Pembuatan kesatuan Fallschirm Infanterie Kompanie dibentuk dibawa komandan Hauptmann Zahn. Pada akhir September 1938, Mayor Richard Heidrich mengambil alih kompi itu dan kemudian ditingkatkan kekuatannya menjadi sebuah batalyon yang dikenal sebagai Fallschirm Infanterie Bataillon pada 1 Juni 1938.
Pada September 1937, Generaloberst Freiherr von Fritsch, Panglima Angkatan Darat Jerman memerintahkan untuk dibuat sebuah lencana lulusan, Fallschirmschuzenabzeichn des Heeres, bagi anggota yang mengikuti pelatihan terjun payung di Fallschirm Infanterie Kompanie Angktan Darat.
Sekitar 170 lencana diberikan kepada anggota kompi tersebut oleh Hauptmann Zahn selama manuver musim gugur di Wehrmacht yang berlangsung pada bulan September.
Pada tanggal 1 Juli 1938, Fallschirm Infanterie Bataillon ditempatkan dibawa komando 7.Fliegerdivision pimpinan Generalleutnant (Marsekal Muda) Kurt Student sebagai persiapan untuk menginvasi Sudetenland, yang merupakan wilayah huni oleh banyak etnis Jerman di Cekoslovakia.
Batlyon tersebut kemudian memperoleh panji unitnya pada 3 November 1938 setelah dipindahkan disebuah depor baru, barak Rosalie di Brunswick.
Pada saat yang sama Fallschirm Infanterie Bataillon memperoleh kehormatan memegang tradisi Batalyon Penyerang No. 7 dari Angkatan Darat Kekaisaran yang terkenal dalam pertempuran parit yang sengit selama Perang Dunia II.
Pengambilalihan oleh Luftwaffe atas pasukan payung Angkatan Darat itu diselesaikan pada 1 Januari 1939, ketika Fallschirm Infanterie Bataillon resmi dipindahkan ke angkatan udara sebagai Batalyon II dari Resimen Para ke -1.
Pasukan Payung Jerman selama pertempuran di Kreta. Foto: Imperial War Museum
Selama Perang Dunia Kedua 1939-1945, pasukan terjun payung pada tahun 1940 secara operasional dikerahkan dalam serangan di Denmark dan Norwegia dengan penggunaan lapangan udara dalam kampanye Barat di Belgia dan Belanda serta pada tahun 1941 dalam kampanye Balkan di Yunani dalam operasi udara taktis seperti ketika mengambil jembatan Korintus, oleh asosiasi militer berikutnya untuk memungkinkan kemajuan lebih lanjut.
Operasi udara terbesar kemudian Pertempuran Operasional Kreta, di mana seluruh Divisi Udara 7 dan Divisi Gunung ke-5 digunakan sebagai infanteri udara.
Pasca pertempuran di Kreta tanggal 1 Juni dan merupakan kemenangan Jerman dalam merebut Kreta. Setidaknya sekitar 4000 prajurit pasukan payung terbunuh, sementara 2594 lainnya hilang dan terluka. Menurut Hitler hal tersebut merupakan suatu harga yang mahal dalam merebut suatu wilayah.
Pasca pertempuran di Kreta, Hitler menghentikan pembentukan pasukan Fallschirm Infanterie Bataillon dan selanjutnya memasukan sisa anggotanya selama Perang Dunia II sebagai pasukan infanteri.
Hitler secara terbuka berbicara kepada Student yang merupakan pemimpin pasukan Fallschirm Infanterie Bataillon, " Kreta telah membuktikan bahwa hari-hari pasukan payung telah berakhir."
Sumber: hariansejarah.id