Apa yang anda ketahui tentang Patung Ganesha di Karangkates, Malang ?

ganes

Arca besar Ganesha ini berada di Dusun Karangkates, Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung, Kabupaten Malang. Arca Ganesha terletak di belakang Kompleks Wisma Perum Jasa Tirta. Lokasi situs Ganesha memang tidak bisa dilihat dari jalan utama jurusan Malang–Blitar. Karena, di sana juga tidak ada papan nama yang menunjukkan jalan menuju ke situs tersebut. Namun, jika bertanya kepada warga sekitar, maka akan langsung ditunjukkan arahnya. Untuk menuju arca Ganesha ini dari arah Kota Malang, hendaknya jangan melalui jalan yang melintas di atas Bendungan Karangkates. Tetapi lurus saja mengikuti jalan raya, setelah itu terdapat sebuah masjid di sisi kanan jalan. Di samping masjid terdapat sebuah gang, kemudian berbelok kanan dan lurus saja mengikuti jalan sampai menjumpai sebuah pohon beringin besar.

Lokasi arca Ganesha tepat berada di bawah pohon beringin itu. Terdapat dua pintu masuk menuju sang Ganesha. Yang satu, berada tepat di depan Ganesha. Satunya lagi, berada sejajar dengan lengan kanannya. Di bagian kanan dan kiri Ganesha, dibangun sejenis pendopo kecil untuk tempat berteduh. Sayang, kondisinya kurang terawat walaupun cukup bersih.

Ganesha berdiri itu ditemukan ketika Bendungan Karangkates dibangun. Arca itu kemudian dipindahkan ke bukit kecil, tidak jauh dari permukiman penduduk. Hanya ada dua arca Ganesha berdiri yang pernah ditemukan di Indonesia. Selain di Karangkates, satu arca lagi pernah ditemukan Belanda di Gunung Semeru yang kini dibawa ke Leiden, Belanda. Kondisinya lebih utuh dibandingkan dengan Ganesha Karangkates. Adapun arca di Karangkates sudah rusak di beberapa bagian, seperti mata kiri yang tidak utuh dan gading yang putus.

Arca Ganesha dari Desa Karangkates ini terbilang langka dan istimewa karena dalam posisi berdiri. Dilihat dari hiasannya, arca ini adalah arca Ganesha aliran Tantrayana. Arca Ganesha merupakan simbol perlindungan sekaligus ilmu pengetahuan. Arca Ganesha ini peninggalan dari masa Kerajaan Singhasari. Jumlah arca Ganesha yang berdiri tersebut sangat sedikit, kebanyakan duduk seperti duduknya bayi, bukan duduk bersila. Tinggi arca Ganesha itu hampir 3 meter. Postur tubuhnya lebih tambun dari arca Ganesha pada umumnya. Ia berdiri menginjak tengkorak, sedangkan kedua tangannya memegang mangkuk dan kapak. Ujung belalainya masuk ke dalam mangkuk tersebut. Hiasan kepala, motif kain yang dikenakan, dan perhiasan tubuhnya penuh dengan tengkorak manusia.

Arca Ganesha di Karangkates dalam posisi berdiri
Gambar Arca Ganesha di Karangkates dalam posisi berdiri

Kondisi arca Ganesha di Karangkates masih sangat bagus. Ukiran yang dipahat juga menunjukkan bahwa pemahatnya sangat berpengalaman. Lekuk-lekuk dan ukirannya halus dan rapi. Sehingga, bentuk arca sangat indah. Dari gaya seni arcanya, para ahli arkeologi menyimpulkan bahwa pada masa Singhasari merupakan puncak kejayaan seni Indonesia kuno. Belum ada temuan arca yang dibuat lebih bagus dari Singasari. Sayang, tidak banyak peninggalan Singasari yang bisa ditemukan saat ini.

Saat ini arca Ganesha dijaga oleh seorang juru kunci Supiati. Setiap hari selalu ada yang mengunjungi situs arca Ganesha ini, namun jumlahnya tak sampai puluhan. Paling ramai ketika malam Jumat Legi. Terkadang pengunjung yang datang untuk mengadakan selamatan dengan memberikan semacam sesajen. Konon, menurut sang juru kunci, dari cerita turun temurun Arca Ganesha ini pernah dibawa ke Singosari dengan diangkut kereta yang ditarik 44 sapi. Saat dipindahkan pada siang hari, tetapi anehnya pada malam harinya sudah kembali ke tempat semula di Karangkates ini.

Dahulu arca Ganesha itu berada di dekat pertemuan Sungai Sengguruh dan Sungai Brantas yang berada di bawah dari lokasi yang sekarang. Arca itu dipindah lebih ke atas di dekat permukiman penduduk. Selain berdekatan dengan perkampungan, juga dekat makam China kuno yang sudah tidak pernah dikunjungi oleh keluarganya. Makam tersebut menurut juru kunci adalah pindahan dari lokasi yang saat ini jadi Pasar Sumberpucung. Namun kapan perpindahan itu, juru kunci Arca Ganesha juga tidak mengetahui secara pasti namun diduga agar lebih aman. Namun alasan pastinya belum ditemukan data-data sejarahnya secara pasti. Kemungkinan perpindahan itu terjadi pada masa kolonial.

image
Gambar Adanya Relief tengkorak menunjukkan Ganesha ini mempunyai aliran Tantrayana

Menurut cerita, dulu di dunia para dewa sedang ada ancaman serius dari Asura atau Takasura. Bahkan, para dewa tidak ada yang bisa melawan amukan Asura itu. Maka, para dewa mengharapkan kelahiran bayi laki-laki yang lain dari Dewa Siwa. Menurut Dewa Indra, yang mampu melawan hanya anak laki-laki dari pasangan Dewa Siwa dan Dewi Parwati. Ketika itu, Dewa Siwa mempunyai satu anak laki-laki, namanya Kartikeya. Namun, yang bisa melawan Asura atau Takasura adalah anak laki-laki yang lain yang bernama Ganesha. Namun, ketika itu, Dewa Siwa tidak mau lagi punya anak dan memilih untuk bertapa. Dewa Indra tahu bagaimana caranya agar Dewa Siwa mau punya anak lagi.

Kemudian Dewa Indra meminta agar Dewa Kama memanah Dewa Siwa dengan panah bunga tepat di dadanya, lalu dia tidak kuat bertapa karena rindu dengan istrinya Dewi Parwati. Maka, Dewa Siwa pun pulang ke istrinya hingga kemudian Parwati hamil. Ketika Dewi Parwati hamil, para dewa datang. Salah satu dewa yang datang itu adalah Dewa Wisnu yang mengendarai gajah putih yang besar (Airawata). Ketika Dewi Parwati membuka pintu, dia kaget sekali melihat gajah yang sangat besar, sehingga dia berdebar-debar. Maka kemudian ketika lahir anaknya tidak biasa. Bentuknya setengah manusia dan setengah gajah. Ganesha sendiri memiliki arti penghalau bahaya. Belakangan, panah Dewa Kama itu dikenal dengan panah asmara yang mampu meluluhkan hati Dewa Siwa untuk makin mencintai istrinya. Kemudian, Ganesha ketika menjadi pimpinan pasukan Gana untuk melawan Asura, maka dia juga disebut sebagai Ganapati. Saat melawan Asura, dia mengendarai hewan perusak yaitu tikus. Dengan perlawanan yang dilakukan Ganesha ini, maka jagad para dewa kembali aman.

Selain sebagai penghalang marabahaya dan pemimpin pasukan perang Ganesha, juga disebut dewa ilmu pengetahuan (Vidyadewa). Hal itu bisa dilihat dari simbol gambar yang ada di patung. Yang mana di tangan kanan dan kiri depan memegang mangkuk dari tempurung kepala manusia yang dibelah. Lalu belalainya mengarah ke mangkuk di tangan kiri. Belalai yang mengarah ke tengkorak ini bisa disimbolkan bahwa Ganesha haus dengan pengetahuan. Ganesha juga dikenal sebagai sosok yang pandai. Tak mengherankan jika Institut Teknologi Bandung (ITB) menggunakan lambang Ganesha, sebagai simbol ilmu pengetahuan.

image
Gambar Parasu atau kapak yang dibawa Ganesha

Di Indonesia banyak sekali terdapat arca Ganesha terutama di Jawa dan di Bali, mungkin karena pemujaan kepada Siwa kuat sekali. Ganesha seringkali dipahat tersendiri, dianggap sebagai dewa penolak bahaya. Stutterheim mengemukakan bahwa arca Ganesha sering ditemukan di dekat tempat berbahaya seperti pada penyeberangan sungai atau dekat jurang seperti arca Ganesha di Karangkates. Sehingga perlu didirikan arca Ganesha yang dipercaya mampu menghadang marabahaya atau peredam murka. Bahkan, posisi arca Ganesha di tempat lain tidak hanya di pertemuan dua sungai (tempuran), tapi juga di perempatan jalan dan di lereng gunung. Seperti di wilayah Torongrejo, Kota Batu, yang posisinya berada di pinggir sungai dan dekat pegunungan. Selain itu, di Candi Penataran Blitar, arca berada di dalam candi karena bertujuan untuk menghadang kemarahan Gunung Kelud.

Dalam kitab Smaradhahana, Ganesha merupakan makhluk yang menjaga kahyangan dari serangan raksasa. Oleh karena itu, ia disimbolkan selalu dekat dengan Dewa Siwa. Arca Ganesha yang berdiri sendiri di luar panteon Siwa merupakan simbol perlindungan terhadap kawasan tersebut. Ganesha adalah dewa penjaga ketenteraman sehingga penguasa Singasari meletakkan arca itu di daerah-daerah yang dikuasainya.

image
Gambar Ganesha menggunakan jarik yang bermotifkan ardhachandra kapala

Ada beberapa arca Ganesha yang terdapat di Jawa Timur tampak agak lain seperti Ganesha Singasari, Ganesha Boro, Ganesha Karangkates, Ganesha berdiri berasal dari gunung Semeru. Keempat Ganesha itu mempunyai satu ciri khas, yaitu padmasananya terdiri dari lapik berhiaskan tengkorak-tengkorak. Hiasan badan arca-arca juga terdiri dari tengkorak (batok kepala). Ini berarti bahwa Ganesha itu dianggap berada pada sebuah pesetran (medan perabuan). Bentuk patung atau pun arca Ganesha ada yang bersifat demonis karena pengaruh Tantris.

Bahkan Bustami mempunyai dugaan tentang candi berkaitan dengan penanggulangan bencana alam (mitigasi, pengurangan resiko bencana, serta rehabilitasi dan rekonstruksi). Semua candi yang tersebar di Indonesia selalu dibangun di wilayah gunung berapi aktif yang rawan bencana. Misalnya candi di kawasan Gunung Kelud (Panataran), Bromo, Semeru, Merapi, dan Lawu. Gunung-gunung itu merupakan replika imajinatif gunung-gunung sakral di India sebagaiamana yang dijelaskan dalam kitab Samudramantana.

Edy Sedyawati menguatkan bahwa keberadaan arca Ganesha secara teologis selalu dikaitkan dengan strategi kultural manusia untuk menanggulangi bencana. Ganesha sebagai dewa penjaga dari bahaya. Penempatannya pada tempat-tempat yang dipandang berbahaya. Misalnya, Ganesha Karangkates dengan posisi berdiri dan Bara-Jimbe di tepi Sungai Brantas. Wilayah rawan bencana itu ditempatkan Ganesha dengan tujuan sebagai persembahan ( offering).