Apa yang anda ketahui tentang Tapir?

Tapir

Tapir (Tapirus bairdii) adalah binatang herbivora yang memakan dedaunan muda di sepanjang hutan atau pinggiran sungai. Tapir memiliki bentuk tubuh seperti babi, telinga yang mirip badak dan moncongnya yang panjang mirip trenggiling, sementara lenguhannya lebih mirip suara burung daripada binatang mamalia.

Tapir merupakan hewan yang soliter, kecuali pada musim kawinnya. Aktivitasnya lebih banyak pada malam hari (nokturnal). Aktivitas makan biasanya dilakukan sambil tetap terus berpindah dalam jalur yang berpindah-pindah. Jangkauan jelajah tapir sangat luas karena mereka cenderung berjalan jauh untuk menemukan lokasi yang kaya garam mineral

Apa yang anda ketahui tentang Tapir ?

Tapir adalah salah satu hewan langka yang dilindungi di Indonesia. Habitat hewan ini banyak ditemukan di pulau Sumatera Utara, terutama di kawasan Selatan danau terkenal tersebut.

Bentuknya cukup unik karena mirip dengan gabungan beberapa hewan lainnya. Hidungnya mirip trenggiling dan agak panjang. Badannya mirip dengan babi hutan. Telinganya mirip dengan badak.

Fakta Tentang Tapir

1) Tapir Bukan Hanya di Indonesia
Ada empat jenis tapir di seluruh penjuru dunia. Keempat jenis itu adalah

  • Baird’s Tapir (Tapirus Bairdii)
  • Lowland Tapir (Tapirus Terrestris)
  • Mountain Tapir (Tapirus Pinchaque)
  • Malayan Tapir (Tapirus Indirus)

Dari keempat spesies Tapir, hanya Malayan Tapir yang berasal dari Asia dan sisanya ditemukan di Amerika Tengah dan Selatan. Malayan Tapir sendiri memiliki habitat yang tersebar di berbagai kawasan Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Kamboja, Laos, Myanmar, Burma.

2) Spesies Yang Terancam

Seluruh spesies Tapir semua berada di ambang kepunahan jika tidak segera dilindungi. Angka terakhir menunjukkan untuk setiap spesies jumlah Tapir yang tersisa hanya mencapai 5000 ekor saja. Angka tersebut adalah untuk Baird’s Tapir, sedangkan jenis lainnya berkisar antara 2000-2500 ekor saja. Dari keempat jenis tersebut Lowland Tapir merupakan yang paling terancam dan angka populasinya yang terkecil sehingga sulit tercatat.

3) Herbivora

Binatang ini adalah herbivora karena mereka hanya makan dedaunan muda, tanaman kecil atau buah-buahan yang berserak

4) Bisa Berenang dan Menyelam

Terkadang hewan ini makan tanaman yang berada di dasar danau. Untuk itu mereka memiliki kemampuan untuk berenang dan menyelam untuk mencapainya.

5) Tapir Betina hamil Selama 13 bulan

Seekor Tapir Asia betina akan mengandung anaknya selama 400 hari alias sekitar 13 bulan. Setiap melahirkan hewan ini hanya melahirkan satu anak. Biasanya tapir betina akan hamil setiap 2 tahun sekali.

6) Anak Tapir tidak seperti induknya

Pada saat anak tapir lahir, bulunya tidak menyerupai induknya. Mereka memiliki belang-belang atau totol-totol putih di sekujur tubuhnya. Kulit ini hanya akan bertahan selama kurang lebih 6 bulan. Setelah masa itu, belang-belang tersebut akan menghilang dan si anak akan mulai menyerupai induknya. Belang-belang ini merupakan kamuflase untuk menghindari pemangsa.

7) Hidung Tapir untuk makan dan berenang

Hidung hewan ini mirip dengan belalai gajah saat dipergunakan untuk memungut daun yang berserakan atau menarik daun muda dari ranting. Selain itu, hidungnya ini berguna untuk mengisap udara pada saat mereka berenang. Hidung ini akan tetap berada di atas permukaan air selama tapir menjelajah air.

8) Jumlah jarinya tidak seragam

Tapir memiliki kaki depan yang memiliki 4 jari, sedangkan kaki belakangnya memiliki 3 jari.

9) Tapir bisa hidup hingga 30 tahun

Seekor tapir bisa hidup hingga 25-30 tahun.

10) Kelompok Tapir = Lilin

Dalam bahasa Inggris, sekelompok tapir disebut dengan “candle” atau dalam bahasa Indonesia artinya Lilin.

Taksonomi Tapir


Perilaku Tapir merupakan jenis satwa yang agak penakut, terutama terhadap manusia, sehingga hidupnya sangat bersembunyi. Tapir termasuk jenis satwa soliter artinya hidup sendiri di hutan, terkecuali bagi induk dan anaknya atau jantan dengan betina pada musim kawin. Musim kawin tapir berkisar antara bulan April hingga Juni (Ditjen PHKA Inpress ).

Rakhmat (1999) menyatakan bahwa dalam melakukan aktivitas makan, tapir aktif pada malam hari sehingga tapir tergolong satwa nokturnal. Jalan yang ditempuh tapir tidak selalu sama. Dalam melakukan gerak berpindah, tapir cenderung berjalan lurus dalam jalan utamanya. Namun apabila dalam perjalananya tapir menemukan tumbuhan pakannya maka aktivitas gerak berpindah akan diselingi dengan aktivitas makan. Hal ini ditandai dengan jejak tapir yang berpola melintang (zig zag), karena dalam melakukan aktivitas makan spesies ini tidak akan tinggal diam melainkan terus bergerak dalam pola zig zag. Aktivitas makan tapir dilakukan pada lokasi tertentu yang memiliki potensi pakan tapir yang cukup tinggi dan tapir akan kembali ke lokasi pakan dengan periode 90 hingga 100 hari. Tapir lebih memilih pakan dari tumbuhan pada tingkat semai dan pancang, beberapa spesies tumbuhan yang menjadi pakan tapir diantaranya adalah Artocarpus kemando, Donnax cannaeformis, dan Macrophanax dispermum. Sedangkan Novarino (2000) diacu dalam Ditjen PHKA (Inpress) menyebutkan beberapa jenis tumbuhan yang dimakan oleh tapir adalah Symplocos cochichinensis, Aporosa benthamiana, Clidemia hirta, dan Uncharia sclerophyla.

Habitat dan Penyebaran Tapir

Habitat tapir adalah hutan primer dan sekunder yang berdekatan dengan perairan, baik dalam bentuk sungai maupun rawa yang ada di dataran rendah hingga dataran tinggi 2500 mdpl. Tapir lebih menyukai tempat yang relatif terbuka dan dekat dengan perairan dikarenakan pada tempat tersebut tapir lebih mudah bergerak dan memperoleh pakan yang disukainya. Tapir juga memerlukan beberapa tempat tertentu seperti kubangan, sungai yang mengalir tenang dan daerah rawa untuk mandi dan berendam. Untuk tempat bernaung dari teriknya, yaitu :

  • Tapirus terestis,
  • T. pinchaque,
  • T. bairdii,
  • T. indicus.

Dari empat spesies tersebut hanya satu spesies yang dapat dijumpai di Indonesia, yaitu Tapirus indicus seperti dapat dilihat pada Gambar berikut ini :

image

Seorang ahli zoology Perancis yang bernama A.G. Desmarest merupakan orang pertama yang memberikan nama ilmiah Tapirus indicus pada tahun 1819 (Prothero dan Schoch 2002). Klasifikasi taksonomi tapir ( Tapirus indicus ) adalah sebagai berikut:

  • Kingdom : Animalia
  • Phylum : Chordata
  • Subphylum : Vertebrata
  • Kelas : Mamalia
  • Ordo : Perisodactyla
  • Famili : Tapiridae
  • Genus : Tapirus
  • Spesies : Tapirus indicus

Di Indonesia tapir dikenal dengan beberapa nama daerah yang berasal dari Sumatera seperti babi alu, cipan, gindol, marba, rason, saladang, seladang, sipan, tanu, dan tenuk. Sebutan lain tapir dari suku melayu yaitu kuda arau, kuda ayer, dan kuda rimbu (Maryanto et al. 2007). Selain itu hingga saat ini tapir juga dikenal dengan beberapa nama sinonim seperti Malayan Tapir, Malay Tapir, dan Asian Tapir.

Morfologi Tapir


Diantara 4 spesies tapir di dunia, Tapirus indicus memiliki tubuh paling besar dengan tinggi mencapai 1,8 m dan bobot tubuh seberat 350 kg (Williams 2009). Tapir cukup mudah dikenali berdasarkan pola warna pada tubuhnya. Tapir dewasa pada bagian depan tubuh (kepala dan leher) dan bagian kakinya berwarna hitam sedangkan pada bagian belakang tubuh (panggul dan punggung) berwarna putih (Ditjen PHKA Inpress ). Namun hingga saat ini telah terdapat dua catatan yang menunjukan adanya tapir dengan warna hitam pada seluruh tubuhnya. Belum diketahui secara pasti perbedaan warna ini merupakan bagian dari subspesies tapir atau hanya variasi warna dari tapir (Azlan 2002).

Ditjen PHKA (Inpress) juga menjelaskan bahwa tapir yang baru lahir berwarna cokelat gelap kemerahan dengan garis bintik berwarna kuning dan putih seperti anak babi hutan. Setelah berumur 2 atau 3 bulan pola warnanya akan berubah hingga mencapai tingkatan warna yang sama seperti individu dewasa setelah beumur 5 atau 6 bulan. Tapir dewasa mempunyai panjang tubuh hingg 225 cm. Ciri khas yang lain dari tapir adalah hidung dan bibir atas yang memanjang membentuk belalai pendek. Saat berjalan, hidung (belalai)-nya selalu didekatkan ke tanah. Dalam menjalani kehidupannya tapir lebih mengandalkan indera penciuman dan pendengarannya. Tapir termasuk dalam ordo Perisodactyla yang artinya termasuk satwa berkuku ganjil. Kaki depan tapir mempunyai 4 jari sedangkan kaki belakangnya hanya 3 jari. Jejak kaki depan tapir dewasa mempunyai panjang antara 155–220 mm dan lebar antara 139-240 mm. Sedangkan jejak kaki belakang tapir dewasa mempunyai panjang 127-220 mm dan lebar antara 113-180 mm. Bentuk tubuh yang membulat dengan kaki depan yang lebih pendek, memungkinkan tapir untuk berlari cepat diantara semak. Tapir juga mempunyai kemampuan berenang dan menyelam di air dalam waktu yang cukup lama.

Perilaku Tapir


Tapir merupakan jenis satwa yang agak penakut, terutama terhadap manusia, sehingga hidupnya sangat bersembunyi. Tapir termasuk jenis satwa soliter artinya hidup sendiri di hutan, terkecuali bagi induk dan anaknya atau jantan dengan betina pada musim kawin. Musim kawin tapir berkisar antara bulan April hingga Juni (Ditjen PHKA Inpress ).

Rakhmat (1999) menyatakan bahwa dalam melakukan aktivitas makan, tapir aktif pada malam hari sehingga tapir tergolong satwa nokturnal. Jalan yang ditempuh tapir tidak selalu sama. Dalam melakukan gerak berpindah, tapir cenderung berjalan lurus dalam jalan utamanya. Namun apabila dalam perjalananya tapir menemukan tumbuhan pakannya maka aktivitas gerak berpindah akan diselingi dengan aktivitas makan. Hal ini ditandai dengan jejak tapir yang berpola melintang (zig zag), karena dalam melakukan aktivitas makan spesies ini tidak akan tinggal diam melainkan terus bergerak dalam pola zig zag. Aktivitas makan tapir dilakukan pada lokasi tertentu yang memiliki potensi pakan tapir yang cukup tinggi dan tapir akan kembali ke lokasi pakan dengan periode 90 hingga 100 hari. Tapir lebih memilih pakan dari tumbuhan pada tingkat semai dan pancang, beberapa spesies tumbuhan yang menjadi pakan tapir diantaranya adalah :

  • Artocarpus kemando,
  • Donnax cannaeformis,
  • Macrophanax dispermum.

Sedangkan Novarino (2000) diacu dalam Ditjen PHKA (Inpress) menyebutkan beberapa jenis tumbuhan yang dimakan oleh tapir adalah :

  • Symplocos cochichinensis,
  • Aporosa benthamiana,
  • Clidemia hirta,
  • Uncharia sclerophyla.

Habitat dan Penyebaran Tapir


Habitat tapir adalah hutan primer dan sekunder yang berdekatan dengan perairan, baik dalam bentuk sungai maupun rawa yang ada di dataran rendah hingga dataran tinggi 2500 mdpl. Tapir lebih menyukai tempat yang relatif terbuka dan dekat dengan perairan dikarenakan pada tempat tersebut tapir lebih mudah bergerak dan memperoleh pakan yang disukainya. Tapir juga memerlukan beberapa tempat tertentu seperti kubangan, sungai yang mengalir tenang dan daerah rawa untuk mandi dan berendam. Untuk tempat bernaung dari teriknya matahari, tapir menyukai hutan yang teduh (Rakhmat 1999). Menurut Ditjen PHKA ( Inpress ), luas daerah jelajah tapir mencapai 12,75km2 dan tapir terkadang melakukan perjalanan yang lebih jauh untuk memenuhi kebutuhannya akan ketersediaan pakan dan unsur mikro (garam mineral).

Di Asia Tenggara, sebaran tapir meliputi Burma (Myanmar) bagian selatan, Thailand bagian selatan, Semenanjung Malaysia, dan Indonesia… Menurut Ditjen PHKA (Inpress) terdapat bukti- bukti paleontologis yang menunjukan sebaran tapir meliputi pulau Jawa dan Sumatera, namun saat ini di Indonesia, tapir hanya dapat dijumpai di pulau Sumatera dari bagian selatan Danau Toba hingga Lampung.