Apa yang dimaksud dengan Academic goal orientation?

Academic goal orientation

Academic goal orientation adalah tujuan akademik yang dimiliki siswa dalam menentukan sikap mereka dalam proses belajar di kelas atau di sekolah, serta kaitannya dengan proses belajar mereka di rumah dalam mencapai tujuan belajar.

Apa yang dimaksud dengan Academic goal orientation?

image

Pengertian Academic Goal Orientation


Goal orientation mula-mula didefinisikan sebagai orientasi tujuan yang terletak pada tindakan dalam meraih prestasi (Ames, 1992a; Dweck, 1986; Nicholls, 1984, dalam Kaplan, 2007). Anderman dan Maehr (1994, dalam Kaplan, 2007) menyatakan:

rather than focusing on the content of what people are attempting to achieve (i.e., objectives, specific standards), goal orientations define why and how people are trying to achieve various objectives and refer to overarching purpose of achievement behavior . Yang berarti bahwa goal orientation lebih menegaskan pada mengapa dan bagaimana seseorang berusaha untuk mencapai berbagai tujuan dan mengacu pada tujuan yang menyeluruh pada perilaku berprestasi, bukan pada isi dari apa yang hendak dicapai (yaitu, tujuan, standar tertentu).

Lebih lanjut, goal orientation merupakan susunan utama teori tujuan. Goal (sasaran atau tujuan) adalah hasil atau pencapaian yang pemenuhannya diperjuangkan seseorang (Locke dan Latham, 2002 dalam Woolfolk, 2009: 198). Woolfolk (2009: 200) mengemukan bahwa goal orientation (orientasi tujuan) merupakan pola keyakinan tentang tujuan-tujuan yang mengarah pada prestasi di sekolah. Goal orientation termasuk alasan kita mengejar tujuan dan standar yang kita gunakan untuk mengevaluasi kemajuan kearah tujuan tersebut. Misalnya kita belajar tentang suatu materi pada salah satu mata pelajaran, maka orientasi tujuannya, apakah untuk mempelajari dan menguasai tentang semua materi tersebut atau mendapatkan nilai 100 dari materi tersebut.

Sedangkan Schunk (2012) mengatakan bahwa goal orientation mengacu pada tujuan dan fokus keterlibatan seseorang dalam aktivitas berprestasi, sedangkan goal setting (penetapan tujuan) lebih berfokus pada bagaimana tujuan dibangun dan diubah serta peran sifat-sifat tujuan itu untuk mendesak dan mengarahkan perilaku. Goal orientation termasuk alasan kita mengejar tujuan dan standar yang kita gunakan untuk mengevaluasi kemajuan ke arah tujuan tersebut. Goal orientation adalah konstruk yang menggambarkan bagaimana individu merespon, memberikan reaksi dan menginterpretasikan situasi untuk mencapai suatu prestasi atau kinerja tertentu (Vande Walle dalam Puspitasari, 2013). Menurut Schunk, dkk (2008), siswa dengan tujuan dan efikasi diri dalam mencapai keinginannya cenderung akan terlibat dalam kegiatan yang dia percaya dapat menunjang keinginannya dengan memperhatikan proses, berlatih mengingat informasi, berusaha dan bertahan.

Perencanaan terarah siswa adalah goal orientation siswa, dimana orientasi tujuan akan menjadi pendorong siswa untuk berusaha. Schunk, dkk (2008) juga menyatakan bahwa ketika individu tidak memiliki komitmen untuk mencapai tujuan maka dia tidak akan bekerja maksimal dan tidak memiliki keinginan untuk berprestasi. Dengan penetapan tujuan yang jelas, remaja dapat meningkatkan prestasi mereka (Bandura, dalam Santrock, 2007). Namun bukan hanya menetapkan tujuan mereka, remaja juga dituntut untuk merencanakan cara meraih tujuan-tujuannya (Pintrich, dalam Santrock, 2007).

Terdapat dua jenis goal orientation , yaitu academic goals (tujuan akademik) dan social goals (tujuan sosial). Penelitian ini lebih terfokus pada pembahasan academic goals , karena orientasi tujuan ini berkaitan erat dengan kegiatan belajar mandiri pada siswa (Arias, 2004). Academic goals refer to motives of an academic nature that student use for guiding their classroom behavior . Jenis goal orientation ini berhubungan dengan alasan yang siswa gunakan untuk mengatur perilaku mereka di kelas atau di sekolah.

Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa goal orientation (orientasi tujuan) merupakan orientasi yang menjadi alasan siswa untuk mencapai tujuan dan fokus keterlibatan seseorang dalam aktivitas berprestasi. Sedangkan academic goal orientation adalah tujuan akademik yang dimiliki siswa dalam menentukan sikap mereka dalam proses belajar di kelas atau di sekolah, serta kaitannya dengan proses belajar mereka di rumah dalam mencapai tujuan belajar.

Dimensi Academic Goal Orientation


Volet (1977, dalam Arias, 2004) menyatakan ada dua dimensi dalam academic goal orientation , yaitu:

1. Effort (usaha atau upaya)
Effort (upaya) muncul sebagai motivasi strategi kemandirian belajar yang pertama, membentuk kinerja akademik (Boekaerts, 1944, dalam Arias, 2004).

2. Direction (bimbingan)
Selain upaya atau usaha yang dilakukan oleh siswa sendiri, mereka juga membutuhkan bantuan dari guru berupa bimbingan ( direction ) yang sesuai dengan kemampuan mereka.

Kedua dimensi academic goal orientation di atas telah memperlihatkan hubungan yang saling berkaitan untuk menghasilkan prestasi akademis yang baik dari siswa (Arias, 2004). Wolters (1988, dalam Arias, 2004) telah menunjukkan bagaimana dalam situasi simulasi yang berbeda, siswa menyesuaikan motivasi kemandirian belajar mereka, siswa dengan tujuan berorientasi pada penguasaan pembelajaran atau penguasaan ( mastery goal ) lebih menggunakan motivasi instrinsik, sedangkan mereka dengan orientasi tujuan pada prestasi ( performance goal ) menggunakan motivasi ekstrinsik.

Konsep orientasi tujuan (goal orientation) pertama kali diajukan oleh Dweck & Leggett, menurutnya tujuan-tujuan yang dikejar oleh individu menciptakan kerangka berpikir yang digunakan oleh individu untuk menginterpretasikan dan bereaksi terhadap suatu kejadian.

Kategori Orientasi

Lebih lanjut, menurut Dweck & Leggett dalam konteks pencapaian intelektual, Tujuan dapat dikategorikan ke dalam dua jenis orientasi yaitu: a) tujuan berorientasi hasil (performance goals), hal yang paling penting bagi individu dengan tujuan ini adalah mendapatkan penilaian yang baik terhadap kemampuan yang mereka miliki, b) tujuan berorientasi pembelajaran (learning goals), yang paling penting bagi individu dengan tujuan ini adalah meningkatkan kemampuannya.

Perbedaan individu dalam hal orientasi tujuan berasal tentang cara pandang individu terhadap inteligensi. Orientasi hasil berasal dari teori entity, yaitu cara pandang yang mempercayai bahwa atribut kepribadian individu bersifat tetap dan tidak dapat diubah. Sementara orientasi belajar berasal dari teori incremental, yaitu cara pandang yang mempercayai bahwa atribut kepribadian bersifat dapat berubah, dapat ditingkatkan dan dapat dikontrol.

Dikemudian hari, VandeWalle mengidentifikasi bahwa orientasi hasil mengandung dua keinginan yaitu: 1) keinginan inidividu untuk mendapatkan penilaian yang baik atas kemampuannya serta, 2) keinginan individu untuk menghindari penilaian yang tidak baik atas kemampuannya.

Faktor dalam Goal Orientation

Selanjutnya VandeWalle mengoperasionalkan orientasi tujuan belajar sebagai konstruk yang terdiri dari 3 faktor yaitu: 1) tujuan berorientasi pembelajaran ( learning goal orientation ) yang menitikberatkan pada usaha individu untuk mengembangkan kemampuannya melalui mempelajari keterampilan baru, mengelola situasi baru dan belajar dari pengalaman; 2) tujuan berorientasi pembuktian (proving goal orientation) yang menitikberatkan pada usaha indvidu untuk mendemonstrasikan kemampuannya dan mendapatkan penilaian positif dari orang lain; 3) tujuan berorientasi penghindaran (avoiding goal orientation) menitikberatkan pada usaha individu untuk menghindari penyangkalan terhadap kemampuan yang dimilikinya serta untuk menghindari penilaian negatif dari orang lain.

Konsep Islam tentang Orientasi Tujuan

Dalam teori ini, manusia diciptakan dengan berbagai tujuan yaitu :

  • Tujuan hidup manusia memiliki makna yang sangat mendasar. Sebab tanpa tujuan, tidak akan jelas arah dan tujuan hidup manusia yang akan dicapai. Di samping argumen tersebut, Al Qur’an dengan jelas menyebutkan bahwa Allah SWT ketika menciptakan manusia memiliki tujuan.
  • Tujuan hidup manusia berkaitan dengan bumi sangat erat kaitannya dengan jabatan fungsional manusia sebagai khalifah. Di mana ia memiliki tugas untuk menata kehidupan manusia dengan menggali segala potensi sumber daya alam untuk dimanfaatkan dan sebaliknya dilarang untuk merusaknya. Khalifah dapat berarti fungsi manusia itu sendiri sebagai ciptaan yang paling sempurna.
  • Manusia juga memiliki tujuan hidup berkaitan dengan dirinya sendiri.