Apa yang anda ketahui tentang penyakit Septicemia Epizootica (Se)?

image

Penyakit Septicemia epizootica (SE) atau ngorok adalah suatu penyakit infeksi akut atau menahun pada sapi dan kerbau. Yang terjadi secara septikemik. Penyakit ini terjadi juga pada jenis ternak yang lain seperti pada onta, kambing, domba, babi dan kuda.

  1. Gejala klinis

    Gejalanya tidak banyak terlihat, tetapi Iangsung timbul kematian yang mendadak. Hewan yang terserang biasanya menderita demam tinggi, tidak mau makan, diare, dan feses berdarah Kebengkakan dan busung terlihat di kepala, bagian bawah dada dan kaki atau pangkal ekor.

    Lesi di kerongkongan mengakibatkan sesak nafas dan kesulitan menelan. Hewan yang menderita penyakit ini sangat tertekan dan murung, kematian dapat terjadi antara 1-2 hari setelah terjadi gejala.

    Penyakit ini dapat berlangsung menahun, pada hewan muda angka kematian tinggi, terjadinya kematian adalah karena pelepasan endotoksin oleh bakteri sehingga terjadi toksemia atau tercekik.

  2. Patologi

    Lesi yang menonjol adalah busung pada daerah kepala, kerongkongan dan dada. Kelenjar limpe membengkak, terjadi perdarahan bawah kulit, usus dan jantung serta terdapat cairan kuning pekat dirongga dada. Paru terjadi peradangan brochopneumonia dengan jaringan yang kenyal dan bila menjadi menahun dapat timbul abses.

    Pada bentuk busung terIihat busung gelatin disertai perdarahan dibawah kulit dibagian kepala, leher, dada dan sekali-sekali meluas sampai bagian belakang perut. Busung gelatin juga dapat dijumpai di sekitar pharynx, epiglotis dan pita suara. Lidah seringkali juga membengkak dan berwarna coklat kemerahan atau kebiruan dan kadang menjulur keluar, selaput lendir saluran pernafasan umumnya membengkak dan kadang-kadang disertai selaput fi brin. Kelenjar limfe retropharingeal dan cervical membengkak.

    Rongga perut kadang-kadang berisi beberapa liter cairan bening berwarna kekuningan atau kemerahan.

    Pada bentuk pektoral terlihat pembendungan kapiler dan perdarahan di bawah kulit dan dibawah selaput lendir, pada pleura terlihat perdarahan titik (ptekie) dan selaput fi brin tampak pada permukaan alat-alat visceral dan rongga dada. Juga terlihat gejala busung berbentuk hidrothoraks, hidroperikard dengan cairan yang kering berfi brin. Paru-paru menderita bronchopneumonia berfi brin atau fi bronekrotik. Bagian paru-paru mengalami hepatisasi dan kadang-kadang konsisten agak rapuh.

    Bidang sayatan paru-paru beraneka warna karena adanya pneumonia berfi brin, bagian nekrotik, sekat interlobuler berbusung dan bagian-bagian yang normal, kelenjar limfe peribronchial membengkak Epikardium menunjukkan adanya perdarahan yang tdk merata/ptekie.

  3. Diagnosa

    Kejadian penyakit di daerah endemik mudah dikenali. Di daerah non endemik untuk diagnosa yang pertama memerlukan isolasi organisme dan penentuan serotypenya, agar dapat dipastikan agen penyebabnya.

    Infeksi oleh serotype yang lain lebih banyak mengakibatkan jejas di paru.

    Peneguhan diagnosa penyebab penyakit dengan isolasi dan identifi kasi organisme diperlukan spesimen darah, paru, hati dan limpa yang dikirim secepatnya ke laboratorium dalam keadaan segar dingin. Apabila hewan telah mati selama lebih dari 8 jam dapat diupayakan dengan rnengirimkan potongan tulang panjang yang masih utuh.

  4. Diagnosa Banding

    Apabila busung tidak jelas terlihat, SE dapat dikelirukan dengan anthraks atau rinderpest. Pada SE tidak ditemukan perdarahan yang berwarna hitam serupa seperti halnya pada anthraks. Selain dari gejala-gejala klinisnya SE dapat dibedakan dari Rinderpest, karena pada SE tidak terdapat radang usus yang bersifat krupus difteritis, dan nekrose pada jaringan limfoid Diagnosa banding yang lain adalah pada kejadian gas ganggrene dan gigitan ular.

  5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen

    Bahan yang perlu dikirim ke laboratorium dapat berupa: a. Sediaan ulas darah jantung yang difi ksasi misal dengan metil alkohol b. Pipet pasteur yang berisi cairan busung atau darah jantung yang diambil secara aseptik c. Potongan alat-alat tubuh seperti jantung, limpa, ginjal, kelenjar limfe dan sumsum tulang yang dimasukkan dalam larutan gliserin garam faali 50%. Bahan sumsum tulang dianggap paling baik, karena jaringan ini yang mengalami proses mati paling akhir, dan bakteri masih mengalami perkembang biakan beberapa jam pasca mati.

    Apabila pada kejadian tersangka penyakit SE, bangkai telah mulai membusuk, maka dianjurkan untuk menyuntik secara subkutan hewan-hewan percobaan (kelinci, perkutut, mencit) dengan bahan dari bangkai tersebut. Kemudian bahan-bahan pemeriksaan berasal dari hewan-hewan percobaan yang telah mati dikirimkan ke laboratorium veteriner terdekat disertai surat pengantar yang berisi informasi selengkap mungkin.

Referensi:

Septicemia Epizootica atau ngorok adalah penyakit yang disebabkan oleh Pasteurella multocida yang berselubung kapsul dan tidak membentuk spora. Penyakit ini bersifat musiman yaitu di musim penghujan. Penularan dapat melalui saluran pernafasan, kontak langsung atau melalui makanan, minuman dan peralatan kandang yang tercemar. Bakteri dapat menyebar melalui ludah, kemih dan feses ternak yang sakit.

Kepala Dan Leher Sapi Yang Mengalami Edema Subkutan (Penimbunan Atau Peningkatan Cairan)
Kepala Dan Leher Sapi Yang Mengalami Edema Subkutan (Penimbunan Atau Peningkatan Cairan)

Submandibula Sapi Yang Mengalami Pembengkakan Dan Pendarahan Yang Cukup Parah
Submandibula Sapi Yang Mengalami Pembengkakan Dan Pendarahan Yang Cukup Parah

Jantung Sapi Yang Terdapat Banyak Bintik-Bintik Merah
Jantung Sapi Yang Terdapat Banyak Bintik-Bintik Merah

Cara pengendalian penyakit Septicemia Epizootica adalah:

  1. Berikan suntikan streptomisin 10 mg atau kioromistin, terramisin dan aureumisin sebanyak 4 mg.

  2. Berikan sulfametasin 1 gram per 7,5 kg berat badan sapi untuk membantu proses penyembuhan.

  3. Suntikkan antiserum atau antibiotic atau kemoterapeutika untuk pencegahan.

  4. Lakukan vaksinasi.

  5. Sapi yang sakit bisa dipotong namun paru-paru dan karkas harus dimusnahkan atau dibakar dan dikubur.