Apa yang anda ketahui tentang Owa Jawa?

owa-jawa

Owa jawa (Hylobates moloch) adalah sejenis primata anggota suku Hylobatidae. Dengan populasi tersisa antara 1.000 – 2.000 ekor saja, kera ini adalah spesies owa yang paling langka di dunia. Owa jawa menyebar terbatas (endemik) di Jawa bagian barat.

Owa jawa tidak memiliki ekor, dan tangannya relatif panjang dibandingkan dengan besar tubuhnya. Tangan yang panjang ini diperlukannya untuk berayun dan berpindah di antara dahan-dahan dan ranting di tajuk pohon yang tinggi, tempatnya beraktivitas sehari-hari. Warna tubuhnya keabu-abuan, dengan sisi atas kepala lebih gelap dan wajah kehitaman.

Owa jawa (Hylobates moloch) adalah keluarga primata dari suku Hylobatidae. Sekarang, owa jawa menjadi spesies yang paling langka di dunia.

Saat ini, diperkirakan populasinya tinggal 4.000 ekor yang masih tersisa di alam liar. Owa Jawa tersebar di Jawa Barat dan sebagian di Jawa Tengah.

Tubuh owa jawa ditutupi rambut abu-abu. Rambut di sekitar wajahnya berwarna putih, sisi atas kepalanya berwarna lebih gelap, dan wajahnya kehitaman. Rupanya, semakin dewasa owa jawa, wajahnya akan semakin terang.

Owa Jawa tidak memiliki ekor, tetapi tangannya relatif panjang dibandingkan tubuhnya. Owa jawa sangat lincah berayun dan berpindah ke ranting-ranting pohon.

Owa jawa adalah hewan yang memiliki sifat monogami (hewan yang setia pada pasangannya). Karena itu, owa jawa senang hidup berkelompok dengan keluarganya. Setiap kelompok biasanya terdiri dari owa jawa jantan dan betina dengan satu atau dua anak-anak owa jawa yang masih belum dewasa.

Kesetiaan owa jawa pada pasangannya ini sangat megangumkan Biasanya, bila induk owa jawa mati, pejantan owa jawa akan mengalami stres dan ikut mati. Owa jawa tidak akan mencari pasangan lagi, kalau pasangannya sudah mati. Inilah salah satu faktor mengapa owa jawa mengalami kepunahan yang sangat tinggi. Selain itu, kepunahan owa jawa juga disebabkan karena penangkapan liar.

Saat ini habitat asli owa jawa di Jawa Barat yang terbesar di Taman Nasional Ujung Kulon, Halimun-Salak dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Owa jawa (Hylobates moloch)


Owa jawa (Hylobates moloch) merupakan satu dari enam spesies genus Hylobates yang hidup di Indonesia (Setyawan et al., 2012; Meijaard & Nijman, 2000) Spesies ini merupakan spesies endemik dan hanya terdapat di Pulau Jawa yaitu di wilayah Provinsi Jawa Barat dan Jawa Tengah tepatnya di daerah hutan hujan tropis, mulai dari dataran rendah, pesisir, hingga pegunungan pada ketinggian 1.400 – 1.600 m dpl. Persebarannya meliputi wilayah Jawa Barat di antaranya yaitu, Taman Nasional (TN) Ujung Kulon, TN Gunung Gede Pangrango, TN Gunung Halimun, Cagar Alam (CA) Gunung Siampang, CA Leuwang Sancang, dan Jawa Tengah seperti Gunung Slamet hingga pegunungan Dieng (Supriatna dan Wahyono, 2000; Chivers, 1974).

Owa Jawa (Hylobates moloch) memiliki tubuh berambut lebat, panjang, dan berwarna abu-abu keperakan. Rambut yang mengelilingi muka berwarna lebih terang sedangkan yang tumbuh pada bagian atas kepala (mahkota) berwarna abu-abu gelap atau hitam (Marshall & Sugardjito, 1994). Pada tubuhnya tidak terdapat ekor, namun memiliki tungkai dan lengan sangat panjang, sekitar dua kali panjang batang tubuhnya.

Pada umumnya Owa Jawa memiliki daerah jelajah berkisar antara 16-17 ha dengan kemampuan jelajah harian mencapai 1.500 meter. Kera ini memiliki habitat terutama di hutan-hutan tropis yang berada mulai dari dataran rendah, pesisir, hingga daerah pegunungan dengan ketinggian 1.400-1.600 m di atas permukaan laut (dpl). Owa Jawa
merupakan jenis primata endemik yang hanya ditemukan di hutan-hutan wilayah
Jawa Barat terutama daerah-daerah konservasi seperti Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Halimun, Gunung Gede Pangrango, Cagar Alam Gunung Simpang, dan Leuweung Sancang (Supriatna dan Wahyono, 2000).

Data International Union for Conservation of Nature (IUCN) menyebutkan bahwa status konservasi Owa Jawa tergolong Endangered (terancam/genting) (IUCN, 2013), hal ini terjadi sebagai akibat menurunnya kualitas fungsi hutan tropis yang ada oleh pembalakan liar manusia. Disamping itu, dimungkinkan pula karena meningkatnya perburuan terhadap jenis primata tersebut untuk diperdagangkan ataupun sebagai hewan piaraan. Kegiatankegiatan manusia yang kurang mendidik dan tidak bertanggung jawab tersebut secara tidak langsung berdampak pada peningkatan karakter stres Owa Jawa, sehingga tingkat keberhasilan perkembangbiakan
yang terjadi cukup rendah.

1 Like

Owa Jawa


Owa Jawa dengan nama ilmiah Hylobates moloch merupakan jenis primata dari suku Hylobatidae, endemik Jawa. Spesies ini hidup secara eksklusif di Pulau Jawa (Indonesia) saja, Menurut Kappeler (1987) (seperti yang dikutip Anton Rio, 2010) Owa Jawa merupakan satu satunya jenis kera kecil (lesser apes) yang terdapat di pulau Jawa. Penyebaran primata tersebut terbatas pada hutan tropis yang relatif tidak terganggu di hutan-hutan Jawa Barat dan beberapa hutan di Jawa Tengah. Menurut Jolly (1972) dan Haimoff (1983) seperti yang dikutip Conservations Internasional Indonesia (2000). Berikut ini klasifikasi Ilmiah Owa Jawa :

  • Kingdom : Animalia
  • Filum : Chordata
  • Anak Filum : Vertebrata
  • Kelas : Mamalia
  • Bangsa : Primata
  • Anak Bangsa : Anthropoidea
  • Induk Suku : Hominoidea
  • Suku : Hylobatidae
  • Marga : Hylobates
  • Jenis : Hylobates moloch (Audebert,1798)

1. Depkrisi Morfologi

Ciri ciri Owa Jawa memiliki tubuh yang ditutupi rambut berwarna kecokelatan sampai keperakan atau kelabu. Bagian atas kepalanya berwarna hitam. Bagian muka seluruhnya juga berwarna hitam dengan alis berwarna abu- abu yang menyerupai warna keseluruhan tubuh Beberapa individu memiliki dagu berwarna gelap. Warna rambut jantan dan betina berbeda, terutama dalam tingkatan umur. Umumnya anak yang baru lahir berwarna lebih cerah. Antara jantan dan betinanya memiliki rambut yang sedikit berbeda. Panjang tubuh berkisar antara 750 - 800 mm. Berat tubuh jantan antara 4- 8 kg sedangkan betina antara 4-7 kg.

2. Habitat

Kappeler (1984) dalam Supriatna & Wahyono (2000) seperti yang dikutip Anton Rio (2010) Owa Jawa berada pada kawasan hutan hujan tropis mulai dari dataran rendah, pesisir, hingga pegunungan dengan tinggi 1400-1600 mdpl. Owa Jawa jarang ditemukan pada ketinggian lebih dari 1500 mdpl karena sumber pakan yang dibutuhkan jarang sekali ditemukan pada ketinggian tersebut, selain itu temperatur yang rendah dan banyaknya lumut yang menutupi pohon –pohon juga menyulitkan pergerakan berayun pada Owa Jawa. Tipe hutan habitat Owa Jawa yaitu tipe hutan yang ditutupi oleh tumbuhan tinggi, karena hidup mereka di pohon jarang sekali turun ke tanah oleh karena itu Owa Jawa sangat menyukai tipe hutan yang tinggi dan lebat.

3. Populasi Owa Jawa

Populasi Owa Jawa yang masih tersisa di hutan Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah adalah tidak lebih dari 4000 individu. Beberapa penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa populasi Owa Jawa yang masih tersisa di hutan Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah adalah kurang dari sekitar 2000- 4000 individu (menurut Supriatna, 2001), 4000-4500 (Nijman, 2004), 2.600-
5.304 (Djanubudiman, 2004) dalam ( Supriatna, 2006) (seperti yang dikutip oleh Aly Alfred Jao, 2012). Hal ini disebabkan oleh penduduk pulau Jawa jumlah kelahiran tingkat penduduknya sangat pesat sehingga kawasan hutan hujan tropis menyusut.

4. Reproduksi Owa Jawa

Owa Jawa merupakan Keluarga monogami tidak berganti-ganti pasangan. pada satu kelompok terdiri dari sepasang induk jantan dan betina serta beberapa individu anak. Masa hamil Owa jawa ini antara 197-210 hari. Owa Jawa berkembang biak dengan jumlah 2-3 ekor anak, jarak kelahiran antara anak yang satu dengan anak yang lain berkisar antara 3-4 tahun. Spesies ini bisa hidup sampai umur 30-35 tahun. Owa Jawa dikatakan dewasa pada umur 6 tahun keatas sedangkan betina antara 8 dan 10 tahun.

5. Penyebaran Owa Jawa

Penyebaran Owa Jawa ini sangat terbatas hanya ditempatkan dikawasan hutan di pulau Jawa, yaitu Jawa Barat dan sebagian Jawa Tengah. Owa Jawa Menempati hutan hujan tropis dataran rendah sampai perbukitan hingga ketinggian 1500 meter dpl. Penyebaran Owa Jawa kawasan hutan di Jawa Barat meliputi di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Halimun, Taman Nasional Ujung Kulon, Cagar Alam Gunung Simpang dan Leuweng Sancang sedangkan didaerah Jawa Tengah sekitar Gunung Slamet dan Pegunungan Dieng. Awalnya Owa Jawa terdapat di sebagian hutan-hutan di Jawa Barat, dan menempati habitat seluas 43.274 km2, akan tetapi sekarang ini keberadaannya semakin terdesak dan hanya tinggal di daerah yang dilindungi yang luasnya sekitar 600 km2, yaitu: Taman Nasional Ujung Kulon, Gunung Halimun,Gunung Gede Pangrango, Cagar Alam Gunung Simpang, Cagar Alam Leuweng Sancang, Kawasan Wisata Cisolok. Hal ini disebabkan oleh penduduk pulau jawa yang sangat pesat sehingga kawasan hutan hujan tropis menyusut drastis. Selain itu ancaman perbuaruan untuk menjadikan Owa Jawa tersebut dijadikan peliharaan yang merupakan ancaman bagi keberadaannya di alam. Berikut ini peta penyebaran Owa Jawa :

image

6. Makanan Owa Jawa

Umumnya Owa Jawa termasuk jenis satwa primata pemakan Buah- buahan, biji-bijian dan bunga. Terdapat 97 jenis tanaman yang menjadi makanan Owa Jawa, Kebanyakan owa Jawa memakan buah-buahan, dibanding daun muda, biji-bijian dan bunga karena buah-buahan mengandung gula dan air sehingga mudah dicerna. Jenis pohon pakan yang menjadi makanan Owa Jawa seperti buah Ceri Hutan ( Garcinia parvifolia ), buah Muncang Cina ( Ostodes paniculata ), buah Arben ( Rubus molucanus ) dan lain-lain.

Aktivitas Harian Owa Jawa

  1. Aktivitas Makan

    Aktivitas makan dilakukan oleh Owa Jawa sekitar pukul 05.30 dan berlangsung sampai kira-kira pukul 10.00 pagi. Kemudian aktivitas makan menurun dan mulai meningkat lagi pada pukul 15.00 sampai dengan 5.30 sore. Cara makan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu makan sambil melakukan pergerakan dan makan tanpa melakukan aktivitas lainnya. Kedua cara makan tersebut dilakukan secara bergantian dan kadang–kadang diselingi oleh aktivitas lainnya, khususnya aktivitas istirahat. Posisi makan yaitu duduk, berdiri dan bergelantungan. Owa Jawa menggunakan kedua tangannya untuk mengambil makanan. Biasanya Owa Jawa memeriksa makanannya terlebih dahulu dengan cara mencium-cium dan mencicipi makanannya sebelum dimasukkan kedalam mulut.

  2. Istirahat

    Owa Jawa melakukan istirahat setelah kelompok tersebut melakukan suatu penjelajahan di dalam habitatnya. Masa istirahat mulai pada siang hari mulai pukul 11.00 sampai pukul 14.00. Posisi tubuh saat berisitrahat adalah duduk di cabang pohon sambil kedua tangannya berpegangan pada ranting pohon.

  3. Aktivitas Bergerak

    Pergerakan yang dilakukan oleh Owa Jawa terdiri dari : brakhiasi (berayun), berjalan, memanjat, melompat dan mamanjat melalui akar atau liana.

    • Cara berayun Owa Jawa, cara ini digunakan karena tungkai depan yang lebih panjang dibandingkan dengan jenis primata lain. Dengan keadaan tajuk yang rapat Owa Jawa dapat dengan mudah melakukan perpindahan dari satu tajuk ke tajuk lainnya.

    • Cara melompat, cara ini dilakukan apabila jarak tajuk yang akan diseberangi cukup jauh atau berada dibawah posisinya. Owa Jawa melompat dengan kaki kemudian posisi tangan keatas untuk meraih ranting pohon.

    • Cara memanjat juga dilakukan oleh kedua individu tersebut, khususnya pada saat berpindah ke satu pohon yang kemudian menggunakan akar yang merambat untuk melakukan pemanjatan. Pemanjatan Owa Jawa dilakukan dengan kedua tangan dan kakinya. Kedua tangannya untuk menarik tubuhnya yang dibantu dengan kedua kakinya untuk memanjat.

    • Cara berjalan dengan menggunakan kedua tungkai kaki belakangnya, cara yang sangat unik dan jarang dilakukan karena cara ini membutuhkan keseimbangan badan dan biasanya dilakukan apabila Owa jawa melalui batang pohon yang besar.

  4. Aktivitas Sosial
    Berikut ini aktivitas sosial Owa Jawa menurut beberapa ahli :

    • Menurut Herawati (2003) (seperti yang dikutip Rio, 2010) Prilaku sosial pada Owa Jawa yaitu mengutui, bersuara dan bermain.
    • Menurut Alexander, 1974; Freeland,1976 dalam Bennet, (1983), (seperti yang dikutip Rio, 2010) beberapa sebab terjadinya berkutu (grooming) dalam kelompok primata adalah memelihara satwa dari gangguan parasit dan kotoran juga untuk memelihara ketertarikan sosial antar individu dalam kelompok. Aktivitas membersihkan tubuh seperti berkutu-kutuan pada Owa Jawa dilakukan secara sendiri atau pun antar individu. dilakukan saat kelompok Owa Jawa sedang beristirahat pada dahan pohon ukuran besar.
    • Bermain merupakan aktivitas yang dilakukan oleh dua individu remaja Owa Jawa. Dua individu tersebut biasanya bermain saling kejar kejaran dengan berayun dari ranting satu keranting lainnya.
    • Bersuara merupakan aktivitas yang dilakukan individu betina dewasa dalam upaya untuk berkomunikasi dengan kelompok lainnya dan menunjukkan batas teritorinya (Tenaza 1976; Kappeler 1981; Mitani 1987 dalam Kartono 2002). Menurut Geissmann (2005: 2) (seperti yang dikutip Rio, 2010) prilaku bersuara pada Owa Jawa memiliki karakter khusus dibandingkan dengan anggota Hylobatidae lain, yaitu individu betina berperan lebih besar dalam penjagaan daerah jelajah. Hal tersebut ditunjukkan melalui alokasi penggunaan waktu bersuara Owa Jawa betina yang lebih besar dibandingkan jantan. Khusus untuk suara panggilan pagi dilakukan oleh induk betina dewasa dan suara sebagai tanda bahaya seperti adanya manusia atau hewan lain yang memasuki daerahnya. Bersuara tanda bahaya di lakukan bersama-sama antara 2 individu Owa Jawa betina dan jantan dewasa.
1 Like