Prasasti Maṇḍiwuṅa ditemukan pada tahun 1985 di Desa Cipadung, Kecamatan Cisaga, Ciamis. Sekarang menjadi koleksi Museum Sri Baduga, Bandung. Bagian atas prasasti telah patah sehingga angka tahunnya tidak terbaca lagi. Adapun ukurannya adalah: tinggi 73 cm, tebal 26 cm, dan tebal 11 cm. Ditulis dalam aksara dan bahasa Jawa Kuna dengan lima baris tulisan.
Gambar Prasasti Maṇḍiwuṅa.
Isi Prasasti Maṇḍiwuṅa
Alih Aksara:
māsa kṛṣṇapa[k]ṣa
nawami haryaŋ
pon wṛhaspati wā
ra tatkāla sīma ri
maṇḍiwuṅa
Alih Bahasa:
bulan… parogelap
(tanggal) 9, pada hari Haryang (sadwāra/paringkělan),
Pon ( pañcawāra ), dan Kamis ( saptawā
ra), pada saat daerah perdikan di
Maṇḍiwuṅa
Sadwāra/peringkělan adalah satu minggu terdiri dari 6 hari, yaitu Haryang, Wurukung, Paniruan/ Paniron, Was, Mawulu, dan Tunglai
Pañcawāra adalah satu minggu terdiri dari 5 hari, yaitu Pahing, Pon, Wagai/Wage, Kliwon, Umanis/Legi. Di Jawa dan Bali pañcawāra disebut dengan pasaran.
Saptawāra adalah satu minggu terdiri dari 7 hari, yaitu Minggu (Raditya/Radite), Senin (Soma), Selasa (Anggara), Rabu (Buddha), Kamis (Wṛhaspati), Jumat (Śukra), Sabtu (Sanaiścara).
Prasasti ini pertama kali dan dibahas oleh Dirman Surachmat pada tahun 1985. Pada tahun 1990, Titi Surti Nastiti membaca prasasti ini ketika meneliti Situs Batu Kalde di Pananjung, Ciamis yang dipimpin oleh P.E.J. Ferdinandus. Kemudian dibaca oleh Richadiana Kartakusuma pada tahun 1991 (Djafar, 1991).