Apa yang Anda ketahui tentang Sitogenetika?

Sitogenetika
Sitogenetika Cytogenetics adalah gabungan antara cytology (studi tentang sel) dan genetika, yang berusaha menjelaskan hubungan antara kejadian-kejadian di dalam sel (khususnya kromosom) dengan fenomena genetis. Lebih jelasnya, cytology adalah cabang ilmu biologi yang membicarakan tentang besar (ukuran), struktur dan riwayat hidup kromosom, sedangkan cytogenetics adalah studi tentang struktur kromosom dan tingkah laku kromosom selama proses mitosis dan meiosis.

Sumber

https://www.researchgate.net/publication/324389934_SITOGENETIKA_DAN_ANALISIS_KROMOSOM

Apa yang Anda ketahui tentang Sitogenetika ?

Pengertian Sitogenetika

Cytogenetics adalah gabungan antara cytology (studi tentang sel) dan genetika, yang
berusaha menjelaskan hubungan antara kejadian-kejadian di dalam sel (khususnya kromosom) dengan fenomena genetis. Lebih jelasnya, cytology adalah cabang ilmu biologi yang membicarakan tentang besar (ukuran), struktur dan riwayat hidup kromosom, sedangkan cytogenetics adalah studi tentang struktur kromosom dan tingkah laku kromosom selama proses mitosis dan meiosis.

Teori kromosom.

Istilah kromosom diberikan untuk pertama kalinya oleh Weyder pada tahun 1882 untuk
benda-benda halus berbentuk benang panjang atau pendek yang dapat dilihat di dalam nukleus. Kromosom ikut membelah pada waktu pembelahan inti berlangsung, lebih dahulu diketahui oleh Schneider pada tahun 1873 dan Strasburger di tahun 1875, yang dikuatkan oleh Flemming pada tahun 1882 serta Van Beneden di tahun 1883 yang melihat bahwa setiap kromosom ikut membelah secara longitudinal di waktu pembelahan inti.

Selanjutnya Rabl dan Boveri di tahun 1885 berpendapat bahwa tiap-tiap spesies memiliki jumlah kromosom yang tetap dan bahwa ada hubungan antara kromosom dan gen-gen yakni gen-gen terdapat dalam kromosom. Pada tahun 1901, Montgomery menunjukkan kromosom-kromosom terdapat dalam pasangan-pasangan dengan bentuk dan ukuran yang mudah dibedakan satu dari yang lain dan juga dibuktikan bahwa berpasangannya kromosom homolog itu menyangkut kromosom-kromosom yang berasal dari induk jantan dan induk betina. Sedangkan Sutton dan Boveri dalam tahun 1903 berhasil memperlihatkan dengan jelas bahwa benar ada hubungan antara kromosom dan keturunannya.

Dalam sel somatis terdapat dua kelompok kromosom yang serupa yaitu yang satu berasal dari
induk betina dan yang lainnya berasal dari induk jantan, yakni terdapat kromosom dalam pasangan homolog yang sejajar dan terdapatnya gen-gen dalam pasangan. Kromosom memiliki sifat morfologi yang tetap sepanjang berbagai pembelahan sel dan setiap kromosom atau pasangan kromosom mempunyai peranan tertentu dalam kehidupan dan perkembangan individu. Kromosom terletak di sel nukleus (sel gonad mapun sel somatid) dengan jumlah yang sama dalam suatu individu. Tiap kromosom disebut juga sebagai kromatin yang tersusun atas dua kromatid yang berhadap hadapan. Pada kromatin inilah lokasi gen (lokus), yang didalamnya terdapat alel alel sebagai penyandi protein ataupun enzim yang menjaga dan memengaruhi sistem biokimia yang ada pada organisme.

Prinsip kerja untuk mengidentifikasi kromosom disebut karyotyping, yaitu pengamatan
kromosom dengan memanfaatkan teknik pewarnaan dan mengunakan miskroskop untuk
mengamati pemendaraannya. Jaringan yang bisa digunakan untuk karyotiping misalnya: embrio, larva ikan, epitel sirip atau sisik, leukosit serta ovari dan testis. Dari beberapa jenis jaringan/sel di atas yang paling mudah untuk menampilkan kromosom adalah mengunakan sel leukosit (sel darah). Karena sel leukosit ini paling mudah untuk dikultur dan dikondisikan pada tahap mitosis, sedangkan sel darah merah tidak dapat digunakan untuk kariotyping karena tidak memiliki inti sel. Kariotyping diawali dengan preparasi sel menuju tahap metafase dengan suatu teknik kultur untuk merangsang sel mencapai tahap metaphase misalnya penggunaan colchicines. Meratanya kromosom-kromosom pada metafase merupakan saat yang paling baik untuk menghitung jumlah kromosom dan membandingkan ukuran serta morfologi dari kromosom dan penentuan jumlah komosom diambil dari frekuensi tertinggi atau modus.

Hal serupa telah umum dilakukan terhadap Melanoteania boasemani, M. patoti, dan Oreohromis sp. (Carman et al., 1998) dan Telmatherina ladigesi (Andriani, 2001). Dari penelitian-penelitian lain terhadap jumlah kromosom berdasarkan modus, didapatkan jumlah kromosom diploid sebanyak 48 pada ikan Atherian elymus yang diteliti oleh Arai dan Fujiki pada tahun 1978, dan pada ikan Basichlichthys bonariensis yang diteliti oleh Arai dan Koike pada tahun 1980. Spesies yang berbeda mempunyai jumlah kromosom yang khas (Tabel 1). Kisarannya sangat luas, dari dua pada beberapa tanaman berbunga sampai beberapa ratus pada tanaman pakis tertentu.
Tabel 1. Jumlah kromosom (2n) beberapa spesies tumbuhan dan hewan (Brown, 1972;
Levan et al., 1983)

image

Sumber

https://www.researchgate.net/publication/324389934_SITOGENETIKA_DAN_ANALISIS_KROMOSOM