Aesthetics atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai estetika yang kemudian dilihat dari asal katanya yaitu dari bahasa Yunani Aisthesis yang berarti persepi atau kesan indra. Istilah tersebut diperkenalkan ke dalam filsafat pada 1753 oleh filsuf Jerman Alexander Gottlieb Baumgarten terkait studi tentang keindahan dan makna dalam seni dan dari tanggapan psikologis untuk itu. Estetika berurusan secara khusus dengan pertanyaan tentang apakah keindahan dan keburukan itu objektif hadir dalam karya seni, atau apakah ada hanya dalam pikiran individu.
Catatan: Filsuf Yunani Plato menguraikan salah satu teori estetika substantif pertama, mengklaim bahwa pengalaman seni dipandu oleh ‘bentuk ideal’ kecantikan yang sudah ada sebelumnya di dalam pikiran. Di Republiknya, Plato ingin mengusir beberapa jenis artis dari republik idealnya karena dia pikir pekerjaan mereka begitu kuat secara emosional mendorong perbuatan amoral. Dia sangat tidak suka jenis komposisi musik tertentu, percaya bahwa mereka menimbulkan kemalasan atau menghasut orang untuk berperilaku tidak wajar.
Referensi: Marcel Danesi, 2000, Encyclopedic Dictionary of Semiotics, Media, and Communications, University of Toronto Press.