Apa yang anda ketahui tentang Modifikasi Bunga?

Bunga adalah bagian tanaman yang berguna untuk menghasilkan buah atau biji. Setelah pembuahan, bunga akan berkembang lebih lanjut membentuk buah. Pada tumbuhan berbunga, buah adalah struktur yang membawa dan melindungi biji.

Struktur bunga menunjukkan adanya suatu bentuk adaptasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan proses pemindahan polen dari bunga yang satu ke bunga yang lain. Masing-masing bunga memiliki pola yang khas yang mendukung proses polinasi. Sebagai contoh, bunga kleistogami, yaitu bunga yang selalu tertutup, memiliki struktur sangat khas untuk mendukung polinasi sendiri. Tumbuhan yang memiliki bunga kleistogami, misalnya bunga dari tumbuhan Fabaceae, bunga tumbuhan ini memiliki struktur yang khas, yakni bagian korolanya terbagi menjadi lima petal yang tidak sama besar dan memiliki nama tersendiri. Satu petal berukuran besar dinamakan bendera, dua petal di samping membentuk sayap dan dua petal lainnya bersatu membentuk lunas.

Bagian lunas tetap tertutup ketika bunga matang dan di dalamnya terdapat stamen dan pistilum.


Gambar. Bunga Kleistogam dari Tumbuhan Fabaceae. A. Bunga yang Tetap dalam Keadaan Tertutup Saat Dewasa. B. Penampang Memanjang Bunga Menunjukkan Letak Stamen dan Pistilum yang Terlindung dalam Bagian Sayap yang Tetap Tertutup Saat Bunga Matang.

Di alam dapat pula dijumpai berbagai macam bunga dengan struktur kompleks yang merupakan hasil modifikasi disesuaikan dengan serangga atau hewan penyerbuknya sehingga struktur bunga menjadi sangat terspesialisasi.

Pada modifikasi tersebut tidak hanya bunga yang mendapat keuntungan, hewan penyerbuk pun mendapatkan keuntungan berupa nektar atau polen. Dengan kata lain, struktur bunga juga mengalami evolusi, baik secara filogeni maupun ontogeni (proses perkembangan), serta dapat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya. Struktur mahkota bunga berbibir dua, yang merupakan ciri khas bunga dari tumbuhan suku Lamiaceae atau Labiatae, menunjukkan adanya adaptasi bunga untuk membantu penempelan polen pada bagian dorsal vektor polinasinya. Struktur ini telah mengalami evolusi beberapa kali dan dapat digunakan untuk menunjukkan adanya suatu solusi untuk fungsi yang sama pada tumbuhan-tumbuhan yang berkerabat jauh, sedangkan untuk tumbuhan yang berkerabat dekat mungkin akan terdapat kemiripan dalam hal struktur bunganya. Beberapa bunga telah mengalami koevolusi dan membentuk suatu hubungan yang spesifik dengan satu spesies serangga atau sekelompok serangga. Pada kasus seperti ini, struktur bunga biasanya menjadi sangat terspesialisasi untuk satu jenis polinator saja, misalnya pada bunga tumbuhan Salvia atau pada bunga anggrek. Bunga Digitalis purpurea dan Primula vulgaris juga menunjukkan karakter bunga berbeda yang teradaptasi untuk dipolinasi oleh serangga.

Bunga Salvia yang Sangat Termodifikasi dan Terspesialisasi untuk Dipolinasi oleh Lebah

Gambar. Bunga *Salvia* yang Sangat Termodifikasi dan Terspesialisasi untuk Dipolinasi oleh Lebah. A. Bunga dengan korola berbibir dua. B. Penampang memanjang bunga yang menunjukkan posisi stamen dan pistilum dalam bunga. C. Bunga yang didatangi lebah menempelkan stigmanya pada punggung lebah yang membawa polen.

Polinasi dengan bantuan angin merupakan cara polinasi yang juga umum dijumpai pada tumbuhan berbunga. Pada polinasi dengan cara ini, tidak ada

keharusan dari bunga untuk dapat menarik perhatian serangga. Dengan demikian, kaliks dan korola kemungkinan besar akan tereduksi pada bunga- bunga yang polinasinya dibantu oleh angin. Pada tumbuhan suku Poaceae, misalnya pada Oryza sativa, Zea mays dan Saccharum , perhiasan bunga sangat tereduksi membentuk struktur yang dinamakan lodikula . Pada tumbuhan ini, stigma menunjukkan karakter yang khas untuk bunga yang dipolinasi oleh angin, yaitu berbentuk serupa rambut atau sikat, yang memungkinkannya untuk menangkap polen sebanyak mungkin saat polinasi.

Bunga dari Tumbuhan Poaceae yang Teradaptasi untuk Dipolinasi dengan Bantuan Angin
Gambar. Bunga dari Tumbuhan Poaceae yang Teradaptasi untuk Dipolinasi dengan Bantuan Angin.

Bunga Dengan Struktur Yang Kompleks


Jika bunga dianggap sebagai modifikasi pucuk maka variasi pada struktur bunga dapat diartikan sebagai penyimpangan dari struktur dasar sehingga semakin besar penyimpangan yang terjadi, bunga semakin terspesialisasi.

Pseudanthium – Bunga Majemuk yang Menyerupai Bunga Tunggal pada Tumbuhan Asteraceae

Bunga aster merupakan bunga yang dipolinasi oleh berbagai hewan polinator. Bunga pada suku Asteraceae ini sebenarnya bukan merupakan bunga tunggal, tetapi tersusun atas beberapa bunga yang tersusun sedemikian rupa sehingga seolah-olah menyerupai satu bunga. Dengan cara ini, bunga yang berukuran kecil pun akan tampak lebih menarik. Perbungaan pada Asteraceae umumnya dapat dibedakan menjadi bunga tepi dan bunga tengah. Bunga tepi seringkali steril, sedangkan bunga tengah umumnya fertil.


Gambar. Pseudanthium pada Tumbuhan Asteraceae.

Berdasarkan tipe bunga yang menyusun perbungaannya, terdapat 4 macam kombinasi bunga penyusun perbungaan Asteraceae ini, yaitu:

  • Bunga tepi berbentuk bunga pita dan bunga tengah berbentuk tabung, misalnya pada bunga matahari ( Helianthus annuus ), bunga ki pait ( Tithonia diversifolia ), bunga Echinaceae , dan lain-lain.

  • Bunga tepi dan bunga tengah berbentuk bunga pita, misalnya pada tempuyung ( Sonchus arvensis ) atau pada bunga Taraxacum.

  • Bunga tepi dan bunga tengah berbentuk bunga tabung, misalnya pada bunga daun dewa ( Crassocephalum ), babadotan ( Ageratum conyzoides ), dan lain-lain.

  • Bunga tepi dan bunga tengah terdiri atas bunga berbibir dua, misalnya pada bunga Gerbera .

Bunga Cyathium pada Euphorbiaceae

Cyathium merupakan bentuk bunga yang sangat khas, yang ditemukan pada marga Euphorbia dari suku Euphorbiaceae. Cyathium menyerupai satu bunga (pseudanthium) seperti halnya bunga dari Asteraceae. Akan tetapi, bunga cyathium biasanya tersusun atas satu bunga betina yang dikelilingi oleh sekelompok bunga jantan. Pada bagian terluar dari perbungaan ini terdapat involukrum yang tersusun menyerupai cawan. Cyathium memiliki kelenjar nektar yang warnanya mencolok dibandingkan dengan involukrum dan jumlahnya bervariasi dari 1 sampai 10 kelenjar (Gambar 1.17).

Bunga betina hanya tersusun atas ovarium (bakal buah) yang berada di ujung ginofor (tangkai bunga betina) dengan stilus yang sangat pendek dan pada bagian ujungnya terdapat stigma yang bercabang. Bunga jantan juga sangat tereduksi, hanya tersusun atas satu stamen. Kedua jenis bunga tidak memiliki perhiasan bunga.


Gambar. Bunga Cyathium pada Tumbuhan Euphorbia

Bunga Tumbuhan Orchidaceae

Suku anggrek-anggrekan atau Orchidaceae merupakan suku kedua dari tumbuhan berbunga, setelah Asteraceae, yang memiliki keragaman jenis yang cukup tinggi. Tumbuhan dari suku ini sebagian besar berada di daerah tropis. Beberapa jenis bersifat mikotropik, akarnya akan bersimbiosis dengan jamur mikoriza tanah.

Selama proses perkembangannya, bunga anggrek akan terputar sekitar 180o sehingga bunga saat mekar dalam posisi terbalik. Hasil proses pembalikan ini terlihat jelas pada ovarium yang tampak terpuntir, atau dinamakan pula ovarium yang resupinat . Anggrek memiliki tiga sepal dan tiga petal. Perhiasan bunga ini biasanya berwarna cukup mencolok karena anggrek merupakan tumbuhan yang umumnya dipolinasi oleh serangga. Salah satu dari ketiga petalnya membentuk struktur yang berbeda dari kedua petal lainnya, termodifikasi menyerupai bibir dinamakan labelum , yang berperan penting dalam proses polinasi (Gambar 1.18A). Labelum seringkali digunakan sebagai landasan bagi serangga yang datang pada bunga anggrek tersebut. Pada beberapa jenis anggrek adakalanya petal akan tersusun menyerupai lebah betina, misalnya pada Ophrys tenthredinifera. Beberapa petal bahkan memiliki bentuk seperti antena dan sayap lebah. Selain itu baunya pun menyerupai bau lebah betina sehingga lebah jantan tertipu untuk mengawini bunga tersebut. Pada saat itulah lebah akan memindahkan polen dari satu bunga anggrek ke bunga anggrek yang lain.


Gambar. Bunga pada Orchidaceae. A. Morfologi bunga. B. Kolumna/ginandria.

Jumlah stamen tereduksi hanya satu atau dua, dan stamen biasanya melebur dengan stigma dan stilus membentuk struktur yang dinamakan kolumna atau ginandria (Gambar 1.18B). Pada bagian ujung dari kolumna terdapat struktur menyerupai paruh, dinamakan rostelum , yang memisahkan anthera dari stigma fungsional. Stigma berupa lekukan yang lengket terdapat di bagian bawah dari rostelum. Pada bagian ujung rostelum biasanya ditemukan suatu struktur serupa tudung yang menutupi polinia. Tudung ini merupakan salah satu bentuk adaptasi untuk mencegah polinasi sendiri.

Polen pada anggrek tidak memisah, tetapi membentuk suatu kelompok yang dinamakan polinia. Terdapat sepasang polinia pada bagian ujung kolumna. Kedua polinia dihubungkan oleh benang viscine yang menempel pada kaudikula. Kaudikula akan melekat pada kolumna melalui viscidium yang agak lengket (Gambar 1.19). Ketika serangga datang pada salah satu bunga anggrek, viscidium ini akan menempel pada tubuh serangga. Pada saat serangga datang pada bunga yang lain, polinia yang sudah menempel pada tubuh serangga akan menempel pada stigma yang lengket dan terjadi polinasi. Setelah terjadi polinasi, ovarium akan membentuk buah kapsula yang banyak mengandung biji.

Gambar. Polinia dari Tumbuhan Orchidaceae.

Bunga Sikonium pada Tumbuhan Ficus

Sikonium merupakan perbungaan yang khas pada genus Ficus dari suku tumbuhan Moraceae. Bunga pada perbungaan ini tumbuh pada reseptakel yang membentuk hipantium menyerupai cawan tertutup dengan pori kecil (ostiol) pada bagian ujung apeksnya (Gambar 1.20). Polinasi pada bunga ini dibantu oleh serangga yang masuk ke dalam bunga melalui ostiol. Pada saat pembentukan buah, yang dipicu dengan adanya polinasi dan fertilisasi pada bunga-bunga betina, hipantium bunga sikonium ini akan membesar dan berdaging sehingga terbentuk buah yang dinamakan buah hipantodium .

Perbungaan sikonium terdiri atas sekelompok bunga jantan dan bunga betina, yang masing-masing tidak memiliki perhiasan bunga. Bunga jantan tersusun atas satu sampai lima stamen, sedangkan bunga betina tersusun atas satu pistilum dengan stilus yang pendek atau panjang (Gambar 1.20). Tumbuhan Ficus carica merupakan tumbuhan ginodioecious yang akan menghasilkan perbungaan sikonium dengan jenis bunga betina dan sikonium dengan bunga hermafrodit pada individu tumbuhan lainnya. Perbedaan terletak pada bunga betina sikonium memiliki stilus yang panjang.


Gambar. Perbungaan Sikonium pada Tumbuhan Ficus.

Sumber :
Trimurti H. Wardhini, Iriawati, Struktur Bunga, Bagian-bagian Bunga, dan Modifikasinya, Universitas Terbuka