Apa yang anda ketahui tentang penyakit Ringworm?

Penyakit Ringworm

Apa yang anda ketahui tentang penyakit Ringworm?

Ringworm adalah penyakit menular yang disebabkan oleh cendawan yang bersifat keratinofi lik pada permukaan kulit atau bagian dari jaringan lain yang mengandung keratin (bulu, kuku, rambut dan tanduk) baik pada hewan maupun manusia.

Gejala klinis


Di tempat infeksi terdapat bentukan khas dari penyakit ini, yaitu terlihat seperti cincin, namun gejala klinis bervariasi apabila disertai infeksi kuman lain. Gejala dimulai dari bercak merah, eksudasi dan rambut patah atau rontok. Perkembangan selanjutnya sangat bervariasi dapat berupa benjol kecil dengan erupsi kulit atau berbentuk seperti tumor yang dikenal dengan kerion.

  • Gejala pada anjing dan kucing

    Bentuk cincin pada kucing biasanya dijumpai pada telinga, daerah muka dan kaki. Kerusakan kulit disertai bercak kemerahan dengan rambut patah atau rambut rontok disertai keropeng dan bersisik. Pada anjing perubahan kulit biasanya dijumpai pada daerah muka, terutama di sekitar moncong, kaki dan perut bagian bawah, dengan pembentukan keropeng, erupsi kulit dan rambut rontok. Gejala atipikal kadang muncul sebagai papula dan pustula tanpa pembentukan alopesia atau sisik. lesi dengan batas jelas, menonjol, eritrema, alopesia atau nodule diakhiri dengan kerion cincin, bisa dibarengi dengan reaksi hipersensitif.

    Pada kucing bisa tidak menunjukkan gejala lesi atau hanya sedikit rambut rontok sekitar muka, dan telinga. Hewan ini sering menjadi carrier dan menimbulkan masalah pada pembiakan kucing.

  • Gejala pada sapi

    Pada sapi erupsi kulit terjadi pada muka, leher, dengan permukaan yang meninggi, berkeropeng, bersisik atau berbentuk bungkul. Jika keropeng diangkat akan terjadi perdarahan.

    Penyakit ini paling sering menyerang hewan muda. Setelah masa inkubasi 2-4 minggu, rambut patah atau rontok. 2-3 bulan kemudian terlihat lesi tebal, bulat, menonjol dengan batas jelas, warna putih keabuan. Lesi berkembang ke arah perifer, dapat mencapai diameter 510 cm. Bila penyakit tidak diobati lesi bisa meluas secara umum terutama pada sapi muda.

  • Gejala pada kuda

    Pada kuda yang terkena infeksi biasanya adalah bahu, muka, dada dan punggung. Perubahan kulit bervariasi dari erupsi kulit berbentuk eritrema, rambut rontok, bersisik atau berbentuk benjolan dengan luka yang cukup dalam.

    Gejala klinis Iain, yaitu dengan terbentuknya 1 atau lebih alopesia.

    Pada lesi awal terlihat gejala yang menyerupai urticaria kemudian berlanjut membentuk alopesia dan kerak atau keropeng dalam beberapa hari.

  • Pada domba

    Pada domba perubahan pada kulit berupa erupsi disertai rambut rontok dengan pembentukan sisik dan biasanya terdapat pada muka dan punggung.

Patologi


Kelainan pasca mati terbatas pada kulit dan pada dasarnya sama dengan tanda klinis. Gambaran mikroskopis sering tidak spesifi k dan mudah dikelirukan dengan penyakit kulit lainnya. Cendawan terlihat di dalam ataupun di luar batang rambut dan mudah dilihat dengan pengecatan PAS atau Gredley. Stratum koneum terlihat menebal, epidermis mengalami hipertrofi disertai bendung darah dan infi ltrasi limposit. Jika terjadi infeksi folikel rambut, folikel menjadi rusak. Jika terjadi infeksi sekunder, infi ltrasi netrofi l menjadi semakin nyata.

Diagnosa


Diagnosa penyakit ringworm dapat dilakukan dengan :

  • Melihat gejala klinis yang spesifik. Tanda klinis yang dapat dipakai sebagai pedoman adalah perubahan kulit berupa cincin disertai keropeng, rambut yang rontok atau patah-patah atau timbulnya bentukan lesi membulat dan cenderung meluas.

  • Pemeriksaan langsung secara mikroskopis atau dengan cahaya Wood. Adanya cendawan menunjukkan warna yang berpendar

  • Pemeriksaan histologis dan pemupukan dengan kultur cendawan. Agar sabouround glucose dapat digunakan sebagai standar kultur kecepatan tumbuh, perubahan warna permukaan maupun warna punggung koloni dapat digunakan untuk pengenalan meskipun terdapat variasi dalam spesies. Spesies Trichophyton dapat dibedakan dengan uji nutrisi disamping pemupukan rutin dan pemeriksaan mikroskopik.

    Dermatophyton dapat tumbuh dalam temperatur kamar, pH 6,8-8.7.

    Untuk menghambat pertumbuhan bakteri dan cendawan saprofit dapat digunakan cyclohexaminide dan chhloramphenicol dalam perbenihan.

Diagnosa Banding


Ringworm sering dikelirukan dengan perubahan kulit yang lain seperti penyakit kudis, gigitan serangga, infeksi bakteri dan radang kulit yang lain. Diagnosa dapat dibuat dengan menemukan cendawan baik langsung maupun tidak langsung.

Pengambilan dan Pengiriman Spesimen


Bahan pemeriksaan dapat diperoleh berupa kerokan kulit, rambut atau kerokan serta potongan kuku. Tempat yang diduga terinfeksi harus didesinfeksi dulu dengan alkohol 70 % untuk menghilangkan pencemaran.

Kerokan diambil dari tepi luka yang masih dalam proses yang aktif kemudian bahan pemeriksaan dimasukkan kedalam botol atau tabung steril ditutup rapat dan diberi tanda yang jelas. Kemudian dikirim dengan desertai keterangan yang lengkap tentang penyakit dan perubahan yang dijumpai.

Rambut sebagai bahan pemeriksaan dapat diperoleh dari rambut yang patah atau dengan mencabut rambut sampai pada pangkalnya, sedang potongan kuku diambil dari pangkal kuku.

Pada hewan penderita ringworm tetapi tidak menunjukkan tanda yang nyata, bahan pemeriksaan dapat diperoleh dengan menyikat rambut dan kotoran rambut yang berwarna keputihan dan tampung.

Bahan pemeriksaan yang kering seperti keropeng atau rambut dapat dikirim dengan menggunakan amplop atau kertas yang dilipat untuk menjaga tetap kering, kemudian dimasukan ke dalam kotak, disertai surat dan keterangan lengkap tentang penyakitnya.

Pengobatan


Ringworm jenis tertentu dapat sembuh dengan sendirinya tetapi kebanyakan perlu di obati dengan bahan kimia. Pengobatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan olesan atau melalui mulut. Dapat digunakan obat yang mengandung lemak, jodium sulfa atau asam salisilat. Untuk sapi dapat digunakan Na-kaprilat 20 % dengan disemprotkan.

Pada kuda dapat digunakan Na-trichloromethethyl-thiotetrahydropthalimide. Jika perubahan kulit hanya terbatas, dapat dipakai larutan asam lemak seperti Sapronal atau Naprylat. Untuk perubahan kulit yang akut dapat digunakan asam borax 2-5 Kalium permanganat 1:5000. Untuk luka menahun, kulit tebal, hiperpigmentasi dan keropeng dapat digunakan Carbowax yang telah mengandung fungisida. Obat lain yang bisa dipergunakan adalah asam benzoat 6 dan resareinol 1-10 % di samping obat olesan tersebut di atas, dapat dipergunakan gliserofulvin dan hasilnya cukup memuaskan.

Untuk lesi kecil digunakan 2 miconazole cream atau larutan thiabendazole setiap hari sampai sembuh. Bila lesi berkembang dapat digunakan 0,5 sulfur atau 1:300 larutan Captan sebagai pencuci 2 kali seminggu. Untuk penyakit kronis, diberikan obat sistemik, seperti microcrystallin griseofulvin. Dosis untuk anjing 40-120 mg/kbb/hari 1 kali dicampur dengan makanan yang berlemak tinggi. Pengobatan dilanjutkan selama 2 minggu setelah sembuh dari lesi atau pemeriksaan pada kultur negatif. Kucing tidak boleh lebih dari 60 mg//kbb/hari karena menyebabkan toksisitas pada sumsum tulang. Bagi hewan yang resisten terhadap griseofulvin diberi ketoconazole 10-30 mg/kbb/hari, walaupun obat ini belum dibuktikan pemakaiannya untuk hewan.

Natamycin-S telah digunakan dengan hasil yang bervariasi.

Di Afrika, pengobatan dengan tumbuhan lokal rupanya efektif. Buah dari Solanum acueastrum, juga solanum dari berbagai spesies lain digunakan sebagai obat ringworm oleh penduduk setempat.

Larutan formaldehyde 10 % yang disuntikkan secara intra muskuler dengan dosis 1 mI/kgBB berhasil menyembuhkan 9 dari 10 anak sapi yang terinfeksi dengan T.verrucosum dalam 15-20 hari, sedang kontrol yang disuntik dengan larutan saline tetap menunjukkan adanya lesi ringworm.

Pencegahan


Usaha pencegahan dapat dilakukan dengan menjaga kesehatan tubuh hewan dan kebersihan kulit hewan. Hewan penderita harus dijauhi baik oleh hewan lain ataupun manusia kecuali yang ditugaskan merawat hewan tersebut. Menjauhi dan mendesinfeksi tempat yang diduga menjadi sumber spora. Diduga miselia dermatophyta mampu merangsang pembentukan antibodi. Telah diketahui bahwa jaringan mengandung suatu zat yang disebut ”serum faktor” yang bersifat fungisida dan fungistatika dan zat inilah yang diduga membatasi pertumbuhan dermatophyta hanya pada bagian kulit yang mengalami keratinisasi saja. Dermatophyta bersifat antigenik yang lemah tetapi sangat alergik.

Reaksi hipersensitisasi merupakari kejadian yang sering terjadi pada infeksi dengan dermatophyta.

Vaksin yang dibuat dari T.verrucosum pernah digunakan untuk pengebaIan terhadap ringworm pada anak sapi. Vaksin hidup kering beku telah dicoba pada 422 anak sapi bersama dengan kontrol, kemudian ditantang dengan T.verrucosum ganas. 4,4-9 hewan yang divaksinasi hanya mengalami gejala klinis yang ringan antara hari ke 14-25 dan pada hari ke 28, 99-100 hewan yang divaksinasi terllindungi sepenuhnya.

Pengendalian dan Pemberantasan


Memisahkan penderita dan mencegah kontak dengan hewan sehat. Peralatan bekas penderita harus dihapus hamakan. Sisa pakan dan bahan yang tidak dipergunakan lagi harus dibakar. Penderita diobati secara tuntas. Sanitasi harus diperhatikan. Daging penderita ringworm dapat dikonsumsi, namun harus dimasak terlebih dahulu sebelum diedarkan, sedangkan kulitnya harus dimusnahkan.

Referensi:

Ringworm atau kurap adalah penyakit yang disebabkan oleh cendawan salah satunya yaitu Trychophyton verrucosum . Penyakit ini dapat menular pada hewan dan manusia. Cara penularan penyakit dapat melalui kontak langsung dengan hewan penderita atau melalui alat perawatan hewan yang terkontaminasi.

image
T.Verrucosum Yang Pecah Membentuk Pyriform (Seperti Pir)

image
Ringworm Pada Sapi

Gejala penyakit Ringworm yaitu erupsi kulit terjadi pada muka, leher, dengan permukaan yang meninggi, berkeropeng, bersisik atau berbentuk bungkul terlihat lesi tebal, bulat, menonjol dengan batas jelas, warna putih keabuan. Cara pengendalian penyakit Ringworm yaitu:

  1. Semprotkan Na-kaprilat 20%.

  2. Menjaga kebersihan hewan terutama bagian kulit.

  3. Menjauhi dan mendesinfeksi tempat yang diduga menjadi sumber spora.

  4. Kurangi atau hindari kontak langsung hewan penderita dengan manusia dan dengan hewan ternak yang lainnya.

  5. Menjaga sanitasi lingkungan dan peralatan pakan penderita.

  6. Kulit ternak yang terkena penyakit harus dimusnahkan.

Ringworm atau dermatofitosis adalah penyakit mikotik yang disebabkan oleh kapang dermatofit dan menyerang hewan (anjing, kucing, sapi, unggas dan lain-lainnya). Penyebarannya hampir meliputi seluruh dunia. Dermatofitosis ini dapat menular antar sesama hewan, dan antara manusia dengan hewan (antropozoonosis) dan hewan kemanusia (zoonosis) dan merupakan penyakit mikotik yang tertua di dunia.

Dinamakan ringworm karena pernah diduga penyebabnya adalah worm dan karena gejalanya dimulai dengan adanya peradangan pada permukaan kulit yang bila dibiarkan akan meluas secara melingkar seperti cincin, maka dinamai ringworm, meski sebelumnya memang penyakit ini disebabkan oleh cendawan namun akhirnya pemakaian istilah tersebut tetap dipakai sampai sekarang.

Penularan dari hewan kemanusia (zoonosis) dilaporkan pada tahun 1820 dari sapi ke manusia. Hewan yang terserang umumnya hewan piaraan adalah anjing, babi, domba, kucing, kuda, kambing, sapi dan lainnya, namun yang paling utama ialah anjing, kucing, sapi (Ahmad, 2009).

Etiologi

Kapang atau cendawan merupakan salah satu jenis parasit yang terdiri atas genus Microsporum, Trichophyton, dan Epidermophyton. Berbagai spesies dari tiga genus kapang ini dapat menginfeksi kulit, bulu/rambut dan kuku/tanduk dalam berbagai intensitas infeksi. Hampir semua jenis hewan dapat diserangnya, dan penyakit ini secara ekonomis sangat penting (Djenuddin, 2005).

Infeksi oleh kapang ini dinamakan ringworm (dermatophyte) karena diduga penyebabnya adalah worm dan karena gejalanya dimulai dengan adanya peradangan pada permukaan kulit yang bila dibiarkan akan meluas secara melingkar seperti cincin. Nama dermatofit (dermatophyte) merupakan jenis kapang penyebab kerusakan di kulit karena zat keratin yang terdapat di kulit diperlukan untuk pertumbuhannya (Palupi, 1997).

Pada anjing ringworm yang sering disebabkan oleh kapang jenis Trichophyton sp. dan Microsporum sp. karena Indonesia yang berada di daerah tropis dengan kelembaban tinggi merupakan daerah yang cocok bagi tumbuhnya berbagai jenis jamur. Bulu tebal dan panjang pada anjing menjadi predileksi yang cocok bagi tumbuhnya jamur (Pohan, 2007).

Patogenesis

Dermatophyte ditularkan karena kontak dengan rambut atau kulit yang terinfeksi dan elemen fungi pada hewan, di lingkungan atau fomite (seperti, sisir, sikat, alat pencukur, kasur, pengangkutan sangkar burung, dll). M. canis dapat berasal dari debu, ventilasi, dan penyaring perapian tertutup. Spora M. canis dapat terus hidup di lingkungan sampai 18 bulan.

Jamur penyebab ringworm tumbuh subur di daerah panas dan basah. T. mentagrophytes yang sebelumnya sudah terdapat dalam kebanyakan sarang tikus, dan M.gypseum dari tanah yang terkontaminasi sangat berpotensial untuk menyebarkan ringwom dari hewan satu ke hewan lainnya dalam suatu lingkungan yang sudah terkontaminasi pula, ini juga yang menjadi masalah utama pada tempat-tempat penampungan atau pet shop.

Ringworm bisa sangat tahan lama di lingkungan dan dapat terbawa ke benda-benda furnitur, karpet, debu, kipas angin,dll, dan dapat mengontaminasi hewan peliharaan selama beberapa bulan bahkan tahun. Ringworm juga dapat tersebar pada alat-alat grooming, mainan, dan selimut, atau bahkan pada pakaian dan tangan manusia. Ringworm juga dapat ditemukan pada bulu hewan dari lingkungan yang terkontaminasi tanpa menimbulkan gejala apapun. Secara alami periode inkubasi untuk kasus ringworm antara 4 hari – 4 minggu (Tilley et al, 2004).

Gejala Klinis

Gejala yang terlihat pada anjing sering terjadi kerusakan disertai kerontokan bulu di seluruh muka, hidung dan telinga, perubahan yang tampak pada kulit berupa lingkaran atau cincin dengan batas jelas dan umumnya dijumpai di daerah leher, muka terutama sekitar mulut, pada kaki, dan perut bagian bawah. Selanjutnya terjadi keropeng, lepuh dan kerak, dan dibagian keropeng biasanya bagian tengahnya kurang aktif, sedangkan pertumbuhan aktif terdapat pada bulu berupa kekusutan, rapuh dan akhirnya patah, ditemukan pula kegatalan (Riza, 2009).

Diagnosis

Uji klinis dan munculnya lesi zoonotik dapat dijadikan patokan, namun pengobatan tidak dapat dilakukan tanpa diagnostik yang lain. Test secara mikroskopik dengan cairan KOH dapat mengetahui adanya spora pada rambut, dan rontokannya. Namun kadang terjadi banyak kesalahan pada teknik ini. Test dengan menyinari lesi pada kulit dengan UV hanya dapat digunakan untuk kasus M. canis dermatophytosis, bila hasilnya positif maka akan terlihat flouresen berwarna hijau.

Test dengan media Sabouraud’s merupakan jalan terbaik untuk menjalankan diagnosa. Jika hewan peliharaan telah didiagnosa terkena dermatophytosis, penting juga mengidentikfikasi apakah hewan peliharaan yang lain terkena atau tidak. Jika setelah ditest hasilnya negatif, sebaiknya dilakukan test fungi ulang setelah 2 minggu dari hasil status negatif. Jika hewan peliharaan negatif, sebaiknya segera diisolasi dari hewan lain yang terinfeksi (Tilley et al, 2004).