Apa yang anda ketahui tentang Pertempuran Monte Cassino ?

Pertempuran Monte Cassino

Pertempuran Monte Cassino (juga dikenal sebagai Pertempuran untuk Roma dan Pertempuran untuk Cassino ) adalah sebuah empat rangkaian serangan yang dilakukan oleh Sekutu melawan Garis Musim Dingin di Italia yang dibentuk oleh pasukan Blok Poros pada saat Kampanye Italia Perang Dunia Kedua. Pasukan Polandia akhirnya mengibarkan bendera mereka di reruntuhan biara kuno Monte Cassino, Italia, setelah berhasil menaklukan pasukan Jerman. Tempat itu merupakan salah satu benteng pertahanan Jerman semasa Perang Dunia Kedua.

Apa yang anda ketahui tentang Pertempuran Monte Cassino ?

Pertempuran Monte Cassino 17 Jan 1944 - 18 Mei 1944


British X Corps, yang terdiri dari divisi infanteri ke-56 dan divisi infanteri 5, awal mula menyerang pada tanggal 17 Januari 1944, melintasi sungai garigliano yang berada di dekat pantai di sepanjang 20 mil. Dua hari kemudian, divisi infanteri ke-46 Inggris menyerang di dekat persimpangan sungai garigliano dan sungai liri. Sebagai tanggapan, pasukan Divisi 29 Panzergrenadier Jerman dan Divisi 90 Panzergrenadier didatangkan dari Roma, Italia untuk memperkuat pertahanan, dan tiba pada tanggal 21 Januari. Apa yang dianggap sebagai serangan utama, dilakukan oleh divisi 36 AS, dimulai tak lama setelah matahari terbenam pada tanggal 20 Jan 1944. Pasukan resimen 141 dan resimen 143 berhasil melintasi sungai rapido, namun serangan balasan Jerman yang telah siap menunggu dari Divisi 15 Panzergrenadier menyebabkan korban yang sangat banyak dari pihak sekutu, dan Amerika akhirnya dipaksa kembali melintasi sungai pada pertengahan pagi pada tanggal 21 Januari.

Setelah matahari terbenam, kedua resimen AS mendirikan posisi baru di sisi seberang sungai, hanya untuk kemudian terusir lagi setelah fajar pada tanggal 22 Januari, Resimen 143 AS dihancurkan pada pagi hari, sementara Resimen 141 AS dihancurkan pada malam hari. Dalam usaha ini pasukan sekutu gagal menyeberangi sungai rapido, Divisi 36 AS menderita kehilangan pasukan sebesar 2.100 korban jiwa. Pada tanggal 24 Januari, divisi 34 infanteri AS, di dukung pasukan kolonial Maroko Prancis, menyeberangi sungai rapido di sebelah utara Cassino dimana medannya tidak sesuai untuk kendaraan bagi kedua belah pihak. Pasukan infanteri tersebut terlibat dalam pertempuran sengit untuk minggu berikutnya, dan pada tanggal 1 Februari, pasukan divisi 44 infanteri Jerman yang telah menghadang sekutu terpaksa mundur ke arah Monte Cassino, yang akhirnya memungkinkan pasukan sekutu memiliki pijakan kokoh di sisi sungai yang dikuasai pihak Jerman sebelumnya.

pertempuran Monte Cassino
Gambar Pasukan Jerman dengan senapan mesin MG42 menghadang sekutu dalam pertempuran Monte Cassino

Pertarungan sengit terus berlanjut, namun tentara Amerika pada umumnya dapat merengsek maju, menguasai Point 445 pada 7 Februari dan terus menyerang, tetapi gagal untuk mengambil alih Point 593 segera setelahnya. Sebuah serangan baru terhadap Monte Cassino diluncurkan pada tanggal 8 Februari, namun setelah tiga hari pertempuran sengit, tidak ada keberhasilan sama sekali, serangan tersebut dibatalkan pada tanggal 11 Februari. Sementara Amerika menderita korban yang sangat berat dalam usaha yang gagal untuk maju, namun tentara Jerman menderita demikian pula. Sebenarnya, divisi garis depan Jerman telah mengalami tingkat korban yang tinggi sehingga beberapa jenderal Jerman bertanya-tanya apakah ujung barat Jalur Gustav harus ditinggalkan untuk mendukung garis pertahanan berikutnya ke wilayah utara yang sudah dipersiapkan, namun Kesselring menolak gagasan semacam itu.

Sementara itu, pasukan sekutu meluncurkan Operation Shingle dengan mendaratkan 36.000 orang pasukan di Anzio, Italia pada tanggal 22 Januari 1944. Dalam upaya untuk menegaskan tekanan pada jalur Gustav dalam koordinasi untuk serangan selanjutnya terhadap Anzio, kemudian Operation Avenger diluncurkan. Serupa dengan usaha pertama untuk mengambil Monte Cassino, di pihak sekutu, yang sebagian besar terdiri dari pasukan Selandia Baru dan Gurkha India dalam serangan ini menderita korban yang sangat berat dari tembakan artileri yang akurat dari tentara Jerman ke arah lembah-lembah dimana pasukan sekutu berada. Karena tembakan artileri Jerman ini dilakukan dari atas, tentu saja memiliki tingkat keakuratan yang tinggi, kepemimpinan pihak Sekutu percaya bahwa tentara Jerman pastinya memiliki pos pengamatan di dekat atau di dalam biara Benedictine. Misi pengintaian udara dilakukan di atas biara tersebut tidak secara konsisten menghasilkan bukti bahwa memang ada tentara Jerman yang ditempatkan di dalamnya.

Pemboman Biara Benedictine - Monte Cassino


Beberapa jendral pihak sekutu percaya bahwa pasukan Jerman belum menggunakan lokasi lahan yang tinggi di halaman biara, dan semua upaya harus dikeluarkan untuk mencegah tentara Jerman melakukan hal itu. Pada tanggal 11 Februari, Brigadir Harry Dimoline, yang bertindak sebagai komandan Divisi 4 India, meminta pemboman udara ke biara tersebut, yang kemudian disahkan oleh Letnan Jenderal Bernard Freyberg kepada angkatan udara. Pengeboman tersebut disetujui dan pada tanggal 15 Februari, dengan 229 pesawat pembom berat dan menengah AS menjatuhkan 1.150 ton bom peledak dan pembakar berkekuatan tinggi, menghancurkan hampir semua struktur bangunan, tidak hanya pemboman dari udara, ditambah lagi dengan tembakan artileri juga. Keesokan harinya, saat penembakan artileri berlanjut, 59 pesawat pembom tempur berusaha menghancurkan apa pun yang masih tersisa. Point 593, titik kuat Jerman di bawah biara yang diserang sekutu gagal di dihancurkan pada awal Februari, bahkan hampir tidak tersentuh oleh serangan tersebut. Menariknya, pasukan sekutu gagal melancarkan serangan masiv dari darat segera setelah pemboman tersebut dilakukan, meskipun Batalyon 1 Resimen Royal Sussex Inggris dari Divisi 4 India dikerahkan untuk menyerang Point 593, namun tetap mengalami kegagalan.

Biara Monte Cassino hancur menjadi reruntuhan dan dengan demikian tidak lagi bernilai budaya dan sejarah, pasukan Divisi 1 Parasut Jerman malah bergerak masuk dan justru menggunakannya sebagai pos pengamatan, dan inilah yang di khawatirkan pihak sekutu. Pada malam tanggal 17 Februari 1944, divisi 4 India dan divisi Selandia Baru menyerang kekuatan kekuatan Jerman di Monte Cassino dengan sebuah serangan paralel dari Batalyon 28 dari divisi Selandia Baru berhasil mendirikan jembatan kecil di seberang Sungai Rapido, namun jembatan ini kembali hancur pada keesokan harinya.

Pesawat pembom B-17 Flying Fortress membombardir biara Benedictine
Gambar Pesawat pembom B-17 Flying Fortress membombardir biara Benedictine

Usaha utama ketiga dari pasukan sekutu untuk mengambil alih Monte Cassino diluncurkan pada tanggal 15 Maret 1944, yang dimulai dengan pemboman sporadis yang berlangsung lebih dari tiga jam. Ketika pasukan Selandia Baru mempelopori serangan tersebut, mereka bertemu dengan pertahanan Jerman yang lebih kuat daripada yang mereka prediksi sebelumnya. Meskipun serangan awal berhasil menguasai beberapa posisi termasuk Castle Hill, Point 165, dan Point 236 sampai dengan 16 Maret, kondisi hujan lebat memperlambat kemajuan pihak sekutu. Menjelang akhir hari pada tanggal 17 Maret, sebuah batalyon pasukan Gurkha India, yang telah merebut Point 435, berada dalam jarak 250 meter dari biara, sementara tentara Selandia Baru bersiap-siap untuk merebut kota Cassino. Beberapa serangan diluncurkan secara berturut-turut selama beberapa hari berikutnya, dengan kemajuan terbatas diraih dalam setiap serangan, pada tanggal 23 Maret, tanda-tanda kelelahan di pihak divisi sekutu sudah jelas, dan pada tanggal itu juga, Harold Alexander dan Bernard Freyberg keduanya sepakat untuk menghentikan sementara serangan tersebut. Di sisi lain, Divisi 1 Parasut Jerman mulai merasakan tekanan juga, dengan banyak unit pasukannya yang semakin lemah.

Serangan keempat dan juga yang menjadi serangan terakhir terhadap pertahanan Jerman di Cassino, dengan sandi Operation Diadem, diluncurkan beberapa minggu kemudian pada malam tanggal 11-12 Mei 1944. Sebuah pemboman artileri habis-habisan dari Inggris, Amerika, Polandia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan, rentetan senapan mesin milik Prancis menandai dimulainya operasi tersebut, menjelang fajar pada tanggal 12 Mei beberapa unit pasukan sekutu telah menghasilkan kemajuan yang signifikan, terutama keberhasilan divisi 8 India dalam membangun jembatan di atas Sungai Rapido, dengan demikian tank-tank Brigade 1 Lapis Baja Kanada dapat melintasi sungai.

Reruntuhan Biara Benedictine setelah pemboman udara yang dilakukan sekutu
Gambar Reruntuhan Biara Benedictine setelah pemboman udara yang dilakukan sekutu

Pada tanggal 12 Mei, tentara Polandia secara singkat menguasai Monte Calvario, yang diberi sandi kode Point 593 oleh sekutu, namun pada hari itu juga, kembali lepas dan selanjutnya di bawah kendali pasukan parasut Jerman. Pada tanggal 13 Mei, pertahanan Jerman mulai goyah di bawah tekanan saat tentara Prancis berhasil menguasai Monte Maio sementara pasukan Angkatan Darat ke-5 AS menguasai beberapa posisi Jerman di lembah sungai liri. Saat posisi Jerman di sepanjang lembah sungai liri mulai jatuh satu per satu, pasukan Korps Polandia meluncurkan apa yang akan menjadi serangan terakhir terhadap Monte Cassino pada tanggal 17 Mei, mereka berhasil menguasai reruntuhan biara di puncak gunung keesokan harinya setelah tentara Jerman mengevakuasi posisi mereka dalam semalam, dan hanya tersisa tiga puluh orang yang terluka parah untuk ditawan.

Tentara Jerman mundur dari jalur Gustav ke Jalur Hitler, 13 kilometer ke utara, yang selanjutnya dinamai sebagai Jalur Senger, pasukan Jerman tahu bahwa hanya masalah waktu saja sebelum posisi ini harus ditinggalkan. Pasukan Polandia dan Kanada menyerang jalur tersebut pada tanggal 23 Mei, dan pada hari berikutnya jalur tersebut berhasil di terobos, memaksa tentara Jerman untuk kembali ke jalur Caesar C, garis akhir pertahanan Jerman di selatan Roma.

Kampanye tempur selama empat bulan yang panjang untuk merebut Monte Cassino menelan kerugian yang tidak tanggung-tanggung, pihak sekutu kehilangan sekitar 55.000 korban jiwa. Sementara, meski mengalami kekalahan, pihak Jerman hanya menderita sekitar 20.000 korban jiwa.