehan uang (untuk orang dewasa), atau permen (untuk anak-anak). Pada orang yang sangat terprovokasi, fakta si kurban menderita dapat berarti sebagai bentuk reinforcement (Baron, 1974; Fesbach, Stiles, & Bitter, 1967).

  • Observational learning/ social modeling. Menurut banyak penemuan, ini merupakan cara yang lebih umum dalam menghasilkan perilaku agresif. Menurut observational learning atau social modeling, kita dapat mempelajari perilaku baru dengan mengamati tindakan orang lain (model).

Mereka yang beranggapan bahwa perilaku agresi adalah respon yang dipelajari, telah mengklaim bahwa masyarakat di mana tidak terdapat perilaku agresi merupakan manifestasi bahwa belajar memiliki peran penting terhadap agresi. Misalnya, di Amerika dan Canada, anggota komunitas yang terisolir seperti suku Amish, Mennonites, dan Hutterites, berusaha keras untuk mencapai koeksistensi damai. Perilaku agresif pada masyarakat tersebut tidak mendapatkan reward (Bandura & Walters, 1963).

Gorer (1968) menggambarkan beberapa karakteristik masyarakat yang memfasilitasi perkembangan dan pengelolaan perilaku non-agresif:

  1. Mereka berada di tempat yang kurang dapat diakses, sehingga tidak ditempati kelompok lain. Bila kelompok lain menginvasi teritori itu, mereka berpindah ke tempat lain yang lebih sulit dijangkau.

  2. Masyarakat itu berorientasi terhadap kenikmatan hidup yang kongkrit, seperti makan-minum-dan seks, Pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut telah memuaskan mereka. Kebutuhan berprestasi atau kekuasaan, pada anak-anak tidak didukung.

  3. Masyarakat tersebut hanya membuat sedikit perbedaan antara pria dan wanita. Meskipun nampak terdapat perbedaan peran antara pria dan wanita, namun tidak ada usaha yang dilakukan yang mencerminkan agresive masculinity (perilaku agresif karena sifat maskulin).

Sumber : Klara Innata Arishanti, “Handout Psikologi Sosial”, 2006

Dalam psikologi dan ilmu sosial lainnya, pengertian agresi merujuk pada perilaku yang dimaksudkan untuk membuat objeknya mengalami bahaya atau kesakitan. Agresi dapat dilakukan secara verbal atau fisik. Perilaku yang secara tidak sengaja menyebabkan bahaya atau sakit bukan merupakan agresi. Pengrusakan barang dan perilaku destruktif lainnya juga termasuk dalam definisi agresi.

Agresi tidak sama dengan ketegasan.

Berikut adalah definisi agresi dari beberapa ahli psikologi yang ada :

  • Agresif menurut Baron adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan tujuan melukai atau mencelakakan individu lain.

  • Tingkah laku agresif menurut Myers adalah tingkah laku fisik atau verbal untuk melukai orang lain.

  • Menurut Dollar dan Miler Agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustasi.

  • Menurut Berkowitz (1987), agresi merupakan suatu bentuk perilaku yang mempunyai niat tertentu untuk melukai secara fisik atau psikologis pada diri orang lain.

  • Agresi menurut Murray adalah suatu cara untuk mengatasi perlawanan dengan kuat atau menghukum orang lain.

  • Menurut Aronson agresi adalah tingkah laku yang dijalankan oleh individu dengan maksud melukai atau mencelakakan individu lain dengan atau tanpa tujuan tertentu.

  • Agresi menurut Murray dan Fine merupakan tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal terhadap induvidu lain atau terhadap objek-objek.

  • Agresi menurut Atkinson adalah tingkah laku yang diharapkan untuk merugikan orang lain, perilaku yang dimaksud untuk melukai orang lain (baik secara fisik atau verbal) atau merusak harta benda.

Tipe-tipe Agresi antara lain :

Menurut Berkowitz membedakan agresi ke dalam dua tipe, yakni :

  • Agresi Instrumental (Instrumental Aggression). Agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh organisme atau individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu.

  • Agresi Benci (Hostile Aggression). Agresi benci adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain intuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran atau korban.

Menurut Moyer tipe-tipe agresi, yaitu :

  • Agresi Predatori. Agresi yang dibangkitkan oleh kehadiran objek alamiah (mangsa). Biasanya terdapat pada organisme atau spesies hewan yang menjadikan hewan dari spesies lain sebagai mangsanya.
  • Agresi antar jantan. Agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh kehadiran sesama jantan pada suatu spesies.
  • Agresi ketakutan. Agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan untuk menghindar dari ancaman.
  • Agresi tersinggung. Agresi yang dibangkitkan oleh perasaan tersinggung atau kemarahan, respon menyerang muncul terhadap stimulus yang luas (tanpa memilih sasaran), baik berupa objek-objek hidup maupun objek-objek mati.
  • Agresi Pertahanan. Agresi yang dilakukan oleh organisme dalam rangka mempertahankan daerah kekuasaannya dari ancaman atau gangguan spesiesnya sendiri. Agresi pertahanan ini disebut juga agresi teritorial.
  • Agresi Materal. Agresi yang spesifik pada spesies atau organisme betina (induk) yang dilakukan dalam upaya melindungi anak-anaknya dari berbagai ancaman.
  • Agresi Instrumental. Agresi yang dipelajari, diperkuat (reinforced) dan dilakukan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu

Bentuk-bentuk agresi menurut Morgan, King, Weisz, & Schopler adalah

Bentuk agresi lainnya adalah Verbal, pasif, tidak langsung, Tidak mau membuat komentar verbal (misalnya: menolak berbicara ke orang lain yang menyerang dirinya bila dia dikritik secara tidak fair).

Agresi adalah perilaku yang bertujuan untuk menyakiti fisik maupun psikologis orang lain (Aronson, Wilson, & Akert, 2007). Menurut Hogg & Vaughan (2008) agresi adalah perilaku yang bersifat menyerang, dapat berupa serangan fisik, serangan terhadap objek, serangan verbal, dan melakukan pelanggaran terhadap hak milik atau menyerang daerah orang lain. Selain itu, agresi juga didefinisikan sebagai perilaku fisik maupun lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti dan merugikan orang lain (Myers, 2008).

Agresi adalah perilaku yang bertujuan untuk membuat cedera seseorang secara fisik maupun psikologis (Breckler, Olson, & Wiggins, Social Psychology Alive, 2006). Menurut KBBI Agresi adalah cenderung (ingin) menyerang kepada sesuatu yang dipandang sebagai hal yang mengecewakan, menghalangi atau menghambat.

Dari definisi-definisi yang sudah dijelaskan oleh para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa agresi adalah tindakan seorang individu yang dilakukan dengan tujuan menyakiti orang lain secara disengaja baik secara fisik maupun verbal.

Macam-macam agresi

Perilaku agresi memiliki beberapa jenis, menurut Buss dan Perry (1992) (dalam Baron, Branscombe, & Byrne, 2008) Agresi terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

  1. Physical Agression

    Agresi fisik merupakan perilaku agresi yang dilakukan dengan menggunakan dan menyerang fisik dalam menyalurkan agresi nya. Bentuk agresi fisik adalah seperti menendang, menampar, memukul dan lain-lain.

  2. Verbal Agression

    Agresi verbal merupakan perilaku agresi yang dilakukan untuk melukai atau menyakiti orang lain secara verbal atau menggunakan kata-kata. Bentuk agresi verbal adalah seperti ancaman, makian, penolakan dan lain-lain.

  3. Anger

    Anger merupakan perasaan marah, kesal, dan sebal terhadap orang lain maupun diri sendiri. Hal tersebut mencakup kesulitan mengendalikan amarah, cepat marah dan tempramental yang disebut dengan Irritability.

  4. Hostility

    Hostility merupakan perilaku agresi yang tidak terlihat. Hostility terbagi dalam dua kategori yaitu resentment yang merupakan bentuk rasa iri dan cemburu, dan suspicion yang merupakan rasa tidak percaya dan permusuhan terhadap orang lain.

Teori-teori agresi


Menurut Myers(2008) ada beberapa pendekatan yang membahas mengenai terjadinya agresivitas yang terjadi pada individu, yaitu :

  1. Agresi akibat faktor biologis

    Freud (dalam Myers, 2008) menjelaskan bahwa perilaku agresi tidak dipelajari tetapi merupakan insting individu. Kemudian Buss & Shackleford (1997) mengatakan agresi merupakan insting seseorang untuk mendapatkan sumber daya, bertahan dari serangan, dan digunakan untuk mengintimidasi orang lain pada saat dalam bahaya.

    Selain itu, david, Lewis & Pincus (dalam Myres,2008) mengungkapkan bahwa kelainan saraf otak dapat mempengaruhi perilaku agresi. Teori ini dalam Myers(2008) juga menjelaskan bahwa perilaku agresi merupakan faktor keturunan. Pengaruh bahan kimia seperti alkohol dan obat- obatan terlarang juga dapat mempengaruhi perilaku agresi individu (Myers, 2008).

  2. Frustasi - agresi teori

    Teori frustasi – agresi (dalam Myers,2008) menjelaskan bahwa perilaku agresi yang terjadi merupakan reaksi dari frustasi yang dialami individu. Leonard Berkowitz (dalam Myers,2008) menemukan hubungan antara frustasi dengan agresi, dimana frustasi menghasilkan amarah yang merupakan emosi yang mengarah pada agresi.

    Solberg & others (2002) mengatakan frustasi berasal dari kesenjangan antara harapan dan hasil yang dicapai (Myers, 2008). Selain itu, frustasi yang mengakibatkan agresi sering terjadi akibat perbandingan yang dilakukan seseorang terhadap orang lain. Hal tersebut dapat meningkatkan frustasi seseorang untuk menjadi lebih baik dibandingkan orang lain sehingga memicu tindakan agresi (Myers, 2008).

  3. Social Learning Theory

    Teori pembelajaran sosial merupakan teori yang menjelaskan bahwa perilaku agresi merupakan pembelajaran dari observasi, meniru dan dengan pemberian penghargaan atau hukuman (Myers, 2008). Menurut Patterson & others (dalam Myers,2008) seseorang yang berhasil melakukan perilaku agresi kepada orang lain akan meningkatkan perilaku agresi nya.

Selain itu, Bandura (1997) mengemukakan bahwa kita belajar melakukan agresi tidak hanya dari merasakan tetapi dengan melakukan observasi (Myers, 2008).

Faktor Penyebab Agresi


Menurut Feldman (1985) ada beberapa faktor yang mempengaruhi agresi, antara lain:

  1. Arousal as a cause of aggresion

    Dalam beberapa penelitian Rule &Nesdale (1976) gairah fisik berhubungan dengan meningkatnya tingkat agresi seseorang. Gairah fisik bukan hanya satu satunya yang dapat memicu agresi, gairah yang dihasilkan dari sex, alcohol, dan obat obatan terlarang juga dapat memicu perilaku agresi.

  2. Deindividuation : anonymity facilitates aggresion

    Dunn and Rogers (dalam Feldman, 1985) menjelaskan hasil penelitian menyatakan bahwa deindividuasi efektif dalam meningkatkan perilaku agresi. Subjek yang diteliti mengatakan bahwa mereka merasakan emosi konsisten pada saat deindividuasi. Mereka mengindikasi ada perasaan dan pemikiran yang berbeda dengan pada saat normal, tidak merasa bertanggung jawab pada saat melakukan agresi, tidak merasakan self-concious, dan tidak memikirkan apa yang akan difikirkan oleh experimenter ataupun korban.

  3. Direct provocation as a source of aggresion

    Provokasi dari sumber agresi lain memicu tindakan agresi lainnya. Feldman menjelaskan ketika seseorang merasa terluka oleh sesuatu, mereka akan merespon dengan pehrilku agresi kepada sumber yang menyebabkan luka. Oleh karena itu, dapat disimpulkan agresi memfasilitasi atau memicu perilaku agresi lainnya.

Baron dan Richardson berpendapat bahwa agresif adalah segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perlakuan itu. Mac Neil dan Stewart (dalam Fattah, 2011) menjelaskan bahwa perilaku agresif adalah suatu perilaku atau suatu tindakan yang diniatkan untuk mendominasi atau berperilaku secara destruktif, melalui kekuatan verbal maupun kekuatan fisik, yang diarahkan kepada objek sasaran perilaku agresif. Objek sasaran perilaku meliputi lingkungan fisik, orang lain dan diri sendiri. Dill dan Dill (1998) melihat perilaku agresif sebagai perilaku yang dilakukan berdasarkan pengalaman dan adanya rangsangan situasi tertentu sehingga menyebabkan seseorang itu melakukan tindakan agresif.

Dari sudut pandang psikologi, ada sejumlah teori besar yang mendasari pemikiran mengenai agresi, antara lain teori instinct oleh Sigmund Frued, teori survival oleh Charles Darwin dan teori social learning oleh Neil Miller dan John Dollard, yang kemudian dikembangkan lagi oleh Albert Bandura. Teori Freud memandang perilaku agresif sebagai hal yang intrinsik dan merupakan instinct yang melekat pada diri manusia. Selanjutnya, Darwin dengan teori survivalnya memandang bahwa secara historis, perilaku agresif ini dianggap sebagai suatu tindakan manusia untuk kebutuhan survival agar tetap dapat menjaga dan mengembangkan kemanusiawiannya ataupun membangun dan mengembangkan komunitas.

Lebih lanjut Bandura (1973) beranggapan bahwa perilaku agresif merupakan sesuatu yang dipelajari dan bukannya perilaku yang dibawa individu sejak lahir Perilaku agresif ini dipelajari dari lingkungan sosial separti interaksi dengan keluarga, interaksi dengan rekan sebaya dan media massa melalui modelling.

Ahli Ethologist Konrad Lorenz (Shaffer, 1994), menguraikan agresif sebagai suatu naluri perkelahian yang dicetuskan oleh isyarat tertentu di dalam lingkungan. Meski ada perbedaan pandangan yang penting antara psychoanalytic dan ethological tentang agresi, keduanya menganggap perilaku agresif sebagai sikap tidak suka bersosialisasi (anti-sosial) yang diakibatkan oleh satu kecenderungan bawaan bertindak untak melakukan kekerasan.

Ciri-ciri perilaku agresif


Antasari (2006) menyebutkan enam ciri-ciri perilaku agresif adalah sebagai berikut:

  • Perilaku menyerang; perilaku menyerang lebih menekankan pada suatu perilaku untuk menyakiti hati, atau merusak barang orang lain, dan secara sosial tidak dapat diterima.

  • Perilaku menyakiti atau merusak diri sendiri, orang lain, atau objek-objek penggantinya; perilaku agresif termasuk yang dilakukan anak, hampir pasti menimbulkan adanya bahaya berupa kesakitan yang dapat dialami oleh dirinya sendiri atau orang lain. Bahaya kesakitan dapat berupa kesakitan fisik, misalnya pemukulan, dan kesakitan secara psikis misalnya hinaan. Selain itu yang perlu dipahami juga adalah sasaran perilaku agresif sering kali ditujukan seperti benda mati.

  • Perilaku yang tidak diinginkan orang yang menjadi sasaranya; perilaku agresif pada umumnya juga memiliki sebuah cirri yaitu tidak diinginkan oleh orang yang menjadi sasaranya.

  • Perilaku yang melanggar norma social; perilaku agresif pada umumnya selalu dikaitkan dengan pelanggaran terhadap norma-norma sosial.

  • Sikap bermusuhan terhadap orang lain; perilaku agresif yang mengacu kepada sikap permusuhan sebagai tindakan yang di tujukan untuk melukai orang lain.

  • Perilaku agresif yang dipelajari; perilaku agresif yang dipelajari melalui pengalamannya di masa lalu dalam proses pembelajaran perilaku agresif, terlibat pula berbagai kondisi sosial atau lingkungan yang mendorong perwujudan perilaku agresif.

Penyebab Agresif


Menurut Baron & Bryne, temuan penelitian mengindikasikan bahwa agresi berasal dari begitu banyak variable faktor-faktor sosial, karakteristik pribadi, dan faktor-faktor situsional. Dr. Sylvia rimm (2003) menyebutkan beberapa penyebab munculnya perilaku agresif, yaitu:

  • Korban kekarasan
    Sebagian anak-anak yang terlalu agresif pernah menjadi korban perilaku agresif. Orang tua, saudara, teman, atau pengasuh yang melakukan tindakan kekerasan bias membuat anak meniru perbuatan tersebut. Anak yang menjadi korban kemudian menjadikan anak lain sebagai korbannya.

  • Terlalu dimanjakan
    Anak yang terlalu dimanjakan juga bias menjadi agresif baik secara verbal maupun fisik terhadap anak lain karena mereka berkuasa dan tak mau berbagi atau tak bisa menerima jika keinginannya tak segera terpenuhi. Mereka bahkan bias berbuat kasar terhadap orang tua dan saudaranya.

  • Televisi dan video game
    Melihat prilaku agresif dank eras di televisi juga mendorong anak menjadi agresif. Kadang-kadang acara anak-anak mengandung tindak kekerasan seperti acara orang dewasa. Bahkan film kartun pun memberi contoh prilaku agresif. Video game juga sering kali mengajarkan kekerasan dan tak sesuai untuk anak.

  • Sabotase antar orang tua
    Sumber prilaku agresif yang juga penting adalah sikap orang tua yang tak merupakan satu tim. Jika salah satu orang tua memihak kepada anak yang menentang orang tua lainnya, ini akan membangkitkan sikap manipulatif dan agresif pada anak karena anak menjadi lebih berkuasa dari orang tua yang di tentangnya itu. Mereka pun belajar tak menghargai orang tua karena orang tua yang satu tak menghargai orang
    lain.

  • Kemarahan
    Perilaku agresif bisa timbul akibat kemarahan dari dalam diri anak yang muncul karena ada sesuatu yang tak beres dan tak dapat dipahami oleh si anak itu sendiri. Misalnya anak adopsi, sikap traumatis dan lain sebagainya.

  • Penyakit dan Alergi
    Ketegangan dan rasa frustasi yang timbul akibat penyakit, alergi, atau kelemahan yang tak disadari orang tua bisa membuat anak bersikap agresif. Alergi terhadap makanan utama seperti susu gandum bisa menjadi biang keroknya. Kelemahan pendengaran, pandangan, atau intelektual yang tak dapat diungkapkan anak kepada orang tua juga bisa menimbulkan frustasi dan kurangnya pengertian dari orang lain bisa menimbulkan kemarahan atau perilaku agresif.

  • Frustasi
    Frustasi merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, dan frustasi dapat menyebabkan agresi sebagian besar karena adanya fakta tersebut. Dengan kata lain, frustasi kadang-kadang menghasilkan agresi karena adanya hubungan mendasar antara afek negative (perasaan tidak menyenangkan). Misalnya jika seorang individu mempercayai bahwa dia layak memperoleh kenaikan gaji yang besar dan kemudian menerima jumlah yang jauh lebih sedikit tanpa penjelasan mengapa ini terjadi, ia menyimpulkan bahwa ia diperlakukan dengan sangat tidak adil bahwa hak-haknya yang sah telah diabaikan.

Robert Baron (dalam Koeswara, 1998) menyatakan bahwa agresi adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakai individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut. Definisi dari Baron ini mencakup empat faktor tingkah laku, yaitu : tujuan untuk melukai atau mencelakakan, individu yang menjadi pelaku, individu yang menjadi korban dan ketidakinginan si korban menerima tingkah laku si pelaku.

Menurut Baron dan Richardson (dalam Krahe, 2005) mendefinisikan perilaku agresi yaitu segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari perilaku itu. Kartono (2002), mengungkapkan bahwa agresi adalah ledakan-ledakan emosi dan kemarahan hebat meluap-luap dalam bentuk sewenang-wenang, penyerangan, penyergapan, serbuan kekejaman, perbuatan-perbuatan yang menimbulkan penderitaan dan kesakitan, pengrusakan, dan tindakan permusuhan ditujukan kepada seseorang atau benda.

Medinnus dan Johnson (1974), menjelaskan bahwa tingkah laku agresi bisa berupa tingkah laku fisik maupun secara verbal. Agresivitas menurut penelitian Jersild dan Marley (1978), ditunjukkan melalui berbagai macam bentuk tingkah laku seperti menyerang orang lain, mengancam secara fisik maupun verbal, menuntut orang lain, mencoba memaksa untuk memiliki benda-benda yang bukan miliknya.

Berkowitz (dalam Koeswara, 1988) mendefinisikan agresi dalam hubungannya dengan pelanggaran norma atau perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial. Selanjutnya Berkowitz membedakan dua macam agresif yaitu agresif instrumental dan agresi benci atau disebut juga agresi impulsive. Agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan oleh individu sebagai alat atau cara untuk mencapai tujuan tertentu. Agresi benci atau agresi impulsive adalah agresi yang dilakukan semata-mata sebagai pelampiasan keinginan untuk melukai atau menyakiti, atau agresi tanpa tujuan selain untuk menimbulkan efek kerusakan, kesakitan atau kematian pada sasaran.

Menurut Baron dan Byrne (1990), perilaku agresif adalah segala bentuk perilaku yang disengaja terhadap orang lain yang bertujuan untuk melukainya dan orang yang dilukainya tersebut berusaha untuk menghindarinya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Agresi


Faktor-faktor yang mempengaruhi agrsi terdiri dari 3 faktor. Berikut adalah penjelasannya :

1. Faktor sosial, terdiri dari 3 elemen :

  1. Frustasi, terjadi karena ketika individu gagal mendapatkan apa yang diingingkan atau diharapkan dan dengan demikian dapat menyebabkan timbulnya perilaku agresif.

  2. Provokasi, adalah aksi yang dilakukan oleh orang lain yang memicu agresi individu. Ketika individu mendapatkan perlakuan yang membuatnya marah atau terganggu oleh karena seseorang, individu cenderung membalas perlakuan yang tidak menyenangkan itu kepada orang yang memberikan perlakuan tersebut.

  3. Media kekerasan, yang menyajikan tayangan-tayangan berbau tindakan agresif. Ress & Roth (1993), menyatakan bahwa film-film banyak yang bermuatan kekerasan bahkan tayangan kekerasan tersebut lebih banyak dalam kehidupan nyata.

2. Faktor Personal

Pengaruh dari tipe kepribadian A yang berkarakteristikkan berjiwa kompetitif, orientasi pada waktu dan bersifat hostility (bermusuhan) lebih agresif dibandingkan dengan individu dengan tipe kepribadian B dengan karakteristik yang berlawanan dengan tipe kepribadian B. Selain itu, keinginan personal individu untuk menjadi sosok yang memiliki kekuasaan menjadi determinan penting dalam perilaku agresif karena hasrat tersebut mendorong individu untuk menghalalkan segala cara untuk menggapai keinginannya.

3. Faktor Situasional

Didasarkan pada keadaan disekitar individu yang membuat individu terpancing untuk berperilaku agresif. Faktor meminum minuman keras dalam jumlah yang melewati batas atau mabuk, suhu yang tinggi atau panas, kepadatan, kebisingan dan polusi udara menunjukkan bahwa faktor-faktor ini mendorong terjadinya perilaku agresif .

Menurut Deaux, (1993) faktor atau kondisi yang mempengaruhi munculnya perilaku agresif yaitu :

  1. General arousal
    Model general arousal menunjuk pada keadaan arousal yang umum yang akan meningkatkan kecenderungan tingkah laku agresi. Zilmann berpendapat bahwa ekspresi kemarahan maupun emosi yang lainnya tergantung pada tiga faktor yaitu kebiasaan / watak seseorang yang dipelajari, beberapa sumber yang memberikan arousal, dan interprestasi seseorang tentang keadaan arousal.

  2. Serangan secara fisik dan verbal
    Perkataan langsung dan serangan fisik adalah pengaruh yang paling nyata dalam tingkah laku agresif. Dalam segala kemungkinan seseorang akan terpancing (dan akan bereaksi) untuk membalas agresi fisik dan verbal tersebut.

  3. Dorongan pihak ketiga
    Agresi tidak selalu muncul dalam keadaan terisolasi. Seringkali orang-orang lain yang berada disekitar kita ikut terlibat dalam interaksi. Contohnya dalam suatu pertarungan penonton-penonton dapat secara antusias memaksa petarung favorit mereka untuk menghancurkan lawan.

  4. Deindividusiasi
    Saat orang-orang tidak bisa terindentifikasi, mereka cenderung untuk membentuk sikap anti sosial. Jelasnya, agresi lebih mungkin dan lebih dapat ditoleransi saat kita tidak bisa melihat konsekuensi dari tindakan kita.

  5. Kondisi lingkungan
    Kondisi lingkungan sering kali mempengaruhi mood seseorang. Donnerstein dan Wilson (1976) berdasarkan hasil penelitiannya menemukan bahwa tingkat-tingkat keributan dapat menambah tingkat agresif. Kondisi udara yang tidak menyenangkan seperti asap, kabut, juga mempengaruhi sikap agresi. Banyak orang juga mempengaruhi sugesti dalam hubungan antara temperatur dan kekerasan. Robert Baron dan mahasiswanya menemukan bahwa dalam beberapa kondisi, cuaca panas menambah kecenderungan sikap agresi, bahkan pada subjek yang tidak sedang marah.

  6. Media massa
    Di beberapa media televisi sering menampilkan program yang acaranya sebagian besar berupa penayangan film yang bertemakan kekerasan, perkelahian, pemukulan, pembunuhan, kekerasan media massa semacam ini dianggap dapat merangsang untuk berperilaku agresif.

  7. Frustasi
    Tahun 1939 Dollard, Miller, Mowrer dan Sears membuat hipotesa bahwa frustasi adalah sebagai penyebab dari agresi. Hipotesa frustasi – agresi mengangatakan bahwa “terjadinya agresi selalui diikuti oleh frustasi”. Disisi lain Wagiman (1997) menyatakan bahwa hukuman merupakan salah satu alat yang digunakan untuk mendisiplinkan anak. Namun hukuman juga dapat mengakibatkan anak menjadi frustasi. Sesuai dengan hipotesa frustasi – agresi, keadaan frustasi akan mengakibatkan anak menjadi agresif.

Bentuk Perilaku Agresi


Menurut Buss, (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003 ) agresi dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Dapat di ekpresikan secara verbal, seperti memaki atau penyerangan meliputi serangan langsung terhadap orang lain atau serangan tidak langsung sebagai contoh posesif terhadap orang lain. Agresi dapat diekspresikan secara pasif, seperti ketika seseorang menghalangi pekerjaan orang lain dengan mengalihkan perhatian orang tersebut atau sikap tidak mau bekerja sama.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Buss (dalam Dayakisni & Hudaniah, 2003) membagi agresi kedalam beberapa bentuk yaitu:

  1. Agresi fisik aktif langsung
    Agresi fisik aktif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi target dan terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memukul, menikam atau menembak seseorang.

  2. Agresi fisik pasif langsung
    Agresi fisik pasif langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya memasang ranjau atau jebakan untuk melukai orang lain, menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh orang lain.

  3. Agresi fisik aktif tidak langsung
    Agresi fisik aktif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya namun tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya demonstrasi, aksi mogok dan aksi diam.

  4. Agresi fisik pasif tidak langsung
    Agresi fisik pasif tidak langsung adalah tindakan agresi fisik yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung. Contohnya tidak peduli, apatis, masa bodoh, menolak melakukan tugas penting, tidak mau melakukan perintah.

  5. Agresi verbal aktif langsung
    Agresi verbal aktif langsung adalah tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain. Contoh menghina orang lain dengan kata-kata yang menyakitkan, mengomel.

  6. Agresi verbal aktif tidak langsung
    Agresi verbal aktif tidak langsung adalah tindakan agresi yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan secara langsung dengan individu atau kelompok lain yang menjadi targetnya. Contoh menyebarkan berita tidak benar atau gosip tentang orang lain.

  7. Agresi verbal pasif langsung
    Agresi verbal pasif langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok dengan cara tidak berhadapan dengan individu atau kelompok lain namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti menolak bicara, bungkam.

  8. Agresi verbal pasif tidak langsung
    Agresi verbal pasif tidak langsung, yaitu tindakan agresi verbal yang dilakukan oleh individu atau kelompok lain yang menajdi targetnya dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung, seperti tidak memberi dukungan, tidak menggunakan hak suara.

Referensi

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30260/Chapter%20II.pdf;sequence=4

Menurut Krech (zamzami, 2007) perilaku agresif adalah bentuk perasaan dan tindakan marah, makian kata – kata kasar dan kekerasan fisik. Menurut Moore dan Fine (Koeswara, 1988) yang membagi perilaku agresif dalam dua bentuk yaitu secara verbal dan secara fisik, antara lain :

  • Agresif Verbal yaitu agresif yang dilakukan dengan cara seperti menghina, memaki, membentak dan kata kasar lainnya.

  • Agresif Fisik yaitu delakukan dengan menggunakan kemampuan fisik seperti memukul, menendang, melempar dan kekerasan fisik lainnya.

Perilaku agresif merupakan bentuk dari luapan emosi individu yang cenderung menentang, memberontak, marah, mengutamakan keinginan sendiri tanpa peduli dengan yang lainnya, menggunakan segala cara baik verbal maupun non verbal, misal sinisme dan kekerasan. Tingkah laku yang cenderung seperti bersuara keras, berbicara dengan intonasi mengintimidasi atau tidak menyenangkan, menyakiti orang lain, berbicara dengan nada kasar pada saat berkomunikasi dengan lawan bicaranya.

Perilaku agresif biasanya ditunjukkan untuk menyerang, menyakiti atau melawan orang lain, baik secara fisik maupun verbal, hal itu bisa berbentuk pukulan, tendangan, dan perilaku fisik lainya, atau berbentuk cercaan, makian ejekan, bantahan dan semacamnya, dampak utama dari perilaku agresif ini adalah si anak tidak mampu berteman dengan anak lain atau bermain dengan teman-temannya, keadaan ini bisa menciptakan lingkaran setan, semakin si anak tidak diterima oleh teman-temanya maka makin menjadilah perilaku agresif yang ditampilkannya.

Bentuk perilaku luar biasa, bukan hanya berbeda sedikit dari perilaku yang biasa, misalnya memukul itu termasuk perilaku yang biasa, tetapi bila setiap kali ungkapan tidak setuju dinyatakan dengan memukul, maka perilaku tersebut dapat diindikasikan sebagai perilaku agresif. Bentuk- bentuk perilaku agresif ini yang paling tampak adalah memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, memberontak tidak mau mengikuti perintah atau permintaan.

Perilaku agresif dalam kajian psikologis pada dasarnya memiliki dua makna yakni makna positif dan m akna negatif. Perilaku agresif dalam makna positif merupakan tindakan bergerak maju untuk meraih kesuksesan meskipun mendapat rintangan tanpa maksud menyakiti atau melukai orang lain atau dinamakan agresi instrumental dengan tujuan mengontrol emosi negatif agar lebih bersemangat. Sedangkan perilaku agresif dalam makna negatif merupakan perilaku menyerang untuk memperoleh keinginan dengan kekerasan, merusak, menyakiti orang lain, yang dinamakan agresi hostile.