Apa yang Anda ketahui tentang penyakit Toxoplasmosis pada hewan?

image

Toxoplasma gondii adalah spesies organisme bersel satu yang hidup sebagai parasit. Organisme ini pertama kali diidentifikasi oleh Nicolle dan Manceaux. Toxoplasma gondii menyebabkan toksoplasmosis, penyakit yang dapat diderita semua hewan berdarah panas, termasuk manusia.
Apa yang Anda ketahui tentang penyakit Toxoplasmosis pada hewan ?

Toksoplasmosis adalah penyakit menular zoonotik yang disebabkan Toxoplasma gondii, dilaporkan bersifat endemik di hampir seluruh kepulauan di Indonesia. Angka prevalensi penyakit pads kambing berkisar 24-61%, kucing 10-40%, babi 28%, domba 43%, sapi 36%, kerbau 27%, syam 20%, itik 6%, anjing 10% dan manusia 14-82%. Penyakit ini dapat menyebabkan gejala keguguran pads wanita hamil.

Toksoplasmosis adalah salah satu jenis penyakit zoonosis yang disebabkan oleh protozoa Toxoplasma gondii dan mulai mendapat perhatian dari kesehatan masyarakat veteriner Indonesia . Parasit ini dapat hidup di jaringan tubuh hospes (pejamu) dan menyerang semua hewan berdarah panas, burung dan manusia. Penyakit ini telah menyebar ke seluruh kepulauan nusantara di Indonesia (vAN DER VEEN et al., 1974). Penelitian toksoplasmosis di Indonesia pertama kali dilakukan oleh HARTONO pada tahun 1972 dan baru dilaporkan tahun 1988. Peneliti tersebut berhasil mengisolasi kista Toxoplasma pada kambing dan domba yang dipotong di rumah potong hewan Surabaya dan Malang. Penelitian lapangan yang dilakukan di berbagai daerah menunjukkan prevalensi penyakit ini bervariasi dan cenderung fnggi (ISKANDAR et al., 1996; SIMANJUNTAK et al., 1998).

vAN DER VEEN et al. (1974) melaporkan bahwa dari 52 orang yang mengalami keguguran yang diamati di Surabaya, sekitar 46,1% terjangkit toksoplasmosis . Demikian pula DACHLAN et al . (1988) melaporkan bahwa 8 (26,7%) dari 30 wanita hamil normal di Medan terbukti menderita toksoplasmosis, sedangkan 19 (65,5%) dari 29 wanita hamil dengan kelainan pada plasenta menderita toksoplasmosis . Selama infeksi berlangsung gejala klinis penyakit bersifat tidak spesifik dan bersifat subklinis.

Toksoplasmosis dapat menyebabkan korioretinitis pada manusia karena infeksi bawaan. Gejala klinis yang timbul adalah demam, rasa tidak enak badan, sakit pada jaringan otot, pneumonia, radang selaput otak, perkaptu,ui otak, koriorefnitis, hidrosefalus mikrosefah, gangguan psikomotor dan keguguran. Penularan terjadi melalui daging mentah atau daging setengah matang yang mengandung kista Toxoplasma. Kista tersebut tahun terhadap asam lambung dan bila tertelan berarti siap menginfeksi (vAN DER VEEN et al., 1974).

Pada wanita hamil bila terkena infeksi Toxoplasma maka kemungkinan akan menular ke janinnya melalui plasenta tanpa menunjukkan gejala klinis, tetapi terlihat gejalanya setelah anak tersebut lahir . Pada hewan-hewan memamahbiak, infeksi diduga melalui makanan yang tercemar tinja kucing dan transpor mekanik seperti lalat dan lipas. Sumber-sumber infeksi yang lain adalah perinhalasi, air liur, ingus, tinja dan air susu dari penderita, yang dapat menular melalui selaput mukosa pejamu (SAARI dan RAiSANEN, 1977).

Toxoplasma gondii pertamakah ditemukan pada binatang mengerat (Ctenodactylus gundi) di Afrika pada tahun 1908 oleh NICOLE dan MANCEAUX (LEVINE, 1985). Menurut SOULSBY (1982) T. gondii termasuk Genus Toxoplasma; Subfamili Toxoplasmatinae; -Famili Sarcocystidae ; Subkelas Coccidia; Kelas Sporozoa; Filum Apicomplexa. Bentuk pertama adalah trofozoit yang berbentuk seperti bulan sabit dengan panjang 4-6 mikron dan lebar 2-3 mikron, mempunyai inti’lonjSngdengan kariosom yang terletak di tengah. Apabila diwarnai dengan pewarnaan Romanowsky, intinya akan berwarna merah, sedangkan sitoplasmanya berwarna biru pucat. Bentuk kedua, yaitu bradizoit yang dalam kista membelah diri secara endodiogeni, membelah lambat dalam kista jaringan dan merupakan stadium toksoplasmosis kronik (LEVINE, 1985). Kista jaringan didapatkan pada infeksi kronis atau asimtomads, pada otak, otot rangka dan jantung . Kista ini dapat berisi 60.000 bradizoit dan mampu bertahan selama beberapa hari dalam jaringan setelah hospes (pejamu) mati.

Ookista yang merupakan bentuk ketiga, terdapat dalam usus kucing dan biasanya keluar bersama tinja kucing. Bentuk ketiga, terutama yang telah bersporulasi (mengandung sporozoit), mampu bertahan selama 10 bulan pada suhu 24°C atau selama 28 hari pads suhu 37°C (DUBEY et al., 1970; FRENKEL dan DUBEY, 1970; SOULSBY, 1982, LEVINE, 1985). Perkembangbiakan T. gondii melalui dua siklus hidup yaitu siklus seksual dan siklus aseksual. Siklus seksual (enteroepithelial) berlangsung pada pejamu sejati yaitu kucing dan sejenisnya, sedangkan siklus aseksual terjadi di pejamu antara manusia dan hewan berdarah panas termasuk burung. Stadium aseksual dimulai dengan termakannya kista ataupun ookista infektif oleh pejamu sejati (kucing makan tikus yang mengandung T. gondii bentuk pertama dan atau bentuk ketiga) .

Waktu yang diperperlukan T. gondii dari periode prepaten bradizoit (bentuk kedua) adalah 3-10 hari sedangkan pada takizoit (bentuk pertama) selama 5-10 hari dan pada bentuk ketiga untuk menjadi ookista memerlukan waktu selama 24 hari atau lebih. Kista yang berisi bradizoit dan takizoit mengalami perkembangan menjadi lima tipe yaitu tipe A, B, C, D, dan E yang masing-masing berbeda jumlah organisme - dart cars membelahnya (FRENKEL, 1973 disitasi SoUL$BY, 1982).

Tipe A tampak pads 12-18 jam setelah infeksi, tipe ini merupakan pembelahan terkecil din tampak terdiri dua atau tiga organisme dalam usus halos. Tipe B terjadi 12-54 jam setelah infeksi, tipe ini mempunyai inti yang terdapat di tengah yang disebut inti utama. Tipe B terbagi atas pembelahan endodiogeni dan endopoligeni, Tipe C ini terjadi 24-54 jam setelah infeksi dan terbagi atas skizogoni . Tipe ini mempunyai inti subterminal . Tipe D terjadi dari 3-15 hari setelah infeksi dan menurut FRENKEL disitasi SOULSBY (1982) sejumlah 90% dari Toxoplasma ditemukan dalam usus kecil pada saat itu . Bentuk tipe D lebih kecil dari tipe C dan terbagi atas endodiogeni dan skizogoni .

Tipe E terbagi atas skizogoni yang terjadi 3-15 hari setelah infeksi clan mirip dengan bentuk tipe D. 59 60 TOLIBIN ISKANDAR : Tinjauan Tentang Toksoplasmosis padaHewan donManusia Stadium seksual diawali berkembangnya merozoit menjadi makrogamet dan makrogamet di dalam sel epitel usus, kedua gamet tersebut mengalami proses fertilisasi dan terbentuk zigot, selanjutnya tumbuh menjadi ookista. Ookista masuk ke dalam lumen usus dan keluar bersama tinja. Setelah 2-3 hari pada suhu 24°C menjadi infektif atau mengalami sporulasi (SAYOGO, 1978; SOULSBY, 1982; LEVINE, 1985).

Siklus di luar sel usus ini merupakan siklus hidup berikutnya yang sama terjadi di luar jaringan usus pejamu sejati terutama pada pejamu antara, dan siklus ini terjadi secara bersamaan dengan siklus di dalam epitel sel usus pejamu sejati. Setelah infeksi peroral, takizoit yang terbentuk berkembang secara endodiogeni dalam vakuola beberapa jenis sel yang diserangnya.

Kemudian berakumulasi di dalam sel yang berisi delapan atau lebih takizoit, keadaan ini disebut kista semu. Bila kista semu pecah, takizoit menyerang sel-sel di sekitarnya dan menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah dan limfe. Parasitemia mungkin terjadi beberapa kali sampai terbentuk antibodi dalam plasma akibat adanya kekebalan tubuh, takizoit akan dihancurkan kecuali yang telah berkembang menjadi bradizoit di dalam kista jaringan . Kista jaringan ditemukan paling cepat pada hari kedelapan setelah pejamu mengalami awal infeksi dan mampu bertahan selama pejamu hidup. Bila kekebalan tubuh menurun, maka kemungkinan bradizoit akan dilepas dan berkembang menjadi takizoit, sehingga terulang lagi infeksi Toxoplas akut (SAYOGO, 1978 ; FAYER, 1981 ; SOULSBY, 1982; LEVINE, 1985 ; GANDAHU-SARA, 1992).

GEJALA KLINIK Toksoplasmosis pada manusia dan hewan umumnya tanpa menunjukkan tanpa-tanda klinis . Gejala klinis tergantung pada organ yang terserang dan sifat infeksi yang diperoleh secara bawaan atau perolehan (SOULSBY, 1982; LEVINE, 1985; SASMITA et al., 1988). Gejala yang tamp,* di antaranya abortus, kejang-kejang, spasmus otot, opistotonus, bahkan dapat terjadi paralisa otot-otot tubuh. Pada anjing ditandai demam, anemia, susah bernafas dan diare.

Pada kucing, bentuk akut menimbulkan gejala demam yang tinggi, anoreksia, dispnue, anemia, diare dan kadang-kadang dapat berakhir dengan kematian, sedangkan pada bentuk kronis, gejalanya berupa anoreksia, anemia, abortus, kemandulan dan iritis (ISKANDAR, 1998). Kambing dan domba mempunyai gejala subakut sampai kronis. Pada kambing yang bunting sering terjadi abortus, kelahiran prematur dan vaginitis . Janin yang dilahirkan mengalami ensefalitis, oedema subkutan, tetapi kadang-kadang janin yang mati tidak dikeluarkan melainkan tetap di dalam dan mengalami mumifikasi. Gejala akut biasanya berupa demam, abortus, kelahiran prematur, hidung mengeluarkan cairan eksudat dan hal ini dapat berakhir dengan kematian (SASMITA et al., 1988; ISKANDAR et al., 1996). Pada babi yang dewasa ditandai kelemahan, enteritis, tremor dan relaksasi otot abdomen . Pada anak babi umur 3-4 minggu yang peka terhadap infeksi, gejala yang tampak berupa demam, lemah, dispnue, diare, ascites dan dapat menimbulkan kematian. Jika babi tetap bertahan hidup, maka gejala saraf sering timbul sampai dewasa.

Sumber

ISKANDAR,TOLIBIN.TINJAUAN TENTANG TOKSOPLASMOSIS PADA HEWAN DANMANUSIA. Balai Penelitian Veteriner. Jalan R.E. Martadinata 30, P.O. Box 52, Bogor 16114, Indonesia