Apa yang Anda ketahui tentang mincerian model?

Apa yang Anda ketahui tentang mincerian model ?

Fungsi penghasilan Mincer adalah model persamaan tunggal yang menjelaskan pendapatan upah sebagai fungsi pendidikan dan pengalaman. Apa yang Anda ketahui tentang mincerian model ?

2 Likes

Model Mincer diterapkan sejak tahun 1974. Pada model ini menggunakan teori investasi human capital yang digunakan untuk menguji distribusi pendapatan. Variabel yang digunakan dalam human capital yaitu pengaruh sekolah, pendapatan dan investasi pasca sekolah. Hal ini membandingkan investasi sekolah dan pasca sekolah (Helle Bunzel, 2008).

Menurut Mincer (1974), bagi seseorang yang memutuskan untuk tidak sekolah, maka present value dari pendapatannya di masa depan adalah:
image
Keterangan:
V = value
∫ = fungsi
t = waktu
e = log natural
rt = rate of return
W = pendapatan
dt = turunan

Sedangkan present value dari pendapatan seseorang di masa yang akan datang adalah jika dia bersekolah selama S tahun adalah:
image
Ws adalah pendapatan yang akan didapatkan di masa depan bagi yang bersekolah selama S tahun, dan W0 adalah pendapatan bagi yang tidak melanjutkan sekolah, yang diasumsikan konstan selama hidupnya.

Terdapat beberapa asumsi dalam model Mincer ini antara lain:

  1. Seseorang hanya melakukan satu kegiatan saja, yaitu pilihan sekolah atau tidak. Tidak terdapat asumsi bahwa seseorang akan bersekolah sambil bekerja maupun sebaliknya.

  2. Individu ex ante identik untuk semua aspek, seperti selera, kemampuan, kemampuan keuangan, dan lain sebagainya.

  3. Tidak terdapat biaya langsung (direct cost) seperti SPP, buku, dan lain sebagainya selama masa sekolah bagi individu yang memilih untuk sekolah. Biaya yang ada hanya biaya tidak langsung berupa forgone earnings , yaitu nilai uang yang hilang akibat tidak bekerja.

  4. Seseorang akan bekerja selama periode 0 sampai T tahun, jika ia tidak sekolah. Jika ia bersekolah selama S tahun, maka ia akan bekerja selama periode S sampai dengan T-S.

  5. Tidak ada investasi sumber daya manusia lain, sehingga perbedaan upah yang terjadi hanya timbul karena faktor pendidikan sekolah.

  6. Seseorang akan memilih S≥0 tahun bersekolah untuk memaksimalkan V(S).

  7. Individu yang berada dalam perekonomian memiliki kemampuan atau akses ke pasar dan informasi yang lengkap akan return yang akan diterima jika bersekolah.

  8. Diasumsikan akan terjadi diminishing marginal benefit dari sekolah yaitu V’(S) > 0 dan V’’(S) < 0.

Keseimbangan pasar akan tercapai saat seseorang bersikap indifferent terhadap tingkat pendidikan yang akan berbeda-beda, yaitu saat nilai return bersekolah sama dengan mereka yang tidak bersekolah. Bila S>0, dan V(S) > V(0), untuk mereka yang tidak memiliki pendidikan (S=0), kesejahteraan dapat ditingkatkan dengan memilih S>0. Untuk individu akan memilih untuk bersekolah agar kesejahteraannya meningkat. Akibatnya supply tenaga terdidik akan meningkat, hal ini akan menurunkan Ws (upah tenaga terdidik). Karena upah tenaga terdidik menurun maka dorongan agar seseorang bersekolah akan menurun. Akibatnya supply tenaga kerja terdidik akan menurun sehingga W0 meningkat sampai mencapai V(0) = V(S).

Referensi

Nafisah, Jauharotun. 2017. Pengaruh Faktor Demografi Terhadap Pendapatan Tenaga Kerja Sektor Primer di Indonesia. Skripsi. Prodi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Menurut Mincer (1974), bagi seseorang yang memutuskan untuk tidak sekolah, maka present value dari pendapatanya di masa depan adalah:
image
Sedangkan present value dari pendapatan seseorang di masa yang akan datang adalah jika dia bersekolah selama S tahun adalah:
image
Ws adalah pendapatan yang akan didapatkan di masa depan bagi yang bersekolah selama S tahun, dan W0 adalah pendapatan bagi yang tidak melanjutkan sekolah, yang diasumsikan konstan selama hidupnya. Terdapat beberapa asumsi dalam model Mincer ini, antara lain:

  1. Seseorang hanya melakukan satu kegiatan saja, yaitu pilihan sekolah atau tidak. Tidak terdapat asumsi bahwa seseorang akan bersekolah sambil bekerja maupun sebaliknya.

  2. Individu ex ante identik untuk semua aspek, seperti selera, kemampuan, kemampuan keuangan, dan lain sebagainya.

  3. Tidak terdapat biaya langsung ( direct cost ) seperti SPP, buku, dan lain sebagainya selama masa sekolah bagi individu yang memilih untuk sekolah. Biaya yang ada hanya biaya tidak langsung berupa forgone earnings, yaitu nilai uang yang hilang akibat tidak bekerja.

  4. Seseorang akan bekerja selama periode 0 sampai T tahun, jika ia tidak sekolah. Jika ia bersekolah selama S tahun, maka ia akan bekerja selama periode S sampai dengan T-S.

  5. Tidak ada investasi sumber daya manusia lain sehingga perbedaan upah yang terjadi hanya timbul karena faktor pendidikan sekolah.

  6. Seseorang akan memilih S≥0 tahun bersekolah untuk memaksimalkan V(S).

  7. Individu yang berada dalam perekonomian memiliki kemampuan atau akses ke pasar dan informasi yang lengkap akan return yang akan diterima jika bersekolah.

Diasumsikan akan terjadi diminishing marginal benefit dari sekolah yaitu

Keseimbangan pasar akan tercapai saat seseorang bersikap indifferent terhadap tingkat pendidikan yang akan berbeda-beda, yaitu saat nilai return bersekolah sama dengan mereka yang tidak bersekolah. Bila S>0, dan V(S) > V(0), untuk mereka yang tidak memiliki pendidikan (S=0), kesejahteraan dapat ditingkatkan dengan memilih S>0. Untuk individu akan memilih untuk bersekolah agar kesejahteraannya dapat meningkat. Akibatnya supply tenaga terdidik akan meningkat, hal ini akan menurunkan Ws (upah tenaga terdidik). Karena upah tenaga terdidik menurun maka dorongan agar seseorang bersekolah akan menurun. Akibatnya supply tenaga tidak terdidik akan menurun sehingga W0 meningkat sampai mencapai V(0)= V(S).

Hal ini sebaliknya akan terjadi pada saat S<0 dan V(S)< V(0), yaitu present value tidak bersekolah lebih besar daripada present value jika bersekolah. Keadaan ini akan mendorong seseorang untuk menjadi tenaga kerja tidak terdidik (tidak bersekolah). Akibatnya supply tenaga kerja tidak terdidik akan meningkat, yang akan menurunkan W0 (upah tenaga kerja tidak terdidik). Supply tenaga kerja terdidik akan menurun sehingga Ws meningkat sampai V(0)=V(S).

Saat V(0) = V (S) seluruh individu akan mendapatkan kesejahteraan yang maksimal dan permintaan akan pendidikan akan tetap (tidak bertambah maupun berkurang), dimana saat itu:
image
W0 dan WS adalah konstan, sehingga persamaan dapat diubah menjadi :
image
Menjadi :
image
Dengan persamaan Ln(WS) atau log pendapatan merupakan fungsi konstan dari Ln (W0) dan S merupakan lama tahun bersekolah ( years of schooling ). Pendapatan dapat berbeda sesuai dengan pengalaman kerja (A) atau umur. Pola upah lifecycle umumnya mengikuti bentuk U terbalik. Dengan menambahkan umur pada pola U terbalik dari pola pendapatan selama hidup dalam persamaan di atas maka persamaan menjadi:
image
Dimana :
image
Model Mincer tersebut dikenal dengan persamaan gaji Mincer ( Mincerian wage equation ). Return to education diperoleh dari koefisien dari S atau α1. Model Mincer ini adalah banyaknya waktu menempuh pendidikan adalah determinan utama untuk meningkatkan pendapatan. Sehingga dapat dikatakan seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi mempunyai peluang lebih tinggi untuk memperoleh pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang memiliki pendidikan yang lebih rendah.

Dengan asumsi Mincer, nilai koefisien schooling , α1 adalah sama dengan discount rate . Gambaran menarik dari model Mincer ini adalah waktu yang dihabiskan seseorang dalam bersekolah adalah kunci utama pendapatan. Atas dasar ini data mengenai lamanya bersekolah ( years of schooling ) dapat digunakan dalam mengestimasi pengembalian pendidikan (return to education) dan membandingkan lintas negara, meskipun dengan sistem pendidikan yang berbeda (Krueger, 1999).

Referensi

Pertiwi, Pitma. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Tenaga Kerja di Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi. Prodi Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi UNY, Yogyakarta.