Apa yang anda ketahui tentang Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation)?

pembelajaran

Model pembelajaran dikembangkan atas pengembangan dari hasil pembelajaran. Istilah pengembangan dalam pembelajaran merupakan suatu upaya untuk memahami, memperbaiki dan mengkonstruksi bangunan berdasarkan cetak biru ( blue print ).

Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Group Investigation) dikembangkan oleh Shlomo Sharan dan Yael Sharan. Secara umum perencanaan pengorganisasian kelas dengan menggunakan tekni kooperatif GI adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang, tiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruan unit materi(pokok bahasan) yang akan diajarkan, kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka (Burns, et al ., tanpa tahun).

Menurut Slavin (1995a), stategi kooperatif GI sebenarnya dilandasi oleh filosofi belajar penelitian Jhon Dewey. Teknik kooperatif ini telah secara meluas digunakan dalam penelitian dan memperlihatkan kesuksesannya terutama untuk program-program pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik.

Pengembangan belajar kooperatif GI didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolahmenyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektual, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut (Slavin, 1995a). oleh karena itu, group investigasi tidak dapat diimplementasikan ke dalam lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog interpersonal (atau tidak mengacu kepada dimensi sosial-afetif pembelajaran). Aspek sosial-afektif kelompol, pertukaran intelektualnya, dan materi yang bermakna, merupakan sumber primer yang cukup penting dalam memberikan dukungan terhadap usaha-usaha belajar siswa. Interaksi dan komunikasi yang bersifat kooperatif di antara siswa dalam satu kelas dapat dicapai dengan baik, jika pembelajaran dilakukan lewat kelompok-kelompok belajar kecil.

Belajar kooperatif dengan teknik GI sangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatanstudi proyek terintegrasi (Slavin, 1995a), yang mengarah pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya untuk memecahkan suatu masalah. Oleh karenanya, kesuksesan implementasiteknik kooperatif GI sangat tergantung dari pelatian awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial. Tugas-tugasakademik harus diarahkan kepada pemberian kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusinya, bukan hanya sekedar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat faktual (apa, siapa, di mana, atau sejenisnya).

Munurut Slavin (1995a), strategi belejar kooperatif GI sangatlah ideal diterapkan dalam pembelajaran biologi (IPA). Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah kepada kegiatan metode ilmiah, diharapkan siswa dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusinya berdasarkan pengalaman sehari-harinya. Selanjutnya, dalam tahapan pelaksanaan investigasipara siswa mencari informasi dari berbagai sumber, baik di dalam maupun di luar kelas/sekolah. Para siswa kemudian melakukan evaluasi dan sintesis terhadap informasi yang telah didapat dalam upaya untuk membuat laporan ilmiah sebagai hasil kelompok.

Implementasi strategi belajar kooperatif GI dalam pembelajaran, secara umum dibagi menjadi enam langkah, yaitu:

  1. Mengindentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok (para siswa menelaah sumber-sumber informasi, memilih topik, dan mengategorisasi saran-saran; parasiswa bergabung ke dalam kelompok didasarkan atas ketertarikan topik yang sama dan heterogen; guru membantu dan memfasilitasi dalam memperoleh informasi);

  2. Merencanakan tugas-tugas belajar (direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing- masing, yang meliputi: apa yang kita selidiki; bagaimana kita melakukannya; siapa sebagai apa-pembagian kerja; untuktujuan apa topik ini diinvestigasi);

  3. Melaksanakan investigasi (siswa mencari informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan; setiap anggota kelompok harus berkontribusi kepada usaha kelompok; para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi, dan mensintensis ide-ide);

  4. Menyiapkan laporan akhir (anggota kelompok menetukan pesan-pesan esensial proyeknya; merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya; membentuk panitia acara untuk mengoordinasikan rencana presentasi);

  5. Mempresentasikan laporan akhir (presentasi dibuat untuk keseluruan kelas dalam berbagai macam bentuk; bagian-bagian presentasi harus secara aktif dapat melibatkan pendengar (kelompok lainnya); pendengar mengevaluasi kejelasan presentasi menurut kriteria yang telah ditentukan keseluruan kelas);

  6. Evaluasi (para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan, dan pengalaman-pengalaman afektifnya; guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis).

Di dalam implementasinya pembelajaran kooperatif tipe group investigasi , setiap kelompok presentasi atas hasil investigasi mereka di depan kelas. Tugas kelompok lain, ketika satu kelompok presentasi di depan kelas adalah melakukan evaluasi kajian kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe group investigasi dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan oritasi menuju pembentukan manusia sosial (Mafune, 2005). Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan (contructing) dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.

Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation , yaitu

  1. Untuk meningkatkan kemampuan kreativitas siswa dapat ditempuh melalui pengembangan proses kreatif menuju suatu kesadaran dan pengembangan alat bantu yang secara eksplisit mendukung kreativitas,

  2. Komponen emosianal lebih penting dari pada intelektual, yang tak rasional lebih penting dari pada yang rasional dan

  3. Untuk meningkatkan peluang keberhasilan dalam memecahkan suatu masalah harus lebih dahulu memahami komponen emosional dan irrasional.

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation langkah-langkah pembelajarannya adalah:

  • Membagi siswa ke dalam kelompok kecil yang terdiri dari ± 5 siswa;

  • Memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis;

  • Mengajak setiap siswa untuk berpatisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarumjam dalam kurun waktu yang disepakati.

Referensi :

  • Nurdyansyah, Eni Fariyatul Fahyuni, 2016, Inovasi Model Pembelajaran, Nizamial Learning Center.

Model Pembelajaran Group Investigation


Group Investigation merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam bentuk topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Group Investigation menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi ataupun dalam keterampilan proses kelompok (Komalasari, 2011). Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreativitas peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok. Model pembelajaran kooperatif group investigation juga dirancang untuk membantu terjadinya rasa tanggung jawab ketika peserta didik mengikuti proses pembelajaran (Rusman, 2011).

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai Group Investigation maka penulis mengartikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran yang dapat melatih nilai sosial dan intelektual pada peserta didik dengan bergabung dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Pada model pembelajaran Group Investigation peserta didik dilatih untuk aktif dalam proses pembelajaran, hal itu dapat terjadi saat peserta didik berinteraksi dengan kelompoknya, menginvestigasi materi yang sedang dipelajari, dan memadukan semua pengalaman yang dimiliki dengan sumber belajar yang lain untuk membantu pemahaman materi pada saat proses pembelajaran.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation sangat ideal diterapkan pada pembelajaran IPA. “Dengan topik materi IPA yang cukup luas dan desain tugas-tugas atau sub-sub topik yang mengarah pada kegiatan metode ilmiah, diharapkan peserta didik dalam kelompoknya dapat saling memberi kontribusi berdasarkan pengalaman sehari-harinya”(Rusman, 2011). Berdasarkan keterangan di atas, penulis akan menggunakan model pembelajran kooperatif tipe Group Investigation pada pembelajaran IPA.

Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation.


Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dikemukakan sebagai berikut :

  1. Seleksi topik.

    Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok yang beranggotakan 2 hingga 6 orang dengan komposisi yang heterogen, baik dalam jenis kelamin, etnik, maupun kemampuan akademik. Selanjutnya setiap kelompok diberikan sub topik yang berbeda.

  2. Merencanakan kerja sama.

    Peserta didik bersama guru merencanakan berbagi prosedur belajar khusus yang sesuai dengan sub topik yang telah ditentukan.

  3. Implementasi.

    Peserta didik melaksanakan rencana yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas keterampilan dengan menggunakan berbagi sumber belajar. Guru secara terus menerus mengikuti kemajuan pada setiap keolmpok.

  4. Analisis.

    Peserta menganalisis atau menginvestigasi berbagai informasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya, dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

  5. Penyajian hasil akhir.

    Semua kelompok menyajikan presentasi presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua agar semua peserta didik dalam kelas dapat memahami materi yang dipelajari.

  6. Evaluasi.

    Guru beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai materi yang telah dipelajari. Evaluasi dapat mencakup tiap peserta didik secara individu maupun secara kelompok (Komalasari, 2011).

Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation


Model pembelajaran koopertif ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut :

  1. Penerapan pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

  2. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar peserta didik dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.

  3. Model pembelajaran Group Investigation melatih peserta didik untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.

  4. Memotivasi dan mendorong peserta didik agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Sedangkan untuk kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe group investigation adalah merupakan model pembelajaran yang kompleks dan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.
Berdasarkan uraian materi di atas, maka yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah model pembelajaran yang dapat melatih nilai sosial dan intelektual pada peserta didik dengan bergabung dalam kelompok- kelompok kecil yang heterogen. Pada model pembelajaran Group Investigation peserta didik dilatih untuk aktif dalam proses pembelajaran, hal itu dapat terjadi saat peserta didik berinteraksi dengan kelompoknya, menginvestigasi materi yang sedang dipelajari, dan memadukan semua pengalaman yang dimiliki dengan sumber belajar yang lain untuk membantu pemahaman materi pada saat proses pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  1. Seleksi topik yakni dengan menentukan topik bahasan pada setiap kelompok dalam kelas.

  2. Merencanakan kerja sama yakni merencanakan berbagai prosedur belajar khusus yang sesuai dengan pembelajaran yang efektif.

  3. Implementasi, pada tahap ini peserta didik melaksanakan rencana yang telah ditentukan pada tahap sebelumnya

  4. Analisis, peserta menganalisis atau menginvestigasi berbagai informasi yang diperoleh dari tahap sebelumnya.

  5. Penyajian hasil akhir, pada tahap ini semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari.

  6. Evaluasi dilaksanakan dengan cara guru beserta peserta didik melakukan evaluasi mengenai materi yang telah dipelajari

Model Pembelajaran investigasi kelompok merupakan sebuah bentuk pembelajaran kooperatif yang berasal dari jamannya John Dewey. Kemudian dikembangkan oleh Thelan dan diperluas serta dipertajam oleh Shlomo, Yael Sharan, dan RachelLazarowitz.

Model investigasi kelompok merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas. Metode ini paling komplek dan paling sulit diterapkan dibandingkan metode kooperatif yang lain.

Karakteristik Model Investigasi Kelompok

Menurut Sharan dan Slavin ”karakteristik unit investigasi kelompok ada pada integrasi dari empat fitur dasar yaitu investigasi, interaksi, penafsiran, dan motivasi intrinsik”. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

  1. Investigasi

Investigasi dimulai ketika guru memberikan masalah. Disaat melakukan penelitian mereka untuk mencari jawaban masalah, siswa mencari pengetahuan yang mereka peroleh untuk mendapatkan informasi, gagasan, ketertarikan dan pengalaman yang masing-masing mereka bawa ketika mengerjakan tugas.

  1. Interaksi

Interaksi diantara siswa adalah siswa saling memberikan dorongan, saling mengembangkan gagasan, saling membantu untuk memfokuskan perhatian mereka terhadap tugas, dan saling mempertentangkan gagasan.

  1. Penafsiran

Pada saat para siswa menjalankan penelitian, mereka secara individual, berpasangan dan mereka mengumpulkan informasi dari berbagai sumber berbeda. Mereka bertemu anggota kelompok untuk bertukar informasi dan gagasan. Bersama-sama mereka mencoba membuat penafsiran atas hasil penelitian mereka.

  1. Motivasi Intrinsik

Dengan mengundang siswa untuk menghubungkan masalah-masalah yang akan mereka selidiki berdasarkan keingintahuan, pengetahuan dan perasaan mereka, informasi yang mereka perlukan. Penyelidikan mereka mendatangkan motivasi kuat lain yang muncul dari interaksi mereka dengan orang lain.

Tahapan – tahapan model pembelajaran investigasi kelompok

Tahap 1 : Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa ke dalam kelompok – kelompok penelitian

  1. Guru menyajikan serangkaian permasalahan atau isu

  2. Para siswa mengidentifikasi permasalahan tersebut dengan meneliti beberapa sumber

  3. Para siswa memilih berbagai macam subtopik untuk dipelajari berdasarkan pada ketertarikan mereka

  4. Para siswa bergabung dengan kelompoknya untuk mempelajari topik yang telah mereka pilih (komposisi kelompok didasarkan pada ketertarikan siswa dan harus bersifat heterogen)

  5. Guru membantu dalam pengumpulan informasi dan memfasilitasi pengaturan

Tahap 2 : Merencanakan investigasi dalam kelompok

  1. Para siswa lebih difokuskan pada subtopik yang mereka pilih

  2. Setiap kelompok merumuskan permasalahan yang akan diselidiki, memutuskan bagaimana melaksanakannya, dan menentukan sumber – sumber mana yang akan dibutuhkan untuk melakukan penyelidikan tersebut

Tahap 3 : Melaksanakan investigasi

  1. Setiap kelompok melaksanakan rencana yang telah disusun pada tahap dua

  2. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, mengevaluasi informasi, dan membuat kesimpulan

  3. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha – usaha yang dilakukan kelompoknya

  4. Para siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan

Tahap 4 : Menyiapkan laporan akhir

  1. Anggota kelompok menentukan pesan – pesan esensial dari proyek mereka

  2. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan membuat presentasi mereka

  3. Wakil – wakil kelompok melakukan pembagian tugas untuk kegiatan presentasi

  4. Guru berperan sebagai penasehat, membantu kelompok yang kesulitan, dan memastikan bahwa setiap rencana kelompok memungkinkan tiap anggotanya untuk terlibat.

Tahap 5 : Mempresentasikan laporan akhir

  1. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas dalam berbagai macam bentuk

  2. Bagian presentasi tersebut harus dapat melibatkan pendengarnya secara aktif

  3. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan.

Tahap 6 : Evaluasi pencapaian

  1. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut, mengenai tugas yang telah mereka kerjakan, dan mengenai keefektifan pengalaman – pengalaman mereka dalam kegiatan investigasi

  2. Siswa dan guru berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa

Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Investigasi Kelompok

Menurut Suherman model pembelajaran investigasi kelompok memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan model pembelajaran ini adalah :

  1. Siswa menjadi lebih aktif.

  2. Diskusi menjadi lebih aktif.

  3. Tugas guru menjadi lebih ringan.

  4. Siswa yang nilainya tertinggi diberikan penghargaan yang dapat mendorong semangat belajar siswa.

  5. Setiap kelompok mendapatkan tugas yang berbeda sehingga tidak mudah untuk mencari jawaban dari kelompok lain

Sementara itu kekurangan model pembelajaran investigasi kelompok adalah:.

  1. Membutuhkan waktu yang lama.

  2. Siswa cenderung ribut, sebab peran seorang guru sangat sedikit.

  3. Biasanya siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan hasil temuannya kepada temannya.