Sejarah Tari Barongsai
Keberadaan Barongsai memiliki sejarah sejak ribuan tahun yang lalu. Catatan pertama tentang seni tari ini bisa ditelusuri pada masa Dinasti Chin sekitar abad ke tiga sebelum masehi. Barongsai hadir sejak 1500 tahun silam. Ada beberapa versi sejarah mengenai keberadaan tarian Barongsai. Versi pertama mengatakan bahwa keberadaan barongsai adalah berasal dari tradisi untuk pengusiran roh-roh jahat, hantu atau nian (monster).
Menurut cerita masyarakat China, dikisahkan pada masa Dinasti Qing, di salah satu wilayah di Tiongkok, muncul nian (monster) yang mengganggu ketentraman penduduknya. Penduduk dibuat resah dan ketakutan dengan kemunculan monster tersebut. Hingga pada suatu waktu munculah seekor singa (barongsai) yang dengan kedatangannya mampu menghalau monster itu menjauh dari penduduk. Barongsai mampu mengalahkan monster dan membuat hawa jahat itu pergi ketakutan. Namun setelah kepergian singa barongsai tersebut, sang monster yang sakit hati kembali untuk membalas dendam kepada penduduk desa. Masyarakat dilanda kepanikan dan bingung karena singa yang pernah menyelamatkan desa mereka tidak diketahui keberadaannya. Akhirnya, mereka menciptakan kostum Barongsai untuk dapat mengusir monster itu kembali. Ternyata dengan mengenakan kostum barongsai, mereka berhasil membuat monster itu lari ketakutan. Hal inilah yang kemudian mendasari kenapa Barongsai selalu hadir dalam perayaan Imlek. Kini, pertunjukan barongsai mengusir monster diibaratkan sebagai mengusir aura-aura buruk yang ada.
Sedangkan versi lain, sebagaimana dikutip dari wikipedia, menyebutkan bahwa Kesenian Barongsai muncul pada masa dinasti Selatan-Utara (Nan Bei) tahun 420-589 Masehi. Kala itu pasukan dari raja Song Wen Dibuat kewalahan saat menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Akhirnya, Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan itu. Ternyata upaya itu sukses hingga akhirnya tarian barongsai melegenda hingga sekarang.
Tarian ini terdiri dari dua jenis utama yakni Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara lebih natural dan mirip singa. Sementara jenis satu lagu adalah Singa Selatan yang memiliki sisik serta sejumlah kaki yang bervariasi antara dua dan empat. Kepala Singa Selatan juga dilengkapi tandi sehingga kadangkala mirip binatang bernama Kilin.
Gerakan dua jenis singa ini juga berbeda. Singa Selatan lebih menonjolkan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak mengikuti tabuhan gong dan tambur. Sementara Singa Utara cenderung lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.
Masuknya Tari Barongsai di Indonesia

Kesenian barongsai masuk ke Indonesia pada sekitar abad 17, yaitu ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan. Kesenian Barongsai di Indonesia mengalami masa maraknya ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai. Perkembangan barongsai kemudian berhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Karena situasi politik pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi. Pada masa Presiden Soeharto, Barongsai hanya boleh dimainkan secara terbatas yaitu seperti pada setiap tanggal 29-30 bulan enam menurut penanggalan Tiong Hoa (Imlek) di panggung besar Klenteng Gedung Batu Sam Po Kong, Semarang.
Setelah perubahan situasi politik yang terjadi pada tahun 1998, kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghoa lainnya bangkit kembali dan banyak perkumpulan barongsai mulai kembali bermunculan. Bahkan di antaranya banyak yang meraih penghargaan dari berbagai ajang kejuaraan baik di tingkat nasional ataupun internasional.
Jenis Tari Barongsai

Seni tari barongsai secara umum dikelompokan dalam dua jenis barongsai, yaitu Singa Utara dan Singa Selatan. Singa Utara bersurai ikal dan berkaki empat. Penampilan Singa Utara juga lebih terlihat alami dan lebih mirip singa. Sementara Singa Selatan memiliki sisik serta jumlah kaki bervariasi, antara dua atau empat kaki. Kepala Singa Selatan juga dilengkapi tanduk. Gerakan Singa Utara dan Singa Selatan juga tidak sama. Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepala yang keras dan melonjak-lonjak seiring tabuhan gong dan tambur. Sementara, Singa Utara cenderung lebih lincah serta penuh dinamika. Salah satu gerakan wajib Barongsai yang merupakan klimaks dan dramatis adalah saat singa memakan amplop berisi uang. Di atas amplop biasanya disertai sayuran selada air sebagai perlambang hadiah bagi sang singa.
Pelengkap tarian Barongsai adalah suara kembang api. Suara pukulan simbal, gong, dan gendang biasanya menyertai adegan semarak ini. Setiap gerakan singa, punya irama musik khusus. Musik mengikuti gerakan singa, suara drum mengikuti singa, sementara simbal dan gong mengikuti pemain gendang. Tarian Barongsai menggabungkan seni, sejarah, serta gerakan kungfu. Biasanya para pemain kungfu dan sekompok penari singa terdiri dari sekitar sepuluh orang.