Mastitis dapat menyebabkan kerugian secara ekonomi karena dapat menurunkan produksi, kualitas dan komposisi susu serta menyebabkan gangguan kesehatan hewan.
PENGENALAN PENYAKIT
1. Gejala Klinis
Gejala klinis mastitis dapat dibedakan secara umum menjadi mastitis perakut, akut, subakut, subklinis, dan kronis. Kasus mastitis subklinis adalah yang paling sering terjadi, diperkirakan 15-40 kali lebih banyak dibandingkan dengan mastitis klinis. Perakut ditandai dengan onset yang tiba-tiba terjadi peradangan parah pada ambing, air susu berubah menjadi serous. Pada mastitis akut ditandai dengan tiba-tiba, peradangan pada ambing derajatnya sedang sampai parah. Mastitis subakut ditandai dengan peradangan yang ringan, tidak terlihat perubahan penampilan ambing, namun terjadi perubahan dari komposisi penampilan air susu, juga akan terjadi pecahnya permukaan susu. Mastitis subklinis tidak jelas gejala klinisnya namun terkadang terjadi perubahan komposisi air susu. Mastitis kronis gejalanya seperti mastitis subklinis namun kejadiannya berlangsung lebih lama. Mastitis mikotik biasanya tergolong kasus yang kronis dan subklinis.
Gejala klinis pada hewan adalah demam, lemah, sapi berdiri dengan jarak kedua kaki belakang melebar (karena membesarnya ukuran ambing), kehilangan berat badan/kurus, produksi susu menurun. Pada ambing terlihat bengkak, kemerahan dan panas, serta keluar eksudat dari puting. Pada kasus mastitis mikotik, biasanya ditandai dengan gagalnya usaha pengobatan dengan antibiotika, karena mastitis mikotik disebabkan oleh cendawan. Susu yang dihasilkan menurun kuantitas dan kualitasnya, susu berwarna putih keabuan hingga kekuningan, buram dan mengental (mukoid).
2. Patologi
Pada sapi yang menderita mastitis mikotik akan terlihat ambingnya bengkak dan keluar eksudat. Apabila dilakukan insisi pada ambing akan terlihat eksudat yang berwarna kekuningan. Mastitis yang disebabkan oleh cendawan jenis Cryptococcus neoformans dan Candida albicans bersifat granulomatous. Peradangan granulomatous ditandai dengan pus/ eksudat berwarna kuning, dan secara histopatologi dapat terlihat banyaknya sel radang dan central necrotic debris.
Pada kambing dengan percobaan mastitis mikotik dengan
menginokulasikan Candida albicans secara intramamari akan menyebabkan leukositosis dan neutrophilia, secara mikroskopik akan terlihat perjalanan infeksi dari mulai mastitis akut purulen, kronis, nonpurulen dan berlanjut menjadi granulomatous, terlihat juga adanya kerusakan jaringan pada ambing (Singh et al, 1998).
3. Diagnosa
Diagnosa dapat ditentukan dari gejala klinis dan identifi kasi cendawan. Isolasi dan identifi kasi cendawan dilakukan dengan mengambil susu dari hewan penderita kemudian dikultur dan dilakukan uji biokimiawi.
Kultur dapat dilakukan dalam media sabourauds glucose/dextrose agar, lalu diamati koloninya. Pada pemeriksaan secara mikroskopik dengan menambahkan lactophenol cotton blue (LPCB) dapat diamati adanya hifa, spora dan miselium dari cendawan penyebab mastitis. Pada hewan yang sudah mati atau disembelih untuk peneguhan diagnosa dapat pula dilakukan pemeriksaan patologi anatomi dan histopatologi, pada jaringan organ mammae yang terinfeksi akan ditemukan hifa atu spora cendawan.
Deteksi cendawan dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR) juga dapat dilakukan. Metode PCR memiliki keuntungan dibandingkan dengan metode lain, karena metode PCR dapat mendiagnosa mastitis mikotik walaupun cendawan yang menginfeksi berjumlah sedikit.
4. Diagnosa Banding
Pada mastitis dengan adanya pembengkakan yang terjadi pada ambing maka diagnosa banding untuk mastitis adalah neoplasia/tumor mammae.
5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen
Pengambilan sampel (susu) dari hewan penderita dilakukan secara aseptik. Ambing dibersihkan terlebih dahulu dicuci dengan air sabun lalu dibersihkan dengan alkohol 70%, susu diambil dari kuarter ambing hewan yang sakit. Kemudian susu dimasukkan dalam wadah/tempat yang steril dan diberi pendingin/es.
Referensi:
Mastitis Mikotik merupakan peradangan pada jaringan internal ambing atau kelenjar mamae yang disebabkan oleh mikroba jenis cendawan. Kasus penyakit Mastitis Mikotik sering disebabkan oleh Candida sp. Pertumbuhan cendawan dipicu oleh lingkungan yangblembab dan tidak bersih. Penularan penyakit ini terjadi melalui alat perah, tangan pemerah, sanitasi lingkungan yang buruk, debu atau pakan, lantai kandang dan tanah yang tercemar cendawan.
Gejala penyakit mastitis mikotik yaitu peradangan parah pada ambing, air susu berubah menjadi serous, terjadi perubahan dari komposisi penampilan air susu, terjadi pecahnya permukaan susu, demam, lemah, sapi berdiri dengan jarak kedua kaki, belakang melebar (karena membesarnya ukuran ambing), kehilangan berat badan atau kuru, produksi susu menurun, pada ambing terlihat bengkak, kemerahan dan panas, serta keluar eksudat dari putting, susu yang dihasilkan menurun kuantitas dan kualitasnya, susu berwarna putih keabuan hingga kekuningan, buram dan mengental (mukoid).
Cendawan Candida spp
Ambing Sapi Yang Terkena Mastitis
Granulomatus (Nodul Atau Bungkul Kecil) Mastitis Mikotik Pada Ambing Sapi
Mastitis Mikotik Dengan Peradangan Bersifat Granulomatous Pada Manusia
Cara pengendalian penyakit Mastitis Mikotik yaitu:
-
Hewan yang terinfeksi penyakit diisolasi.
-
Berikan nistatin dengan dosis 10 gram per kuartir, berikan larutan desinfektan povidin iodine atau ketoconazole, miconazol, polimixin.
-
Menjaga sanitasi lingkungan, kandang dan kebersihan hewan.
-
Memberikan antibiotic secukupnya dan jangan berkepanjangan.
-
Menyimpan pakan dan alat alat perah ditempat yang tidak lembab dan terhindar dari jamur.