Apa yang dimaksud Aggressive Driving?

Apa yang dimaksud Aggressive Driving?

Apa yang dimaksud Aggressive Driving?

Menurut James (2000) Aggressive driving merupakan mengemudi di bawah pengaruh ketidakstabilan emosi yang berdampak resiko bagi orang lain. Tasca (2000) menambahkan bahwa, Aggressive driving dilakukan secara sengaja, cenderung meningkatkan risiko kecelakaan dan dimotivasi oleh ketidaksabaran, kekesalan, permusuhan, dan atau upaya untuk menghemat waktu.

Menurut Tasca (1969), Bentuk-bentuk Aggressive driving dapat dilihat berdasarkan beberapa tingkah laku yang dapat dikategorikan sebagai mengemudi Aggressive driving: Membuntuti terlalu dekat , keluar-masuk jalur, menyalip dengan kasar, memotong ke depan kendaraan yang berada di jalur dengan jarak yang dekat , menyalip dari sebelah kiri jalan, berpindahpindah jalur tanpa memberikan tanda, menghalangi pengemudi lain untuk menyalip, tidak mau memberikan kesempatan pengemudi lain untuk masuk ke dalam jalur, mengemudi dengan kecepatan tinggi yang kemudian menimbulkan tingkah laku membuntuti dan berpindah jalur, melewati (melanggar) lampu merah dan melewati tanda yang mengharuskan berhenti sehingga dapat membahayakan pengguna jalan lainnya.

Menurut Winurini, (2012) Munculnya perilaku agresi berkendara disebabkan karena beberapa penyebab yang datangnya dari internal serta eksternal. Menurut Ayuningtyas dan Santoso, beberapa penyebab internal perilaku agresi berkendara adalah suasana hati, usia dan jenis kelamin, kepribadian, gaya hidup, sikap pengendara, dan intensi (niat), sementara beberapa penyebab eksternalnya adalah kebisingan, temperatur, overcrowding , dan territoriality .

Faktor-faktor Penyebab Aggressive driving

Beberapa faktor penyebab Aggressive driving menurut Tasca (2000) adalah :

  1. Usia dan Jenis Kelamin menjelaskan bahwa perilaku Aggressive driving sebagian besar melibatkan pengemudi laki-laki dengan usia muda, yaitu antara 17-35 tahun, sedangkan dalam rentang usia yang sama, pengemudi perempuan menujukkan tingkat yang lebih rendah.

  2. Anonimitas menjelaskan bahwa pada malam hari, jalan raya dapat menjadi tempat yang mendukung untuk tercapainya anonimitas pengguna jalan karena kondisi sepi dan gelap, sehingga ada kesempatan untuk melarikan diri.

  3. Faktor Sosial seperti norma, reward, hukuman, dan model di masyarakat dapat mempengaruhi aggressive driving. Kasus Aggressive driving yang tidak mendapatkan hukuman/sanksi yang jelas akan menimbulkan persepsi bahwa perilaku ini adalah wajar, sesuai norma, dan dapat diterima.

  4. Kepribadian individu memiliki sifat yang akan menentukan perilakunya secara teratur dan terus-menerus dalam setiap situasi. Sifat-sifat ini akan berperan dalam pembentukan kepribadian mereka juga.

  5. Gaya Hidup beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai gaya hidup yang berkaitan dengan performa mengoperasikan kendaraan. Resiko kecelakaan dalam usia muda menunjukkan bahwa mereka memiliki gaya hidup seperti mengkonsumsi alkohol, menggunakan obat-obatan terlarang, merokok dan kelelahan akibat bergaul dengan teman sampai larut malam.

  6. Keterampilan mengemudi dalam penelitian membuktikan bahwa perilaku mengemudi, menunjukan bahwa pengemudi yang merasa memiliki keterampilan dan tidak berorientasi pada keselamatan pada saat mengoperasikan kendaraan, lebih sering menunjukkan kemarahan pada saat mengalami hambatan di jalan raya.

  7. Faktor lingkungan menjelaskan adanya hubungan yang signifikan antara kondisi lingkungan dan perilaku agresif pada saat mengemudi. Pengemudi yang lebih sering mengemudi dalam kemacetan jalan cenderung lebih jarang merasakan emosi marah saat mengemudi.

Aspek-Aspek Aggressive Driving

Menurut Houston; Paul & Norman (2003) membagi perilaku Aggressive driving menjadi dua aspek, yaitu;

  1. Perilaku konflik ( conflict behaviour ), Conflict behaviour melibatkan interaksi sosial langsung dengan pengemudi langsung dan ditandai oleh tindakan yang kompatibel yang memperoleh respon konflik. Indikator dari conflict behaviour adalah membunyikan klakson ( honking ), memberikan isyarat lampu ( rude gesturing ), menyalakan lampu jauh ( flashing high beams ).

  2. Mengebut ( speeding ), perilaku mengebut ( speeding ) termasuk ke dalam perilaku beresiko ( risk-taking behaviour ). Houston; Paul & Norman (2003) perilaku speeding tersebut tidak jelas merupakan perilaku yang memperhitungkan resiko, pembuatan keputusan secara impulsif atau hanyalah kecerobohan dari pengemudi. Indikator dari speeding adalah mengebut melewati batas kecepatan, membuntuti kendaraan lain, mempercepat kendaraan saat lampu kuning menyala.