Apa yang kamu ketahui tentang Teori Nilai Tenaga Kerja atau Labour Theory of Value?

labour

Teori Nilai Tenaga Kerja atau Labour Theory of Value adalah teori yang menjelaskan bahwa nilai barang dan jasa bergantung pada nilai tenaga kerja yang memproduksinya, tanpa mempertimbangkan nilai bahan mentah yang digunakan atau biaya modal. Ini adalah teori yang dikemukakan oleh Adam Smith dan Ricardo, serta Karl Marx.

Referensi

Black, A.C. (2006). Dictionary of Economics Over 3,000 Terms Clearly Defined. London:A & C Black Publishers Ltd

1 Like

Teori nilai tenaga kerja (Labor theory of value) menggambarkan salah satu teka-teki dan fenomena menarik dalam sejarah pemikiran ekonomi. Hal ini karena dalam perkembangannya pada abad ke 18 dan abad 19 ditandai oleh perkembangan teori pembangunan ekonmi di suatu negara. Pada saat yang bersamaan faham liberalis dan sosialis mendapatkan momentum dalam perkembangannya. Salah satu penjelasan yang memberikan makna lebih luas dalam teori nilai tenaga kerja dipaparkan oleh Arthur Lewis, seorang peraih nobel di bidang ekonomi tahun 1979.

Lewis menjelaskan pertumbuhan ekonomi negara berkembang dalam hal transisi antara dua sektor, yaitu sektor kapitalis dan sektor subsiten. Sektor kapitalis adalah bagian dari ekonomi yang menggunakan modal direproduksi dan membayar kapitalis daripadanya. Penggunaan modal dikendalikan oleh kaum kapitalis, yang menyewa jasa enaga kerja. Ini termasuk manufaktur, perkebunan, pertambangan, dan lain-lain. Sektor kapitalis ini dapat bersifat pribadi dan bersifat umum. Sedangkan sektor subsisten adalah bagian dari ekonomi yang tidak menggunakan kapital untuk direproduksi.

Hubungan antara kedua sektor tersebut dapat dijelaskan melalui sebuah kegiatan ekonomi dimana sektor kapital mengalami perkembangan perekonomian yang cepat. Sebagai akibatnya, sektor uini membutuhkan tambahan tenaga kerja yang lebih besar. Dalam hal ini sektor subsisten dapat mencukupi permintaan tenaga kerja dari sektor kapitalis. Dalam hal ini Lewis mempertimbangkan model perekonomian dengan adanya overpopulated labour surplus economies. Asumsi yang digunakan adalah penawaran tenaga kerja tidak terdidik kepada sektor kapitalis bersifat tidak terbatas. Sebagai akibatnya, muncul berbagai kemungkinan untuk menciptakan industri baru dan mengembangkan yang sudah ada pada existing wage rate.

Kondisi demikian meskipun jumlah pekerja yang bergerak dari sektor subsisten ke sektor kapitalis sama dengan jumlah dari surplus of labour di sektor subsisten, kesejahteraan umum dan produktivitas akan meningkat.

Dalam perkembangannya tingkat upah antara sektor subsisten dan sektor kapitalis akan sama. Hal ini karena adanya kenaikan dalam merginal productivity dan upah di sektor pertanian akan dapat menurunkan produktivitas dan upah di sektor industri manufaktur.

Secara grafis, penjelasan Lewis mengenai labour theory of value adalah sebagai berikut.

image

Apabila ergerakkan tenaga kerja dari sektor subsisten ke sektor industri maka akan diikuti dengan pergerakan upah. Dalam hal ini upah sektor subsisten akan meningkat sebagai akibat dari keterbatasan tenaga kerja yang ada. Begitu pula dengan sektor indutri juga akan meningkat tingkat upahnya. Dalam hal ini kegiatan investasi (capital accumulation) merupakan faktor penting dalam meningkatkan produktivitas di kedua sektor tersebut. Pergerakkan dari kurva w ke w1 menggambarkan pada awalnya terdapat perbedaan upah di sektor kapitalis dan sektor subsiten. Namun demikian karena adanya akumulasi modal maka produktivitas dapat ditingkatkan sehingga upah di kedua sektor juga dapat meningkat lagi.

Referensi
  1. Dual-sector model - Wikipedia
    Frisdiantara, C dan Mukhlis, I. 2016. Ekonomi Pembangunan Sebuah Kajian Teoritis dan Empiris. Malang : Lembaga Penerbitan Universitas Kanjuruhan Malang.