Apa yang Anda ketahui tentang musik campursari?

Apa yang Anda ketahui tentang musik campursari ?

Campursari adalah wujud format musik yang berupa perpaduan antara musik diatonis dengan musik pentatonis (gamelan), kemunculannya di era 90-an ternyata mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Apa yang Anda ketahui tentang musik campursari ?

2 Likes

Musik campursari menurut Manthou’s adalah perpaduan instrumen gamelan dan instrumen Barat yang tentu juga terkait dengan penggabungan tangga nada pentatonis dan tangga nada diatonis. Penggunaan istilah campursari dalam ensambel musik adalah mirip dengan campursari pada lazimnya yang digunakan orang untuk menyebut sesuatu yang dicampur dari dua atau lebih unsur yang berbeda.

Ciri ensambel campursari yang dimaksud dalam pemaparan ini, tidak hanya ditandai dengan percampuran instrumen gamelan Jawa dengan instrumen musik Barat saja, akan tetapi percampuran kedua tersebut yang masing-masing diwakili oleh ciri-ciri tertentu. Hal ini dapat dilihat dari bentuk fisik maupun tangga nada dari kedua instrumen yang tergabung dalam kesatuan ensambel campursari. Namun perlu diingat bahwa sebuah penggabungan tersebut tidak berarti tanpa akibat, baik dilihat dari sudut kebudayaan maupun aspek sosial.

Keroncong dan Gamelan Awal Mula Campursari
Pembahasan campursari tidak dapat lepas dari pembahasan pertemuan kebudayaan musik keroncong dengan kebudayaan musik Jawa yakni gamelan. Pertemuan ini sebenarnya telah lama terjadi yakni pada tahun 1940-an sebagai akibat larangan penjajah Jepang kepada bangsa Indonesia membunyikan musik Barat. Untuk itu musisi Jawa membuat sebuah ensambel yang instrumennya menggunakan instrumen musik keroncong, akan tetapi lagu dan aransemennya memasukkan unsur gamelan Jawa. Pertemuan ini menghasilkan satu jenis lagu keroncong yang disebut langgam Jawa.

Musik keroncong di dalamnya ada empat jenis lagu, yakni keroncong asli, stambul, langgam keroncong, dan langgam Jawa. Perbedaan antara lagu yang satu dengan lagu lainnya terletak pada bentuk lagu, jumlah bar, dan atau tangga nada. Lagu keroncong asli terdiri dari tiga bagian yang masing-masing bagian berbeda (A, B, dan C), stambul hanya dua bagian (A dan B), langgam keroncong dan langgam Jawa juga merupakan lagu tiga bagian akan tetapi lagu pertama dan kedua mirip (A1, A2, dan B). Keroncong asli dan stambul tidak menggunakan refrain, sedangkan langgam keroncong dan langgam Jawa menggunakan refrain. Keroncong, stambul, dan langgam keroncong bertangga nada diatonis, langgam Jawa bertangga nada pentatonic.

Secara etimologis langgam artinya gaya, model, cara. Langgam keroncong adalah jenis lagu keroncong yang digarap secara keroncong, sedangkan langgam Jawa adalah jenis lagu keroncong yang digarap secara Jawa (gamelan Jawa) yang aransemennya dipengaruhi oleh aransemen gamelan Jawa.

3 Likes

MUSIK CAMPURSARI

Campursari merupakan salah satu kesenian olah vokal (tembang) Jawa, yang diiringi dengan alat-alat musik Jawa (gamelan) yang dipadukan dengan alat-alat modern. Lagu campursari digunakan oleh masyarakat Jawa umumnya sebagai hiburan. Dalam lirik-lirik lagu campursari, selain terdapat lirik-lirik lagu yang indah kadang juga terdapat pesan atau nilai yang bermanfaat dalam menjalankan kewajiban hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Manthous (1999) sebagai penggagas campursari era 90-an menyebutkan bahwa campursari pertama kali muncul di RRI Semarang pada pertengahan tahun 60-an. Kemudian Kelly Puspita seorang seniman Semarang, juga menyebut bahwa RRI Semarang yang pertama kali memperkenalkan campursari pada tahun 60-an. Selanjutnya Anjar Ani walaupun menyebut bahwa yang pertama kali memperkenalkan campursari adalah S.Darmanto pada tahun 69-an, tetapi bila ditelusuri ternyata S.Darmanto sebelum hijrah ke Jakarta merupakan anggota orkes RRI Semarang. Sudah tentu S.Darmanto juga terlibat dalam pemunculan campursari di RRI Semarang tersebut seperti yang disebutkan dalam dua informasi di atas.

Campursari merupakan salah satu kesenian olah vokal (tembang) Jawa, yang diiringi dengan alat-alat musik Jawa (gamelan) yang dipadukan dengan alat-alat modern. Lagu campursari digunakan oleh masyarakat Jawa umumnya sebagai hiburan. Dalam lirik-lirik lagu campursari, selain terdapat lirik-lirik lagu yang indah kadang juga terdapat pesan atau nilai yang bermanfaat dalam menjalankan kewajiban hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Tembang Campursari Padmosoekotjo (1954) mengartikan tembang sebagai gubahan bahasa atau karya sastra dengan peraturan tertentu dan membacanya harus dilagukan dengan seni suara. Pada umumnya, karangan tembang terikat oleh aturan tertentu, seperti jumlah larik dalam satu bait, jumlah suku kata dalam satu baris, dan jatuhnya suara vokal pada akhir baris. Lagu mirip dengan tembang. Perbedaannya terletak pada aturanya. Tembang memiliki aturan tersebut, sedangkan lagu bersifat bebas. Tembang dan lagu sering dilagukan dalam campursari. Tembang biasanya untuk bawa (tembang yang mengawali suatu lagu), sedangkan lagu mengikuti setelah bawa. Namun, tidak setiap lagu selalu diawali dengan bawa.

Campursari merupakan salah satu bentuk kesenian kesenian Jawa. Nama campursari muncul karena perpaduan alatalat musik yang digunakan. Perpaduan yang dimaksud adalah antara alat-alat musik tradisional, seperti seperangkat gamelan dengan alat-alat musik modern, seperti key board, gitar, dan sebagainya. Disebut campursari karena perpaduan antara alat musik tradisonal bernotasi pentatonis dan alat musik modern bernada diatonis. Alat musik tradisional yang dimaksud adalah gamelan Jawa. Alat musik modern yang dimaksud keyboard, gitar, drum, saksofon, dan sebagainya. Campursari adalah jenis kesenian Jawa, yang memuat beberapa aspek seni. Lagu yang sering digunakan bisa berwujud lagu dolanan, langgam, bawa macapat, bawa tembang gedhe, gendhing, umpakumpak, lagu pop, lagu manca, dhangdhu, dan lain-lainnya. Instrumen yang dipakai untuk mengiringi bisa berwujud gamelan tradisional (pentatonis), instrumen modern (diatonis), atau gabungan pentatonis dan diatonis.

Instrumen pentatonis dan diatonis dipakai secara bersamaan sehingga menjadi terdengar lebih laras. Instrumen campursari yang sering dipakai antara lain kendang, demung, saron, gender, gong, keyboard, gitar, bas, drum, ukulele, dan sejenisnya. Peraga yang menyanyikan campursari, yaitu wiraswara (putra) dan wiraswati/swarawati (putri). Tata cara menyanyikan dengan mengikuti suara gending/gamelan. Campursari biasanya digunakan untuk acara pernikahan, khitanan, syukuran, dan lain-lain.

Referensi

Manthous. 1999. “Campursari Harus Pener dan Bener.” Makalah, disampaikan dalam sarasehan musik campursari tanggal 22 Februari 1999, di Purna Budaya Yogyakarta.

Padmosoekotjo, S. 1954. Ngengerangan Kasusastarn Djawa. Jogjakarta: Hie Hoo Sing.

Widiyono, Yuli. 2013. Nilai Pendidikan Karakter Tembang Campursari Karya Manthous. Jurnal Pendidikan Karakter. Vol. 3 (2) : 231-239.

Wiyoso, Joko. jejak Campursari. Jurnal Pengetahuan dan Harmoni Seni. Vol.8 (2) : 108-116

1 Like