Apa yang Anda ketahui tentang teori tindakan beralasan (theory of reasoned action)?

Apa yang Anda ketahui tentang teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) ?

Apa yang Anda ketahui tentang teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) ?

2 Likes

Teori Reasoned Action (TRA) yang dikembangkan Martin Fisbein dan Icek Ajzen (1975, 1980) berasal dari penelitian sebelumnya, yaitu teori tentang sikap yang kemudian berkembang ke penelitian selanjutnya tentang sikap dan perilaku. Teori ini muncul karena ketidakpuasan terhadap penelitian tradisional tentang sikap dan perilaku, dimana terdapat hubungan yang lemah antara pengukuran sikap dan pelakuan perilaku volitional. Diturunkan dari setting psikologi sosial. TRA diajukan oleh Ajzen dan Fishbein (1975 & 1980). Komponen dari TRA ada 3 konstruksi umum, 1 keinginan perilaku, 2. sikap, 3. norma subjektif. Menurut TRA sikap perilaku seseorang bergantung kepada sikap seseorang tentang perilaku dan norma subjektif, jika seseorang berkeinginan untuk melakukan perilaku maka kemungkinan seseorang akan melakukannya. Lebih lanjut keinginan seseorang dipandu oleh 2 hal sikap seseorang terhadap perilaku dan norma subjektif. Keinginan perilaku mengukur kekuatan keinginan relatif seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Sikap terdiri atas kepercayaan tentang konsekuensi melakukan perilaku dikali valuasinya akan konsekuensi tersebut. Norma subjektif dilihat dari kombinasi ekspetasi, persepsi, dari individual relevan atau grup bersama dengan keinginana untuk memenuhi ekspetasi ini. Dengan kata lain persepsi seseorang kebanyakan orang yang penting baginya bahwa dia harus atau tidak harus melakukan perilaku yang dipertanyakan ( Azjen and Fishbein, 1975).

Definisi sederhananya adalah perilaku sukarela seseorang diprediksikan dari sikapnya kepada perilaku itu dan bagaimana orang akan memandang mereka jika mereka melakukan perilaku tersebut. Sikap seseorang digabungkan dengan norma subjektif membentuk keinginan perilakunya.

Namun Fishbein dan Ajzen mengatakan bahwa sikap dan norma tidak seimbang dalam memprediksi perilaku memang tergantung kepada individual dan sistuasi, faktor ini mungkin efek yang sangat berbeda atas keinginan perilaku: sehinga pertimbangan tersebut dihubungkan dengan masing-masing faktor ini dalam formula prediktif dari teori ini, contohnya kita mungkin tipe orang yang tidak peduli apa yang orang lain fikirkan, jika ini kasusnya norma subjektif akan memberi pertimbangan sedikit dalam memprediksi perilaku kita.

Miller, (2005) mendefinisiskan 3 komponen dari 3 teori sebagai berikut dan menggunakan contoh pada program latihan baru untuk mengilustrsikan teori

tersebut.

  • Sikap

Jumlah dari kepercayaan tentang perilaku tertentu yang dipertimbangkan oleh kepercayaan ini. Kita mungkin percaya bahwa olahraga bagus untuk kesehatan kamu, bahwa olah raga membuat kita terlihat bagus, bahwa olahraga membutuhkan banyak waktu, bahwa olahraga membuat kita tidak nyaman, semua kepercayaan ini bisa dipertimbangkan. Contoh issue kesehatan mungkin lebih penting bagi kita daripada kenyamanan. Sama halnya dengan merokok, mungkin kita percaya bahwa merokok bisa menambah kreatifitas, dapat menyenangkan perasaan, memberikan kenikmatan, menghilangkan rasa cemas. Bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan, merokok merugikan orang lain, dengan merokok bisa membuat boros. Contoh issue kesehatan mungkin lebih penting bagi kita dari pada sebuah kenikmatan.

  • Norma subjektif

Melihat kepada pengaruh orang-orang dalam lingkungan sosial seseorang terhadap keinginan perilakunya, kepercayaan orang-orang, mempertimbangkan seberapa pentingnya atribut seseorang kepada setiap pendapat mereka.

  • Keinginan perilaku

Suatu fungsi dari sikap terhadap perilaku dan norma subjektif terhadap perilaku tersebut, yang telah ditemukan untuk memprediksi prilaku sebenarnya.

Sikap kita terhadap olahraga dan merokok dikombinasikan dengan norma subjektif tentang olahraga dan merokok, masing-masing dengan pertimbangannya akan membawa kita kepada keinginana kita apakah mau berolahraga atau tidak, apakah mau merokok atau tidak yang kemudian akan membawa kita kepada perilaku kita sebenarnya.

Kegunaan

TRA telah menerima perhatian yang lumayan dan sebagian besar bisa di justifikasi dalam bidang perilaku konsumen, tidak hanya model muncul untuk memprediksi keinganan dan perilaku konsumen dengan baik. TRA juga menyediakan dasar-dasar sederhana yang relative untuk mengidentifikasi dimana dan bagaimana menarget percobaan perubahan perilaku konsumen. (Sheppard, Hartwick, & Warshaw, 1988).

Hale et al. (2003) mengatakan TRA telah dites dalam berbagai penelitian di banyak area termasuk diet, menggunakan kondom, mengkonsumsi makanan yang diubah secara genetic, dan membatasi sinar matahari.

Hale et al. (2003) juga memperhitungkan pengecualian-pengecualian tertentu terhadap teori tersebut ketika mereka mengatakan “ tujuan dari TRA adalah untuk menjelaskan perilaku volitional . Cakupan penjelasan itu tidak termasuk perilaku yang rentangnya luas seperti spontan, impulsive , kebiasaan, hasil craving , atau perilaku yang tertulis atau yang tanpa pemikiran. Perilaku-perilaku tersebut tidak termasuk karena perilaku tersebut mungkin tidak sukarela atau perilaku tersebut mungkin tidak berdasarkan keputusan yang sadar dari pelakunya. (Miller, 2005).

Teori tersebut bahkan telah direvisi dan diperluas sendiri menjadi perilaku terencana.”peluasan tersebut mungkin melibatkan penambahan satu prediksi besar, persepsi control perilaku, terhadap model tersebut. Penambahan tersebut dimaksudkan untuk memperhitungkan pada waktu-waktu tertentu ketika orang-orang mempunyai keinginan untuk melakukan perilaku, tapi perilaku sebenarnya tidak terwujud karena mereka kurang kepercayaan atau control dalam perilakunya.

Dalam TRA ini, Ajzen (1980) menyatakan bahwa niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms). Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi TRA ini dengan keyakinan (beliefs). Dikemukakannya bahwa sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan Norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs).

THEORY OF REASONED ACTION

Sejarah dan Definis Teori Tindakan Berencana (theory of reasoned action)


Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan oleh Martin Fishbein dan Ajzen dalam Jogiyanto (2007). Teori ini menghubungkan antara keyakinan (belief), sikap (attitude), kehendak (intention) dan perilaku (behavior). Kehendak merupakan prediktor terbaik perilaku, artinya jika ingin mengetahui apa yang akan dilakukan seseorang, cara terbaik adalah mengetahui kehendak orang tersebut. Namun, seseorang dapat membuat pertimbangan berdasarkan alasan-alasan yang sama sekali berbeda (tidak selalu berdasarkan kehendak). Konsep penting dalam teori ini adalah fokus perhatian (salience), yaitu mempertimbangkan sesuatu yang dianggap penting. Kehendak (intetion) ditentukan oleh sikap dan norma subyektif (Jogiyanto, 2007).

Teori perilaku beralasan diperluas dan dimodifikasi oleh (Ajzen dalam Jogiyanto 2007) dan dinamai Teori Perilaku Terencana (theory of planned behavior). Inti teori ini mencakup 3 hal yaitu; yaitu keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi dari perilaku tersebut (behavioral beliefs), keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi untuk memenuhi harapan tersebut (normative beliefs), serta keyakinan tentang adanya faktor yang dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor tersebut (control beliefs).

Jogiyanto (2007) berpendapat bahwa Intensi atau niat merupakan fungsi dari dua determinan dasar, yaitu sikap individu terhadap perilaku (merupakan aspek personal) dan persepsi individu terhadap tekanan sosial untuk melakukan atau untuk tidak melakukan perilaku yang disebut dengan norma subyektif. Secara singkat, praktik atau perilaku menurut Theory of Reasoned Action (TRA) dipengaruhi oleh niat, sedangkan niat dipengaruhi oleh sikap dan norma subyektif. Sikap sendiri dipengaruhi oleh keyakinan akan hasil dari tindakan yang telah lalu. Norma subyektif dipengaruhi oleh keyakinan akan pendapat orang lain serta motivasi untuk menaati pendapat tersebut. Secara lebih sederhana, teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.

Perkembangan Teori Tindakan Beralasan (theory of reasoned action)


Theory of Planned Behavior (TPB) yang merupakan pengembangan dari Theory of Reasoned Action (TRA) (Ajzen dalam Jogiyanto, 2007). Jogiyanto (2007) Mengembangkan teori ini dengan menambahkan konstruk yang belum ada di TRA. Konstruk ini di sebut dengan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan di TPB untuk mengontrol perilaku individual yang dibatasi oleh kekurangan-kekurangannya dan keterbatasan-keterbatasan dari kekurangan sumber-sumber daya yang digunakan untuk melekukan perilakuny (Hsu and Chiu 2002). Dengan menambahkan sebuah konstruk ini, yaitu kontrol perilaku persepsian (Perceived behavioral control), maka bentuk dari model teori perilaku rencanaan (Theory of planned behavior atau TPB) tampak di gambat berikut ini.

Teori perilaku Terencana

Dari Gambar di atas, teori perilaku rencanaan (Theory of Planned Behavior) dapat mempunyai dua fitur (Jogiyanto, 2007) sebagai berikut:

  1. Teori ini mengansumsi bahwa kontrol persepsi perilaku (perceived behavioral control) mempunyai implikasi motivasional terhadap minat. Orang-orang yang percaya bahwa mereka tidak mempunyai sumber- sumber daya yang ada atau tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan perilaku tertentu mungkin tidak akan membentuk minat berperilaku yang kuat untuk melakukannya walaupun mereka mempunyai sikap yang positif terhadap perilakunya dan percaya bahwa orang lain akan menyetujui seandainya mereka melakukan perilaku tersebut. Dengan demikian diharapkan terjadi hubungan antara kontrol persepsi perilaku (perceived behavioral control) dengan minat yang tidak dimediasi oleh sikap dan norma subyektif. Di model ini ditunjukkan dengan panah yang mennghubungkan kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) ke minat.

  2. Fitur kedua adalah kemungkinan hubungan langsung antara kontrol persepsi perilaku (perceived behavioral control) dengan perilaku. Di banyak contoh, kinerja dari suatu perilaku tergantung tidak hanya pada motivasi untuk melakukannya tetapi juga kontrol yang cukup terhadap perilaku yang dilakukan. Dengan demikian. Kontrol perilaku persepsian (perceived behavioral control) dapat mempengaruhi perilaku secara tidak langsung lewat minat, dan juga dapat memprediksi perilaku secara langsung. Di model hubungan langsung ini ditunjukan dengan panah yang menghubungkan kontrol persepsi perilaku (perceived behavioral control) langsung ke perilaku (behavior).

Referensi

http://digilib.unila.ac.id/3531/17/BAB%20II.pdf

Salah satu karakteristik reaksi perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya satu stimulus dapat menimbulkan lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan satu respon yang sama. Theory Of Reasoned Action dikembangkan oleh Ajzen dan Fishben.

Secara sederhana teori ini mengatakan bahwa seseorang akan melakukan suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan itu positif dan bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya (Azjen dan Fishben dalan Azwar, 2013).

Teori tindakan beralasan juga mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Komponen yang mempengaruhi yaitu sikap yang spesifik terhadap sesuatu, norma subjektif, dan sikap terhadap suatu perilaku bersama dengan norma subjektif.

Teori Tindakan Terencana (Theory Of Planned Behavior)

Tahun 1988 Icek Ajzen mengembangkan TRA menjadi teori tindakan terencana (theory palnned behavior atau TPB) dengan menambahkan sebuah determinan baru. Theory palnned behavior tetap berada pada faktor intensi perilaku dengan penambahan determinan yang disebut perceived behavioral control (PBC).

Teori perilaku terencana (theory palnned behavior ) secara eksplisit mengenal kemungkinan bahwa banyak perilaku tidak semuanya dibawah kontrol penuh sehingga konsep dari perceived behavioral control (kontrol perilaku persepsian) ditambahkan untuk menangani perilalu-perilaku semacam ini (jogiyanto, 2007).

Pada teori perilaku terencana, Ajzen (dalam Azwar, 2013) mengatakan bahwa diantara berbagai keyakinan yang akhirnya akan menentukan intensi dan perilaku tertentu adalah keyakinan mengenai tersedia-tidaknya kesempatan dan sumber yang diperlukan. Keyakinan dapat berasal dari pengalamn dengan perilaku yang bersangkutan di masa lalu, dapat juga dipengaruhi oleh pengalaman orang lain yang pernah melakukannya.

Dalam teori ini keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap perilaku tertentu, pada norma-norma subjektif, dan pada kontrol perilku yang dihayati. Ketiga komponen tersebut berinteraksi dan menjadi determinan yang pada gilirannya akan menentukan apakah perilaku yang bersangkutan akan dilakukan atau tidak.