Apa yang dimaksud dengan aeroponik?

Aeroponik adalah pembudidayaan tanaman tanpa media tanah atau media lainnya, tetapi hanya digantung di udara dan disiram dengan air yang mengandung unsur hara.

1 Like

Sebagian besar penduduk Indonesia hidup dari hasil bercocok tanam dan bertani, karena itu Indonesia menjadi negara agraris. Pertanian berperan penting untuk meningkatkan kesejahteraan dan kehidupan penduduk Indonesia. Tetapi keadaan saat ini lahan di Indonesia semakin sempit, terutama di wilayah perkotaan. Tidak sedikit penduduk kota yang memiliki minat bercocok tanam. Namun dengan kondisi lahan yang semakin sempit dan keterbatasan waktu yang dimiliki membuat penduduk perkotaan mengurungkan niatnya untuk bercocok tanam. Selain itu, kebutuhan akan sayuran organik sangat tinggi sehingga solusi untuk mengatasi masalah tersebut digunakanlah sistem hidroponik. Perubahan zaman yang dinamis, khususnya di bidang teknologi komunikasi dan informasi tidak dapat dielakkan oleh siapa pun. Dimana saat ini masuk di era revolusi industri 4.0 yang menuntut setiap manusia untuk melakukan perubahan dinamis dalam melakukan kegiatan sehari-hari [1]. Sistem ini menerapkan teknologi informasi pada teknik pertanian perkotaan yang memanfaatkan air sebagai media tanam. Aplikasi teknologi digunakan untuk membantu manusia dalam mengendalikan, menjaga stabilitas kadar air yang dibutuhkan oleh tanaman agar berkembang dengan baik [2].

aeroponik
Gambar 1. Contoh Aeroponik

Hidroponik memiliki berbagai jenis salah satunya yaitu aeroponik . Aeroponik merupakan salah penanaman hidroponik dengan menggunakan media udara tanpa menggunakan tanah. Aeroponik berasal dari kata aero yang berarti udara dan ponos yang berarti daya [3]. Jadi aeroponik adalah memberdayakan udara. Sebenarnya aeroponik merupakan tipe hidroponik (memberdayakan air) karena air yang berisi larutan hara disemburkan dalam bentuk kabut hingga mengenai akar tanaman. Teknik ini sebenarnya telah dikembangkan sejak lama oleh para ahli botani pada tahun 1920-an walaupun masih secara primitif dan lebih berfokus pada penelitian penyakit akar tanaman, namun lebih populernya sistem tanaman hidroponik membuatnya kurang mendapat perhatian, dan berkembang dengan lambat. Pada tahun 1942 W. Carter meneliti kemungkinan perilaku tanaman untuk hidup di dan pada udara, metode memberikan tanaman makanan melalui uap air pada akarnya. Tahun 2944 L.J. Colt menjadi orang yang pertama kali menemukan tanaman jeruk aeroponik dari hasil studi pemeliharaan akar dari penyakit pada tumbuhan jeruk dan alpukat, tahun 1952 G.F. Trowel pada tanaman apel. Akhirnya pada tahun 1957 F.W. Went menjadi orang pertama yang berhasil mengembangkan proses pertumbuhan tanaman menggunakan sistem aeroponik pada kopi dan tomat. Namun yang dianggap sebagai penemu pertama adalah Dr. Franco Massantini dari Universitas PIA di Italia pada tahun 1980 berhasil mengembangkan teknologi sistem penanaman aeroponik . Di Asia percobaan pertama dilakukan oleh Prof. Lee Sin Kong dari Nanyang Technological University, di atap gedung dengan menggunakan bak persegi panjang [4].

sistem aeroponik
Gambar 2. Sistem Aeroponik

Aplikasi Aeroponik


Pada aplikasinya, tanaman yang ditanam dengan metode ini ditempatkan dalam posisi menggantung. Usaha modifikasi untuk memudahkan para petani aeroponik yaitu dengan menggunakan sistem control timering yang nantinya terhubung oleh microsprayer sehingga dapat menyiram tanaman secara otomatis serta dapat memenuhi kebutuhan sumber hara atau nutrisi tanaman sesuai dengan kebutuhan tanaman itu sendiri. Prinsip kerja dari sistem aeroponik adalah dengan menggunakan ganjal busa atau rockwool dimana anak semai tanaman ditancapkan pada lubang tanaman dengan jarak 15 cm. Akar tanaman akan menjuntai bebas ke bawah yang terdapat microsprayer untuk memancarkan larutan hara yang dikabutkan menuju ke atas sehingga mengenai akar-akar. Sprinkle ini dijalankan dengan menggunakan pompa air bertekanan tinggi sesuai dengan kebutuhan dari tanaman itu sendiri. [5]. Menurut Kementerian Pertanian untuk Badan Penyuluhan dan Pengembang SDM Pertanian, berikut ini langkah-langkah yang harus diikuti dalam menanam dengan menggunakan teknik aeroponik :

  1. Persiapan

    • Siapkan bangunan screen house , yang bisa dibuat dari rangka besi, kayu atau bambu, dengan beratapkan plastik UV dan berdindingkan kain kasa ( paranet ) yang lapisan bawahnya ditutup dengan menggunakan plastik UV atau fiber glass . Sedangkan konstruksinya disesuaikan dengan ketinggian tempat.

    • Siapkan bak penanam, yaitu bak yang terbuat dari plastik hitam dengan rangka dari bambu, dan terbuat dari fiber . Sedangkan penutupnya menggunakan styrofoam diletakkan. Ukuran bak yang digunakan dalam sistem aeroponik adalah 1 x 4 x 0,5 cm.

  2. Pemilihan benih tanaman

    • Dalam pemilihan benih, tanaman yang akan dibudidayakan harus disesuaikan dengan syarat tumbuh tanaman tersebut, seperti suhu udara, kelembaban, cuaca serta ketinggian lokasi budidaya dari permukaan laut. Dan umur tanaman yang dibudidayakan memiliki umur pendek, dapat ditanam dalam pot intensif dan memiliki produktivitas tinggi. Semakin pendek umur tanaman, maka mempercepat proses pemanenan.
  3. Proses produksi

    • Media tanam yang digunakan yaitu styrofoam
      Styrofoam dipilih karena ringan, mudah dibersihkan dan warna putih dapat memantulkan cahaya matahari sehingga membantu pada proses fotosintesis. Pemasangan styrofoam harus tetap di atas bak tanam dapat membantu kemampuan styrofoam dalam menahan berat tanaman di waktu mencapai masa panen.

    • Larutan nutrisi/pupuk
      Pada budidaya tanaman dengan sistem aeroponik , pemberian larutan nutrisi dilakukan bersamaan dengan pemberian air. Air yang digunakan harus memenuhi standar tertentu agar kandungan garam dalam air rendah dengan Ph antara 6,5 – 7,0. Bahan kimia yang diperlukan pada pembuatan larutan nutrisi adalah Kalsium Nitrat, Besi EDTA, Kalium Dihidrogen Fosfat, Kalium Nitrat, Magnesium Sulfat, Mangan Sulfat, Asam Borat, Tembaga Sulfat, Amonium Molibdat, dan Zinc Sulfat.

    Cara membuat stok A larutan nutrisi:

    • Tong/drum A diisi air sebanyak 90 liter, kemudian masukkan Kalsium Nitrat dan Besi EDTA diaduk hingga larut.

    • Tong/drum B diisi air sebanyak 90 liter, kemudian masukkan Kalium Nitrat, Magnesium Sulfat, Kalium Dihidrogen Fosfat, Mangan Sulfat, Asam Borat, Zinc Sulfat, Tembaga Sulfat, Amonium Molibdat dan kesemuanya diaduk sampai larut.

    • Dalam konsentrasi yang pekat, baik larutan A dan B tidak boleh larutan nutrisi disatukan dalam wadah bersamaan harus dipisahkan, dikarenakan antara larutan A dan B akan terjadi bereaksi atau mengendap sehingga tidak dapat diserap oleh akar tanaman, maka pertumbuhan tanaman tidak normal.

    • Dosis dari masing-masing larutan A dan B di ambil satu liter dan ditambahkan air sebanyak 200 liter (2 : 1), kemudian larutan tersebut siap untuk disiramkan pada tanaman.

  4. Proses penanaman

    • Sebelum proses penanaman, bak-bak penanaman harus dibersihkan dari lumut atau dari kotoran lainnya. Untuk proses penanaman dengan sistem aeroponik , harus diperiksa juga keadaan nozzle/jet spray yang telah dipasang dan dipastikan tidak tersumbat. Penyumbatan nozzle/jet spray dapat menurunkan intensitas penyemprotan larutan nutrisi ke daerah perakaran tanaman.

    • Bibit tanaman yang telah siap tanam diambil kemudian dimasukan pada lubang tanam dalam styrofoam dengan keadaan di dalam lubang tidak terlalu dalam maupun dangkal. Pada saat proses penanaman berlangsung, dilakukan sortasi langsung terhadap bibit yang akan ditanam. Proses penanaman dilakukan pada pagi hari yaitu 0.7.00 s/d 09.30 WIB dan pada sore hari 15.00 s/d 16.00 WIB.

Sistem aeroponik memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh sistem hidroponik lainnya, yaitu tanaman lebih mudah menyerap nutrisi karena berukuran molekul kecil. Kecepatan hantar nutrisi metode aeroponik hingga mencapai 135% lebih cepat daripada hidroponik yang lain dan budidaya sayuran yang dilakukan secara normal ditanam menggunakan media tanah. Nutrisi pada budidaya aeroponik sama seperti hidroponik karena pada dasarnya aeroponik merupakan salah satu variasi dari sistem hidroponik. Tanaman membutuhkan 16 unsur hara untuk pertumbuhan yang berasal dari udara, air dan pupuk. Unsur-unsur tersebut adalah Karbon ©, Hidrogen (H), Oksigen (O), Nitrogen (N), Fosfor §, Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca), Besi (Fe), Magnesium (Mg), Boron (B), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Molibdenum (Mo) dan Klorin (Cl). Unsur-unsur C, H dan O biasanya disuplai dari udara dan air dalam jumlah yang cukup. Unsur hara lainnya didapatkan melalui pemupukan atau larutan nutrisi [5].

Nutrisi aeroponik adalah pupuk yang telah diformulasikan khusus dari garam-garam mineral yang larut dalam air, mengandung unsur-unsur hara penting yang diperlukan tanaman bagi tumbuh dan berkembang. Nutrisi ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian A dan bagian B, dan biasanya disebut AB mix. Cara penggunaannya sangat mudah, hanya dengan mencampurkan masing-masing bagian A dan bagian B dengan air, satu persatu secara terpisah, sesuai petunjuk yang diberikan produsen nutrisi tersebut untuk menjadikan larutan stok atau pekatan. Larutan stok ini perlu dicairkan lagi dengan air jika hendak digunakan. Kepekatan larutan nutrisi juga akan menentukan lama penggunaan larutan nutrisi dalam sistem aeroponik [5]. Suplai kebutuhan nutrisi untuk tanaman dalam sistem hidroponik dan aeroponik sangat penting untuk diperhatikan. Dua faktor penting dalam formula larutan nutrisi, terutama jika larutan yang digunakan akan di sirkulasi adalah komposisi larutan dan konsentrasi larutan.

Beberapa faktor penting dalam menentukan formula nutrisi hidroponik (Hochmuth dan Hochmuth 2003) adalah:

  1. Garam yang mudah larut dalam air;

  2. Kandungan sodium, klorida, amonium dan nitrogen organik, atau unsur-unsur yang tidak dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman harus diminimalkan;

  3. Komposisi digunakan bahan yang bersifat tidak antagonis satu dengan yang lainnya;

  4. Dipilih yang ekonomis [6].

Performa sistem bercocok tanam aeroponik berpotensi untuk melebihi metode konvensional. Secara umum keuntungan sistem aeroponik dibandingkan dengan sistem budidaya lain, diantaranya:

  • Tidak menggunakan media tanah dalam penanamannya;

  • Sayuran terhindar dari hama penyakit dan tidak memerlukan pestisida yang dapat merugikan manusia dan lingkungan;

  • Lebih mudah dalam pengoperasiannya yaitu hanya “tanam dan panen”;

  • Kemampuan menyimpan air dan nutrisi yang baik;

  • Pemanenan yang diperoleh lebih banyak dan cepat;

  • Berbagai jenis sayuran dapat ditanam dalam jangka waktu yang relatif sama;

  • Lebih efisien jika dibandingkan dengan sistem hidroponik [7].

Teknik hidroponik ini memungkinkan pemilik tanaman memperoleh hasil yang baik dan tercepat dibandingkan oleh sistem hidroponik lainnya. Hal ini disebabkan oleh larutan nutrisi yang diberikan berbentuk kabut langsung masuk ke akar, sehingga tanaman lebih mudah menyerap nutrisi yang banyak mengandung oksigen. Selain itu, penanaman aeroponik memberikan banyak manfaat seperti:

  • Meningkatkan pertumbuhan tanaman melalui ketersediaan oksigen pada akar. Ketersediaan oksigen yang cukup pada daerah perakaran akan merangsang proses respirasi pada akar. Bila proses respirasi akar optimal, maka nutrisi atau yang diberikan dapat diserap secara maksimal oleh akar tanaman.
  • Penggunaan lahan minim untuk budidaya tanaman dalam jumlah besar. Sistem aeroponik yang berada dalam ruangan umumnya dapat disusun secara vertikal. Penyusunan secara vertikal ini tentu saja menyebabkan populasi dari tanaman dapat dilipatgandakan tanpa perlu melakukan ekspansi atau perluasan lahan.
  • Lebih hemat dalam penggunaan air. Sistem aeroponik diketahui menggunakan air kurang dari 10% sistem pertanian konvensional [8]. Fakta ini tentu sangat cocok untuk mendukung proses pertanian yang lebih berkelanjutan mengingat terbatasnya ketersediaan air dunia.
  • Proses panen yang cukup mudah.

Walaupun memiliki banyak keunggulan, sistem aeroponik tentu masih memiliki beberapa kelemahan yang umum, diantaranya: memerlukan keahlian khusus dan penggunaan modal awal yang cukup besar.

Peluang kebutuhan akan sayuran berkualitas sangat terbuka dengan semakin banyaknya masyarakat yang berbelanja ke pasar swalayan. Diversifikasi jenis sayuran perlu dilaksanakan untuk memenuhi berbagai permintaan pasar. Hingga saat ini jenis sayuran yang banyak dibudidayakan secara aeroponik antara lain berbagai kultivar selada (lettuce kuning hijau, cos/romaine, butterhead, batavia, lollo rossa, iceberg, head lettuce), sawi pakcoy hijau dan putih, caisim, dan kailan serta horenzo yang baru mulai dikembangkan. Kangkung dan bayam juga dapat diusahakan secara aeroponik . Dapat disimpulkan bahwa jenis tanaman yang sering dibudidayakan secara aeroponik pada umumnya berupa sayuran daun yang waktu panennya sekitar satu bulan setelah pindah tanam. Harga jual komoditas tersebut juga dipilih yang dapat memberikan keuntungan maksimal. Tanaman rempah penyedap masakan seperti oregano, parsley, thyme, dill, dan basil dapat diusahakan dalam volume kecil. Namun karena harga jualnya tinggi maka konsumen atau target pasar ke hotel berbintang dan restoran eksklusif [9].

REFERENSI

[1] R. Y. Endra, A. Cucus, F. N. Affandi, and D. Hermawan. 2019. Implementasi Sistem Kontrol Berbasis Web Pada Smart Room Dengan Menggunakan Konsep Internet Of Things. Jurnal Sistem Informasi dan Telematika (Telekomunikasi, Multimedia, Informasi) . Vol. 10 (2): 98—106.
[2] Endra R. Y., Cucus A., dan Wulandana M. A. 2020. Perancangan Aplikasi Berbasis Web Pada Sistem Aeroponik untuk Monitoring Nutrisi Menggunakan Frame CodeIgniter. Jurnal Sistem Informasi dan Telematika (Telekomunikasi, Multimedia, Informasi) . Vol. 11 (1): 10-16.
[3] Lakkireddy K. K. R., Kasturi K., dan Sambasiva Rao K. R. S. 2012. Role of Hydroponics and Aeroponics in Soilless Culture in Commercial Food Production. Journal of Agricultural Science & Technology . Vol. 1 (1): 26-35.
[4] Aksi Agraris Kanisius. 1992. Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran . Yogyakarta: Kanisius.
[5] Sutiyoso Y. 2003. Aeroponik Sayuran Budidaya dengan Sistem Pengabutan . Jakarta: Penebar Swadaya.
[6] Rosliani R. & Nani S. 2005. Budidaya Tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik , Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.
[7] S. Samuel dan R. Muhammad. 2018. Monitoring dan Kontrol Sistem Penyemprotan Air untuk Budidaya Aeroponik Menggunakan NodeMCU ESP8266. Jurnal Tek. ITS . Vol. 7 (2): A380-A385.
[8] Fauzi R., Putra E. T. S., dan Ambarwati E. 2013. Pengayaan Oksigen di Zona Perakaran Untuk Meningkatkan Pertumbuhan dan Hasil Selada ( Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik. Jurnal Vegetalika . Vol. 2 (4): 63-74.
[9] Asniati, Hasiri E. M., dan Yanti R. 2019. Sistem Kontrol Otomatis Penyiraman Tanaman Dengan Metode Tanaman Sistem Aeroponik Menggunakan Mikrokontroler Atmega 2560. Jurnal Informatika . Vol. 8 (1): 38-44.

Artikel Aeroponik.pdf (368.3 KB)

1 Like