Apa yang anda ketahui tentang obesitas pada anak?

Obesitas pada anak

Obesitas merupakan keadaan dimana seseorang memiliki kelebihan lemak (body fat) sehingga orang tersebut memiliki risiko kesehatan. Menurut WHO, obesitas merupakan faktor risiko utama untuk penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular (terutama penyakit jantung dan stroke), diabetes, gangguan muskuloskeletal, beberapa jenis kanker (endometrium, payudara, dan usus besar).

Obesitas adalah suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Berbeda dengan overweight adalah kelebihan berat badan dibandingkan dengan berat ideal yang dapat disebabkan oleh penimbunan jaringan lemak atau jaringan non-lemak, seperti pada seorang atlit binaragawan, yang kelebihan berat badannya disebabkan oleh hipertrofi otot.

Etiologi


Obesitas merupakan keadaan interaksi yang kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Penumpukan lemak dalam tubuh terjadi sebagai akibat asupan energi yang berlebihan dibandingkan dengan energi yang dipergunakan. Kelebihan asupan energi ini disimpan sebagai lemak tubuh, sehingga terjadi peningkatan dalam jumlah dan ukuran besar sel-sel lemak.

Faktor risiko yang berperan meningkatkan angka kejadian obes pada anak adalah:

  • Faktor keturunan: pada anak yang orangtuanya obes akan berbeda dengan anak yang orangtuanya bukan obes.

  • Status sosial-ekonomi, penghasilan.

  • Pendidikan keluarga/ketidaktahuan.

  • Keluarga kecil/perhatian yang berlebihan.

  • Kurang aktivitas dalam keluarga/banyak nonton TV.

Angka Kejadian

Anak yang obes, 10-30% dari mereka berasal dari orang tua yang obes. Persentase anak yang obes menjadi seorang dewasa obes: 14% pada anak umur 6 tahun, 41% pada umur 7 tahun dan 70% pada umur 10-13 tahun. Angka kejadian anak obes berbeda-beda di tiap-tiap negara, misamya Inggris 7,3% , AS 27,1 (anak 6-11 tahun) dan 21,9% (anak 12-17 tahun), serta Kanada 7-43%. Di Indonesia menurut SUSENAS anak Balita dengan berat > 2SD tahun 2002 sebesar 2,2%, tahun 2003 sebesar 2,46% dan tahun 2005 naik menjadi 3,5%.

Patogenesis

Penambahan jumlah sel lemak dan pembesaran ukuran sel lemak paling cepar terjadi pada obes masa anak-anak (terjadi peristiwa replikasi/hiperplasi dan hifertrofi sel lemak) dan menjadi puncak pada umur dewasa. Penambahan jumlah sel lemak terjadi lagi apabila obes mulai pada umur dewasa (hanya mengalami peristiwa hifertrofi sel lemak). Ketidak-seimbangan terjadi bila asupan energi lebih tinggi dibandingkan penggunaan energi. Anak yang obes juga mengalami resisitensi terhadap insulin sehingga proses lipolisis mejadi berkurang, sebaliknya pembentukan jaringan lemak bertambah.

Gejala Klinis

Secara klinis anak obes memiliki tanda khas yaitu wajah membulat, pipi tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada membusung dengan payudara membesar karena mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai dinding perut berlipat- lipat serta kedua tungkai berbentuk X dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling bergesekan yang menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau kurang sedap. Pada anak laki, penis tampak kecil karena tersembunyi dalam jaringan lemak suprapubik (buried penis).

Obstructive sleep apnea sering dijumpai pada anak obes dengan gejala mulai dari mengorok sampai mengompol dan disertai obstruksi saluran napas intermiten di malam hari yang menyebabkan tidur anak gelisah sehingga anak cenderung mengantuk keesokan harinya dan hipoventilasi. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah faringeal dan diperberat oleh adanya hipertrofi adenotonsilar.

Tergelincirnya epifisis kaput femoris (slipped capital femoral epiphysis) adalah gangguan ortopedik akibat kelebihan berat badan pada anak obes yang ditandai dengan nyeri panggul atau lutut dan terbatasnya gerakan panggul serta penyakit Blount. Kelainan kulit berupa ruam panas, intertrigo, dermatitis moniliasis, dan acanthosis nigricans (merupakan petanda resistensi insulin).

Diagnosis

Berdasarkan gejala klinis seperti tersebut di atas dan penunjang diagnosis berupa pemeriksaan antropometri sebagai berikut:

  • Perbandingan berat badan dengan berat badan ideal menurut tinggi badan (BB/TB). Anak obes apabila di atas persentil ke-90 atau 120% lebih berat badan ideal. Apabila lebih besar dari 140% disebut superobesitas.

  • Indeks Masa Tubuh (IMT) yaitu berat badan dalam kilogram dibagi kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m2), oleh WHO tahun 1997, The National Institutes of Health (NIH) tahun 1998 dan The Expert Committee on Clinical Guidelines for Overweight in Adolescent Preventive Services direkomendasikan sebagai baku pengukuran obesitas pada anak dan remaja di atas usia 2 tahun. Interpretasi IMT tergantung pada umur dan jenis kelamin anak. Klasifikasinya adalah: persentil ke-85 sampai persentil ke-95 overweight dan persentil ke-95 ke atas obesitas.

  • Pengukuran langsung lemak subkutan dengan mengukur tebal lipatan kulit (TLK). TLK triseps diatas persentil ke-85 merupakan indikator obesitas.

Diagnosis Banding

Obesitas biasanya didiagnosis banding dengan: perawakan pendek, maturitas umur tulang (bone age) terlambat dan perkembangan ciri khas kelamin sekunder terlambat.

Komplikasi


Komplikasi yang timbul pada obesitas anak, antara lain :

  • Kardiovaskuler: peningkatan tekanan darah, total kolesterol, kadar trigliserida serum, LDL, VLDL, dan penurunan kadar HDL.

  • Hiperinsulinisme

  • Kolelitiasis

  • Penyakit Blount dan terjadi dislokasi epifesia femoral kapital

  • Pseudotumor serebri

  • Pulmonal sindroma Pickwickian dan tes fungsi pulmoral abnormal

Tata Laksana


Prinsip pengobatan obesitas pada anak adalah mengurangi asupan energi dan meningkatkan pengeluaran energi. Caranya adalah:

  • Pengaturan diet

  • Meningkatkan aktifitas fisik

  • Mengubah pola hidup (modifikasi perilaku)

  • Keterlibatan keluarga

Penyelenggaraan diet:

Anak usia < 2 tahun: berikan diet berimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 30-40% dan protein 15-20%. Kalori disesuaikan dengan kebutuhan yaitu 100-110 kkal/kgBB/hari.

Anak usia pra-sekolah: pertahankan berat badan anak dengan diet berimbang dan kalori 90-100 kkal/kgBB/ hari.

Anak usia sekolah (prapubertas): pertahankan berat badan anak bila obesitas tanpa komplikasi dan turunkan berat badan secara bertahap sampai 20% diatas berat ideal. Mengurangi kalori 500 kkal/hari dalam seminggu dapat menurunkan berat badan 0,5 kg.

Prognosis


Prognosis obesitas tergantung pada penyebab, ada/tidak komplikasi. Obesitas yang terus berlangsung hingga dewasa kesakitan dan kematian menjadi lebih tinggi.

Pencegahan.


Pencegahan dilakukan semenjak bayi dengan hanya memberikan ASI selama 6 bulan pertama, kemudian makanan pendamping ASI mulai diberikan dan pemberian ASI dilanjutkan sampai umur 2 tahun.

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Ilmu kesehatan anak : Buku panduan belajar koas, Udayana University Press

Referensi

  1. Taitz LS. Obesity. Dalam:McLaren DS, Burman D, Belton NR dan Williams AJ ed. Textbook of paediatric nutrition; edisi ke-3. Edinburgh: Churchill Livingstone, 1991;485-487.
  2. Kodyat AB. Pemanfaatan status gizi anak (suatu upaya deteksi dan peningkatan kualitas sumber daya manusia). Konika X. Bukittingi, 16-20 Juni 1996.
  3. Barnes LA dan Curran JS. Nutrition. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Arvj AM dan Nelson WE, ed. Nelson Textbook of Pediatrics; edisi ke-15. Philadelphjj WB Saunders Company, 1996;169-172,
  4. Colon RF, von Almen TK dan Suskind RM. Treatmen of Childhood Obesitj Dalam: Suskind RM dan Suskind LL, ed. Textbook of Pediatric Nutrition; edisi fo 2. New York: Raven Press, 1993;285-290.

Obesitas (kegemukan) adalah suatu keadaan di mana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebihan, sehingga berat badan seseorang jauh diatas normal dan dapat membahayakan kesehatan. Pada tahun 1998, Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan obesitas sebagai penyebab kedua kematian di dunia setelah merokok (Gizi.net, 2004). Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badabnya yang normal dianggap mengalami obesitas. Saat ini obesitas juga mengancam anak-anak terutama anak yang berusia sekolah, menurut Damayati (2000), berdasarkan penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa 27,5% anak sd mengalami obesitas (Salim & Kurniasih, 2003). Keadaan ini harus jadi perhatian baik itu orang tua ataupun masyarakat mengingat obesitas dapat membawa dampak yang membahayakan bagi kesehatan anak. Adapun etiologi obesitas dapat tergolong menjadi 2 (Hartono,2006) :

  • Penyebab internal yang bisa berupa permasalahan metabolism (hormonal) atau pencernaa (enzimatik).
  • Permasalahan eksternal yang berupa ketidakseimbangan antar diet dan exercise sebagai akibat dari pemahaman gaya hidup modernisasi, termasuk berbagai masalah psikologis dan aktualisasi diri.

Sedang faktor risiko penyebab obesitas pada anak antara lain :

  1. Pola makan Mengkonsumsi makanan yang berkalori tinggi, seperti makanan cepat saji, makanan yang dibakar dan kudapan memiliki andil dalam peningkatan berat badan. Minuman bersoda, permen juga dapat menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan. Makanan tersebut biasanya mengandung kalori dan gula serta garam yang tinggi.

  2. Jarang bergerak Anak – anak yang jarang bergerak biasanya lebih mudah mengalami peningkatan berat badan karena mereka tidak membakar kalori mereka melalui aktivitas fisik. Anak usia sekolah biasanya menhabiskan waktu luang dengan menonton tv atau bermain game yang tidak banyak menghabiskan kalori.

  3. Faktor genetic Anak yang bersal dari keluarga yang rata-rata anggota keluarganya mengalami obesitas kemungkinan besar anak tersebut secara genetik akan mengalami kelebihan berat badan.

  4. Faktor psikologis Ada beberapa anak yang mengalami masalah psikologis seperti stress, kebosanan, emosi melampiaskan melalui makan banyak.

  5. Faktor keluaga/sosial Keluarga khususnya ibu memiliki peran yang besar dalam dalam menyiapkan makan bagi anak mereka. Biasanya anak anak tidak menyiapkan makananya sendiri. Apabila keluarga menyediakan makanan tidak sehat seperti makanan fast food jangan salahkan kalau anak mengalami obesitas.