Apa yang anda ketahui tentang toko filsafat William James?

William James

William James (lahir di New York City pada tahun 1842 M), merupakan tokoh filsafat aliran pragmatisme . Menurut James, dunia tidak dapat diterangkan dengan berpangkal pada satu asas saja. Dunia terdiri dari banyak hal yang saling bertentangan.

William James lahir di New York, Amerika Serikat, dan menjadi dosen di Harvard University dalam mata kuliah anatomi, fisiologi, psikologi dan filsafat.

William James telah menghasilkan banyak karya tulis, di antaranya: the Principles of Psychology (1890), The Will to Believe (1897), The Varieties of Religious Experience: A Study in Human Nature (1902) dan Pragmatism: A New Name for Some Old Ways of Thinking (1907).

Di dalam bukunya The Meaning of Truth: A Sequel to “Pragmatism”(1909) atau “Arti Kebenaran” William James mengemukakan bahwa tiada kebenaran yang mutlak, yang berlaku umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, lepas dari segala akal yang mengenal. Sebab pengalaman kita berjalan terus, dan segala yang kita anggap benar dalam perkembangan pengalaman itu senantiasa berubah, karena di dalam prakteknya apa yang kita anggap benar dapat dikoreksi oleh pengalaman berikutnya.

Oleh karena itu tiada kebenaran yang mutlak, yang ada adalah kebenaran-kebenaran, (artinya: dalam bentuk plural atau jamak) yaitu apa yang benar dalam pengalaman-pengalaman khusus, yang setiap kali dapat diubah oleh pengalaman berikutnya.

Nilai pertimbangan dalam pragmatisme tergantung kepada akibatnya, kepada kerjanya, artinya: tergantung kepada keberhasilan dari perbuatan yang disiapkan oleh pertimbangan itu. Pertimbangan itu benar jikalau bermanfaat bagi pelakunya, jikalau memperkaya hidup serta kemungkinan-kemungkinan hidup.

Seperti yang telah dikembangkan, akal atau pemikiran mendapat tujuannya dalam perbuatan. Selain dari itu pemikiran dapat juga menyesuaikan diri dengan tuntutan kehendak dan tuntutan perbuatan. Hal ini mengakibatkan bahwa sebenarnya kita dapat menghasilkan sendiri sebagian dari apa yang diperlukan oleh pengalaman kita, sesuai dengan kemauan kita sendiri. Jadi, sebagian dari dunia ini adalah hasil kita sendiri. Dunia ini bukanlah sesuatu yang telah selesai, melainkan sesuatu yang terusmenerus menjadi, seperti halnya dengan pemikiran kita adalah suatu arus yang mengalir, suatu sistem perhubungan-perhubungan.

William James merupakan ahli filsafat yang beraliran pragmatisme. Dalam bukunya Pragmatism, James mempertentangkan rasionalis yang lunak yang biasanya mempunyai pandangan yang idealis dan optimis , dengan empiris yang keras, yang suka kepada fakta, dan yang biasanya merupakan seorang materialis dan pesimis.

Kepada mereka itu James berkata:

“Aku menyajikan pragmatisme, suatu aliran yang namanya aneh, sebagai suatu filsafat yang dapat memuaskan dua macam kebutuhan. Pragmatisme dapat tetap bersifat religius seperti rasionalisme , tetapi pada waktu yang sama, ia sangat memperhatikan fakta sebagaimana aliran empirisme”.

Empirisme Radikal


James mendefinisikan istilah empirisme radikal sebagai berikut:

“Aku mengatakan empirisme oleh karena merasa puas untuk menganggap hasil pekerjaannya dalam bidang materi hanya sebagai hipotesa yang dapat diubah menurut pengalaman di kemudian hari”.

James juga pernah berkata:

“Untuk menjadi radikal suatu empirisme harus tidak menerima dalam bentuknya unsur apa saja yang tidak dialami secara langsung, atau mengeluarkan dari bentuknya unsur yang dialami secara langsung”.

James menganggap hubungan ( relation ) seperti “lebih besar daripada” sebagai salah satu dari unsur-unsur yang dialami secara langsung.

Pragmatisme adalah tindakan menengok terhadap hasil-hasil dari fakta-fakta, dan bukan terhadap prinsip- prinsip dan kategori. Ia menerima pengalaman-pengalaman dan fakta-fakta kehidupan sehari-hari sebagai dasar. Realitas adalah hal yang dialami, apakah itu merupakan benda atau perubahan keadaan. Oleh karena pengalaman itu terpisah-pisah, maka kelompok pragmatis mendapatkan benda-benda ada yang disambung dan ada yang perlu dipisah serta menerima apa adanya. Sebagai akibat, mereka berpendapat bahwa realitas itu banyak ( pluralitas ) dan tidak satu ( monistis ) atau dua ( dualistic ).

Terdapat paham yang kita terima, yakni data rasa yang dibawakan dari luar diri kita sebagai stimulus (daya perangsang). Kemudian ditambah dengan unsur interpretatif yang diberikan oleh makhluk yang sadar. Pengalaman kita yang kreatif yang terdiri atas bahan yang kita terima serta unsur interpretatif merupakan realitas yang kita ketahui. Dengan begitu, maka pengetahuan didasarkan atas persepsi indrawi atas pengalaman yang membentuk kesadaran yang terus menerus .

Teori Kebenaran William James


James memberikan suatu pernyataan yang membingungkan yaitu truth happens to an ideas ( kebenaran itu terjadi kepada suatu ide ). Hal yang membingungkan dalam pernyataan itu adalah bahwa teori kebenaran yang tradisional mengatakan sebaliknya, yakni bahwa kebenaran itu suatu hubungan yang pasti dan tetap (statis). Ketika James menyelidiki teori-teori kebenaran yang tradisional, ia menyatakan, apakah arti kebenaran dalam tindakan. Kebenaran harus merupakan nilai dari suatu ide. Tidak ada sesuatu motiv dalam mengatakan bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar, kecuali untuk memberi petunjuk bagi tindakan yang praktis.

James akan bertanya,

“Apakah perbedaan yang kongkrit yang akan disebabkan oleh ide itu dalam penghidupan?”. “Suatu perbedaan yang tidak menyebabkan perbedaan bukanlah perbedaan, akan tetapi hanya permainan kata.”

Suatu ide menjadi benar atau dijadikan benar hanya oleh kejadian-kejadian. Suatu ide itu benar jika ia berhasil atau jika ia memberi akibat-akibat yang memuaskan. Kebenaran itu relatif, kebenaran juga berkembang. Kebenaran ( truth ) adalah yang menjadikan berhasil dalam cara kita berpikir dan kebenaran ( right ) adalah yang menjadikan berhasil cara kita bertindak.

Ide, doktrin dan teori menjadi alat untuk membantu kita menghadapi situasi; doktrin bukannya jawaban terhadap permasalahan. Suatu teori itu adalah buatan manusia untuk menyesuaikan diri dengan maksud-maksud manusia, dan satu-satunya ukuran kebenaran suatu teori adalah jika teori tersebut membawa kita kepada hal-hal yang berfaidah. Keberhasilam (workability), kepuasan ( satisfiction ), konsekuensi dan hasil ( result ) adalah kata-kata kunci dalam konsep pragmatisme tentang kebenaran.

Moralitas, seperti kebenaran, bukannya tetap akan tetapi berkembang karena situasi kehidupan, sumber dan otoritas bagi kepercayaan, dan tindakan hanya terdapat dalam pengalaman. Hal yang baik adalah sesuatu yang memberikan kehidupan yang lebih memuaskan; yang jahat adalah sesuatu yang condong untuk merusak kehidupan.

James adalah seorang pembela yang kuat bagi kemerdekaan moral dan indeterminisme . Ia percaya bahwa determinisme adalah pemalsuan intelektual dan pengalaman . Ia mendukung meliorisme, yang berarti bahwa dunia itu tidak seluruhnya jahat dan tidak seluruhnya baik, akan tetapi dapat diperbaiki. Usaha manusia untuk memperbaiki dunia adalah berharga dan berfaidah, dan kecondongan evolusi biologi dan sosial adalah ke arah perbaikan semacam itu.

Kata bijak wiliam james

Kemauan untuk Percaya


James mencurahkan perhatiannya yang sangat besar kepada agama. Doktrin pluralisme kebenaran, meliorisme, begitu juga doktrinnya tentang kemauan untuk percaya , semuanya memberi sumbangan kepada pendapatnya tentang agama dan Tuhan. Pada akhir-akhir karyanya ia mengakui bahwa ‘kemauan untuk percaya’ dapat dinamakan ‘hak untuk percaya’.

Empirisme radikal tidak lagi mencari kebutuhan manusia serta kesatuan manusia dan kesatuan metafisik di belakang pengalaman, dan menekankan aliran kesadaran yang ada. Kesadaran menunjukkan minat, keinginan dan perhatian; ia merupakan tindakan kemauan dan rasa indrawi, segi yang menentukan adalah kemauan dan bukan akal. Kemauan menetapkan bagaimana dan apa yang akan kita alami; dengan begitu maka secara empiris berpikir itu nomor dua sesudah ‘mau’. Apa yang dipilih dan ditekankan menjadi vital dan riil. Dengan begitu maka dunia yang kita alami sebagian besar adalah bikinan kita sendiri.

Mengenai ide-ide kita, keadaannya sama dengan persepsi indrawi kita. Ide-ide yang menarik minat serta minta perhatian kita cenderung untuk menjauhkan ide-ide yang lain dan menguasai lapangan; dan ide-ide tersebut condong untuk menemukan ekspresi dalam tindakan-tindakan kita. Dalam kehidupan individual memerlukan mengambil beberapa keputusan.

Bagaimana mereka harus bertindak untuk mengambil keputusan tersebut dan memformulasikan keyakinan mereka?

Dalam beberapa keadaan, keadaannya jelas dan pasti, dan dalam keadaan tersebut mereka perlu bertindak sesuai dengan kejelasan tersebut. Dalam situasi lain, di mana pilihan antara tindakan yang dipertimbangkan itu dipaksakan atau sangat remeh, mereka dapat menangguhkan keputusan mereka atau sama sekali tidak mengambil keputusan. Tetapi terdapat situasi di mana orang-orang menghadapi permasalahan yang sangat menentukan ( crucial ) dan mereka harus mengambil pilihan dan bertindak, karena kegagalan mengambil pilihan berarti telah memihak kepada salah satu alternatif. Jika masalahnya adalah kehidupan, dipaksakan dan harus segera dilakukan, orang harus bertindak walaupun tidak mempunyai kejelasan yang dapat dipakai dasar untuk mengambil keputusan.

Doktrin James tentang kehendak untuk percaya, berlaku bagi situasi nomor tiga ini, di mana suatu pengambilan keputusan diharuskan oleh situasi. Sebagai contoh, apakah saya mengawini wanita (atau pria) ini sekarang, atau harus menunggu sampai saya menjadi pasti bagaimana jadinya perkawinan itu nanti?

Di sini seseorang tidak dapat mengetahui dengan pasti apakah perkawinan itu akan bahagia dan sukses. Tidak semua fakta dapat diketahui dan seseorang tidak dapat menunggu sampai bukti-bukti terkumpul semua; walaupun begitu, soalnya tetap hidup, dan dipaksakan serta harus dilakukan. Untuk tidak bertindak sudah berarti mengambil keputusan, yakni tidak akan mengawini orang itu sekarang. Jika kemauan untuk percaya mendorong kepada kepada pengambilan keputusan dan bertindak, kemauan tersebut membawa kita kepada penemuan dan keyakinan atau kepada kebenaran dan nilai, hanya karena fakta bahwa ada kemauan. Nilai-nilai kehidupan adalah empiris, dapat ditemukan dan dicoba dalam proses kehidupan.

Menurut James, dalam bermacam-macam pengalaman kehidupan, manusia mempunyai hubungan dengan suatu zat yang lebih ( a ‘more’ ). Manusia merasakan di sekitarnya ada sesuatu yang simpatik dan memberinya dukungan ( support ). Ia menunjukkan sikap bersandarnya kepada zat tersebut dalam sembahyang dan doa. Rasa tentang adanya zat yang lebih ( the 'more ') membawakan ketenangan, kebahagiaan, dan ketenteraman; selain itu hal ini merupakan pengalaman universal . Dalam arti keagamaan, Tuhan adalah kecondongan ideal tersebut atau pendukung yang murah hati dalam pengalaman manusia.

Seperti telah diketahui, James terpengaruh oleh hal-hal yang baru, kemerdekaan, kemauan individualitas dan ketidakseragaman yang bersifat inheren dalam alam ini. Akibatnya ia menekankan pendapat bahwa Tuhan itu terbatas . Oleh karena dalam dunia ini terdapat kemungkinan-kemungkinan yang riil baik untuk kejahatan atau untuk kebaikan, maka tak mungkin ada Tuhan yang maha baik dan maha kuasa yang menciptakan dunia sebagai yang kita ketahui. Walaupun begitu Tuhan itu bermoral dan bersikap bersahabat dan manusia dapat bekerja sama dengan Tuhan dalam perjuangan menciptakan suatu dunia yang lebih baik.