Apa yang anda ketahui tentang Pola Interaksi Sosial?

interaksi sosial
Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bagaimana Pola Interaksi Sosial ?

Selain karena faktor kebutuhan yang timbul dari dalam dirinya yang tercakup dalam kebutuhan mendasar, kebutuhan sosial dan kebutuhan integratif (berkumpul) manusia juga mempunyai naluri untuk selalu hidup berkelompok/bersama dengan orang lain yang disebut dengan naluri (gregariousness). Adapun faktor-faktor yang mendorong manusia untuk hidup bersama dengan orang lain adalah sebagai berikut:

  • Dorongan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
  • Dorongan untuk mempertahankan diri
  • Dorongan untuk meneruskan generasi/turunan
  • Dorongan untuk hidup bersama yang diwujudkan dalam bentuk hasrat untuk menjadi satu dengan manusia sekelilingnya, dan hasrat untuk menjadi satu dengan suasana alam sekitarnya (Narwoko, 2007)

Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan mendasar, sosial, dan integratif dilakukan melalui suatu proses yang disebut dengan interaksi sosial. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis antara perorangan, antara individu, dan antar kelompok manusia.

Dari pengertian tersebut, kita dapat membedakan pola-pola interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam wujud sebagai berikut:

  • Pola Interaksi Sosial Antar Individu
    Apabila dua individu bertemu, proses interaksipun dimulai pada saat mereka saling menegur, berjabat tangan, dan berkomunikasi. Walaupun dua individu yang bertatap muka itu tidak saling mengadakan aktivitas, sebenarnya interaksi telah terjadi karena masing-masing pihak sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan perasaan dan syaraf orang-orang yang bersangkutan.

  • Pola Interaksi Kelompok Dengan Kelompok
    Hubungan ini mempunyai ciri-ciri khusus berdasarkan pola interaksi yang tampak. Pola interaksi antar kelompok dapat terjadi karna aspek etnis, ras, dan agama, termasuk juga di dalamnya perbedaan jenis kelamin dan usia, organisasi dan lainnya. Misalnya, kehidupan dalam masyarakat yang saling berbaur walaupun mereka berbeda agama, etnis/ras.

  • Interaksi Sosial Antar Individu dan Kelompok
    Ditunjukkan dalam contoh seorang guru yang sedang mengadakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Pada tahap awal, guru mencoba menguasai kelasnya sehingga proses interaksi sosial akan berlangsung dan berjalan seimbang antara guru dan kelompok-kelompok siswa (Johnson, 1990).

Sedangkan dipandang dari segi psikologi melihat ada bermacam-macam pendapat psikologi tentang pengertian sikap, dunia psikologi akan sedikit mengulas tentang apa yang dinamakan sikap, seperti yang dikatakan oleh ahli psikologi yang memberikan batasan sikap sebagai tingkatan kecenderungan yang bersifat positif maupun negatif yang berhubungan dengan obyek psikologi. Obyek psikologi disini meliputi: simbol, kata-kata, slogan, lembaga, ide dan sebagainya mengidentifikasikan sebagai kesediaan untuk bereaksi secara positif/secara negatif terhadap obyek-obyek tertentu. Sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perceptual dan kognitif mengenai aspek dunia individu.

Memberikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi/kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang terkondisikan. Sikap merupakan pandangan/perasaaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan kepada benda-benda, orang, peristiwa, pandangan lembaga, norma dan lain-lain (Ahmadi, 2007).

Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam diri manusia yang menggerakkan untuk bertindak/berbuat dalam kegiatan sosial dengan peresaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi/kondisi dilingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif/negatif terhadap obyek/situasi. Proses belajar sosial terbentuk dari interaksi soaial. Dalam interaksi soaial, individu membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya (Tumer, 2008).

Interkasi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antar individu, individu dengan kelompok dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi/hubungan timbal balik/saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya di dalam masyarakat (Soekanto, 2012). Secara teoritis, sekurang-kurangnya ada dua syarat bagi terjadinya interaksi sosial, yaitu terjadinya kontak sosial dan komunikasi (Narwoko, 2007).

Pandangan lain tentang interaksi sosial yang mengatakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial. Hasil interaksi sangat ditentukan oleh nilai dan arti serta interpretasi yang diberikan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam interaksi ini. Sama halnya dengan interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua individu atau lebih yang saling mempengaruhi, mengubah/memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya.

Menurut (Soekanto, 2012) interaksi sosial merupakan dasar proses sosial yang terjadi karena adanya hubungan-hubungan sosial yang dinamis mencakup hubungan antar individu, antar kelompok/antara individu dan kelompok. Interaksi sosial merupakan suatu hubungan sosial yang dinamis antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok.

Sistem sosial dalam masyarakat akan membentuk suatu pola hubungan sosial yang relatif baku/tetap, apabila interaksi sosial yang terjadi berulang-ulang dalam kurun waktu relatif lama diantara para pelaku yang relatif sama. Pola seperti ini dapat dijumpai dalam bentuk sistem nilai dan norma. Sejarah pola yang melandasi interaksi sosial adalah tujuan yang jelas, kebutuhan yang jelas dan bermanfaat, adanya kesesuaian dan berhasil guna adanya kesesuaian dengan kaidah sosial yang berlaku dan dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial itu memiliki karakteristik sebagai berikut :

  • Ada pelaku dengan jumlah lebih dari satu orang
  • Interaksi sosial selalu menyangkut komunikasi diantara dua pihak, yaitu pengirim dan penerima
  • Interaksi sosial merupakan suatu usaha untuk menciptakan pengertian diantara pengirim dan penerima.
  • Ada tujuan tertentu, terlepas dari tujuan tersebut. Interaksi sosial menekankan juga pada tujuan mengubah tingkah laku orang lain yang meliputi perubahan pengetahuan, sikap, dan tindakan dari penerima (M. Zeitlin, 1995).

Bentuk-bentuk interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu:

  • Interaksi sosial yang bersifat assosiatif, yakni yang mengarah kepada bentukbentuk asosiasi seperti kerjasama, akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.

    1. Kerjasama merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan/kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

    2. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

    3. Asimilasi adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu yang lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.

    4. Akulturasi adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu diharapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

  • Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni mengarah pada bentuk-bentuk pertentangan, seperti persaingan, kontroversi, dan konflik.

    1. Persaingan adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan/kelompok sosial tertentu agar memperoleh kemenangan/hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman/benturan fisik di pihak lawanya.

    2. Kontroversi adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan/konflik. Wujud kontroversi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditunjukkan terhadap perorangan/kelompok/terhadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sifat tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan (Johnson, 1980).

Proses sosial merupakan cara-cara berhubungan yang dapat dilihat apabila para individu dan kelompok saling bertemu dan menentukan sistem serta bentuk hubungan tersebut/apa yang akan terjadi apabila ada perubahan yang menyebabkan goyahnya cara-cara hidup yang telah ada, dengan perkataan lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama (Soekanto, 2012).

Proses interaksi sosial dapat terjadi bila antara dua individu/kelompok terdapat kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial merupakan tahap pertama dari terjadinya hubungan sosial, komunikasi merupakan penyampaian suatu informasi yang menunjukkan beberapa hal yang dapat menjadi sumber informasi bagi dimulainya komunikasi/interaksi sosial. Sumber informasi tersebut dapat terbagi menjadi dua, yaitu ciri-ciri fisik dan penampilan (Lipwijayanto, 2005).

Ciri-ciri fisik adalah segala sesuatu yang dimiliki seorang individu sejak lahir yang meliputi jenis kelamin, usia, dan ras. Penampilan disini dapat meliputi daya tarik fisik, bentuk tubuh, penampilan berbusaana. Interaksi sosial memiliki aturan dan aturan itu dapat dilihat melalui dimensi ruang dan dimensi.

Bentuk jalinan interaksi yang terjadi antara individu dan individu, individu dan kelompok, dan kelompok dan kelompok bersifat dinamis dan mempunyai pola tertentu. Apabila interaksi sosial tersebut diulang menurut pola yang sama dan bertahan untuk jangka waktu yang lama, akan terwujud hubungan sosial yang relatif mapan.

Pola interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

  1. Berdasarkan kedudukan sosial (status) dan peranannya. Contohnya, seorang guru yang berhubungan dengan muridnya harus mencerminkan perilaku seorang guru. Sebaliknya, siswa harus menaati gurunya.

  2. Merupakan suatu kegiatan yang terus berlanjut dan berakhir pada suatu titik yang merupakan hasil dari kegiatan tadi. Contohnya, dari adanya interaksi, seseorang melakukan penyesuaian, pembauran, terjalin kerja sama, adanya persaingan, muncul suatu pertentangan, dan seterusnya.

  3. Mengandung dinamika. Artinya, dalam proses interaksi sosial terdapat berbagai keadaan nilai sosial yang diproses, baik yang mengarah pada kesempurnaan maupun kehancuran. Contohnya, penerapan nilai-nilai agama dalam kehidupan masyarakat dapat menciptakan keteraturan sosial.

  4. Tidak mengenal waktu, tempat, dan keadaan tertentu. Berarti interaksi sosial dapat terjadi kapan dan di manapun, dan dapat berakibat positif atau negatif terhadap kehidupan masyarakat. Contohnya, sebuah sekolah yang terkenal memiliki disiplin dan tata tertib yang ketat dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat, pada suatu ketika menjadi tercemar karena ada siswanya yang melakukan tindakan amoral.