Apa yang anda ketahui tentang Manusia?

manusia

Bagaiman Konsep Dasar Tentang Manusia ?Apa yang anda ketahui tentang Manusia?

A post was merged into an existing topic: Apa yang dimaksud dengan Terapi Rasional Emotif Tingkah Laku?

Secara sederhana, manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna. Beberapa pendapat mengatakan bahwa manusia adalah homo sapiens yaitu makhluk yang memiliki akal budi, animal rational yaitu makhluk yang memiliki kemampuan berpikir, homo laquen yaitu makhluk yang mempunyai kemampuan berbahasa, homo faber atau homor toolmaking animal yaitu makhluk yang mampu membuat perangkat peralatan.

Berikut definisi Manusia menurut para ahli :

  • Ludwing Binswanger: Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan untuk mengada, suatu kesadaran bahwa ia ada dan mampu mempertahankan adanya di dunia.[1]

  • Thomas Aquinas: Manusia adalah suatu substansi yang komplit yang terdiri dari badan dan jiwa.[2]

Marx: Manusia adalah entitas yang dapat dikenali dan diketahui.[3]

  • Spinoza, Goethe, Hegel, dan Marx: Manusia adalah makhluk hidup yang harus produktif, menguasai dunia di luar dirinya dengan tindakan mengekpresikan kekuasaan manusiawinya yang khusus, dan menguasai dunia dengan kekuasaannya ini. Karena manusia yang tidak produktif adalah manusia yang reseptif dan pasif, dia tidak ada dan mati. [4]

  • Betrand Russel: Manusia adalah maujud yang diciptakan dalam keadaan bersifat mencari keuntungannya sendiri.[5]

  • Jujun S. Suriasumantri: Manusia adalah makhluk yang mempunyai kedudukan among (unique) di dalam ekosistem, namun juga amat tergantung pada ekosistem itu dan ia sendiri bahkan merupakan bagiannya.[6]

Hakikat Manusia


Pembahasan tentang manusia sangat beragam dan tidak henti-hentinya, hal ini disebabkan oleh perbedaan sudut pandang yang digunakan oleh masingmasing orang. Socrates (470-399 SM) mengungkapkan hakikat manusia ialah ia ingin tahu dan untuk itu harus ada orang yang membantunya. Kewajiban setiap orang untuk mengetahui dirinya sendiri lebih dahulu jika ingin mengetahui hal-hal di luar dirinya. Manusia menurut Socrates adalah makhluk yang selalu ingin tahu tentang segala sesuatu, baik tentang manusia itu sendiri maupun tentang hal yang ada di luar dirinya. Ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk memenuhi keingintahuan manusia tersebut, yaitu harus ada bantuan dari orang lain dan harus mengetahui dirinya sendiri terlebih dahulu.

Berbeda dengan Socrates, Plato memandang bahwa ada tiga unsur dalam diri manusia, yaitu roh, nafsu, dan rasio. Manusia menjalani kehidupannya menggunakan roh dan nafsu. Roh sebagai simbol kebaikan dan nafsu sebagai simbol keburukan, penggunaan keduanya dikendalikan oleh rasio sebagai pengontrol.

Rene Descartes (1596-1650) mengungkapkan tentang posisi sentral akal (rasio) sebagai esensi (hakikat) manusia. Akal memegang peran penting dalam hakikat manusia, sehingga dikatakannya bahwa akal memiliki posisi sentral.

Menurut Thomas Hobbes (1588-1629) bahwa salah satu hakikat manusia adalah keberadaan kontrak sosial, yaitu setiap orang harus menghargai dan menjaga hak orang lain. Hakikat manusia adalah manusia sebagai makhluk sosial yang ditandai dengan keberadaan kontrak sosial di dalamnya. Manusia tidak dapat menjalani kehidupannya secara sendiri-sendiri, oleh karena itu harus ada saling menghargai antar sesama dan saling menjaga hak-hak orang lain. Dua hal ini diperlukan untuk menjaga keharmonisan hidup manusia.

Jhon Locke (1623-1704) mengatakan bahwa manusia dilahirkan laksana kertas bersih, kemudian diisi dengan pengalaman-pengalaman yang diperoleh dalam hidupnya. Manusia terlahir dalam keadaan yang tidak punya daya apapun yang diibaratkan sebagai kertas bersih. Ketidakberdayaan tersebut membutuhkan bantuan orang lain untuk memberikan pengalaman-pengalaman dalam kehidupannya.

Menurut Immanuel Kant (1724-1804) bahwa manusia adalah makhluk rasional yang bebas bertindak berdasarkan alasan moral, manusia bertindak bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri, tetapi juga harus memperhatikan kepentingan orang lain di dalamnya.

Teori-teori Tentang Manusia


Berikut adalah teori-teori tentang manusia,

1. Ubbersman Nietzsce (Manusia Unggul)

Ubermensch diartikan sebagai manusia unggul atau manusia atas. Ubermensch adalah cara manusia memberikan nilai pada dirinya sendiri tanpa berpaling dari dunia dan menengok ke seberang dunia. Ubermensch merupakan suatu bentuk manusia yang menganggap dirinya sebagai sumber nilai. Manusia yang telah mencapai Ubermensch adalah manusia yang selalu mengatakan ”ya” pada segala hal dan siap menghadapi tantangan, yang mempunyai sikap selalu mengafirmasikan hidupnya, dan tanpa itu Ubermensch tidak mungkin akan tercipta. Jadi Ubermensch tidak pernah menyangkal atau gentar dalam menghadapi berbagai dorongan hidupnya yang dahsyat (Sofyan 2010:190).

Menurut Nietzsce bahwa manusia unggul adalah manusia yang selalu siap menghadapi segala tantangan, tidak pernah gentar apalagi mundur menghadapi segala macam dorongan hidupnya. Manusia unggul tidak pernah mengatakan tidak pada setiap kondisi yang menantang.

”Melihat dari segi bahasa, kata uber pada ubermensch mempunyai peran yang menentukan dalam membentuk seluruh makna ubermensch , yaitu kehendak untuk berkuasa sebagai semangat untuk mengatasi atau motif- motif untuk mengatasi diri”. (Sunardi 1999:93).

Manusia unggul selalu mempunyai dorongan yang kuat untuk menjadi manusia yang berkuasa, selalu mempunyai semangat untuk mengatasi segala macam persoalan, baik dalam diri sendiri maupun dengan manusia lainnya.

Nietsche dalam Abidin (2009:110) menyatakan sebagai berikut :

Aku ajarkan engkau Manusia Unggul. Manusia adalah sesuatu yang harus kau lampaui. Apakah kau sudah melampauinya?..

Apa yang baik pada manusia adalah bahwa ia merupakan jembatan dan bukan tujuan, apa yang bisa dicintai dari manusia adalah bahwa ia merupakan peralihan dan tugas untuk menghancurkan.

Aku cinta pada manusia-manusia yang tidak tahu bagaimana hidup, selain menghancurkan; mereka adalah anak-anak panah yang diarahkan pada ujung pantai yang lain.

Aku cinta manusia-manusia yang tidak mengatasi bintang- gemintang untuk menghancurkan dan dikorbankan, tapi yang mengorbankan diri sendiri untuk bumi, agar bumi kelak jadi milik Manusia Unggul…

Itu adalah saat bagi manusia untuk menandai tujuannya. Itu adalah saat bagi manusia untuk menanamkan benih-benih harapan tertingginya…

Katakan padaku, saudaraku, kalaulah tujuan itu mengurangi kemanusiaan, bukankah kemanusiaan itu sendiri berkurang?

Cinta pada manusia yang terisolasi jauh lebih tinggi ketimbang cinta pada tetanggamu.

Nietzsce menanamkan pada diri manusia bahwa manusia harus mempunyai tujuan dalam hidupnya, yaitu untuk berkuasa. Jalan untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan keberanian dan kesiapan untuk dikorbankan.

Nietsche mengembangkan filsafat etika berdasarkan teori evolusi. Baginya, kalau hidup adalah perjuangan untuk bereksistensi – di mana organisme yang paling pantas untuk hiduplah yang berhak untuk terus melangsungkan kehidupannya – maka kekuatan adalah kebajikan yang utama dan kelemahan adalah keburukan yang memalukan. Yang baik adalah yang mampu melangsungkan kehidupan, yang berjaya, dan menang; yang buruk adalah yang tidak bisa bertahan, yang terpuruk, dan kalah. Abidin (2009:99):

Manusia unggul adalah manusia yang mampu terus melangsungkan kehidupannya untuk berjaya dan menang dengan memiliki kekuatan dan kebajikan. Manusia yang memiliki kelemahan tidak akan bisa bertahan, akan terpuruk, dan akhirnya akan kalah.

Tujuan dari kerja keras manusia bukanlah demi peningkatan kualitas hidup umat manusia, melainkan demi perkembangan individu unggul yang lebih baik dan lebih kuat. Bukan menjadi manusia yang merupakan tujuan hidup yang sejati, melainkan menjadi Manusia Unggul. Mayarakat adalah alat (mesin) untuk meningkatkan kekuatan dan kepribadian individu; kelompok bukanlah menjadi tujuan (Abidin 2009:114).

Manusia Unggul tidak dilahirkan oleh alam. Manusia Unggul dapat hidup dan bertahan hanya melalui seleksi manusia ( human selection ), melalui perbaikan kecerdasan ( eugenic foresight ) dan pendidikan yang meningkatkan derajat dan keagungan individu-individu (Abidin 2009:114).

Manusia unggul tidak diciptakan begitu saja oleh alam, tetapi manusia unggul tercipta karena proses seleksi oleh manusia melalui pendidikan untuk meningkatkan derajat dan keagungannya.

Energi, intelek, dan kehormatan atau kebanggaan diri yang membuat Manusia Unggul. Namun semuanya harus selaras: gairah-gairah akan menjadi kekuatan, hanya jika mereka dipilih dan dipadukan oleh suatu tujuan besar, yang mampu membentuk berbagai keinginan yang masih kabur ke dalam kekuatan satu kepribadian (Abidin 2009:115).

Unsur-unsur yang harus ada dalam diri manusia unggul adalah energi, intelek, dan kebanggaan diri. Ketiga unsur tersebut harus berjalan serasi bersama-sama agar tercipta suatu kekuatan, sehingga dengan kekuatan tersebut manusia unggul akan mencapai tujuannya untuk menyatukan berbagai keinginan menjadi satu kekuatan kepribadian.

Jadi, Ubermensch adalah manusia unggul yang selalu siap menghadapi segala tantangan kehidupannya, selalu mempunyai dorongan yang kuat untuk mencapai tujuan menjadi manusia yang berkuasa.

2. Superiorman Kong Fu Tse (Manusia Budiman)

Ajaran konfusius pada awalnya dimulai oleh seorang yang bernama Kung Fu Tze atau Tuan Kung, seorang terpelajar yang berprofesi sebagai seorang guru dan mendapatkan kedudukan yang cukup mapan di dalam pemerintahan Kota Lu (Reksosusilo t-th:4).

Wattimena (2010:144);

Di dalam tujuan ajaran etikanya, Konfusius menekankan, hendaknya manusia sampai pada level mencapai Chun Tzu/Kuncu (manusia yang budiman). Untuk sampai pada tahap Kuncu ini diperlukan manusia yang mempunyai norma-norma yang ideal di dalam kehidupannya, seperti kesusilaan, kerendahan hati, bermoral baik, harmonis di dalam kehidupan rumah tangga, serta taat kepada atasan dan sebagainya.

Tujuan manusia adalah untuk mencapai level manusia budiman, pencapain level tersebut akan terwujud apabila manusia mempunyai norma- norma yang ideal dalam kehidupannya. Norma-norma ideal yang diperlukan tersebut antara lain kesusilaan, kerendahan hati, bermoral baik, harmonis di dalam kehidupan rumah tangga, dan taat kepada atasan.

Menurut Tondowijoyo (1983:47-48), inti ajaran etika dari aliran Konfusius adalah:

  • Jen (kemanusiaan) : merupakan keutamaan dari semua keutamaan. Hal ini merupakan dasar suatu penghormatan terhadap martabat seseorang sebagai seorang pribadi dan penghormatan terhadap pribadi-pribadi lain juga. Dengan kata lain, mencintai orang lain sama dengan mencintai diri sendiri.

  • Chun-Tzu (menjadi pribadi yang ideal): ini berarti mengambil kualitas abstrak jen , dan menerapkan ke dalam kebiasaan tingkah laku. Pandangan ini lebih pada ajaran mengenai sopan santun dan tata krama. Hal ini berarti mempunyai sikap yang benar sebanyak mungkin, sehingga dengan sendirinya melimpah ke perbuatan dalam lingkungan apapun.

  • Li (pola yang benar): di dalam Li ini terkandung dua macam pengertian, yaitu berbuat sesuatu dengan benar, serta bila melakukannya haruslah dengan tata cara yang benar.

  • Te (memerintah dengan sikap moral yang baik): menurut ajaran Konfusius untuk menentukan apakah rakyat akan menghargai pemegang pemerintahan atau tidak, bukan tergantung pada kekuatan fisik, namun tergantung pada teladan hidup yang baik dan maksud yang murni untuk mengabdikan diri kepada kesejahteraan rakyat.

Ada empat aspek yang menjadi inti dari manusia budiman yaitu kemanusiaan, pribadi ideal, pola yang benar, dan memerintah dengan sikap moral yang baik.

Kata kebijakan yang dikenang dari Konfusius adalah:

”Orang yang luar biasa itu sederhana dalam ucapan, tetapi hebat dalam tindakan. Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh”.

Manusia budiman adalah manusia yang banyak berbuat dan sedikit berbicara, sehingga tidak pernah putus asa apabila mengalami kegagalan.

3. Insan Kamil al-Jilli (Manusia Sempurna)

Gagasan insan kamil al-Jilli sebenarnya melanjutkan gagasan yang telah dikemukakan Ibn Arabi. Menurut Ibn Arabi, manusia sempurna adalah alam seluruhnya. Karena Allah ingin melihat substansi-Nya dalam alam seluruhnya, yang meliputi seluruh hal yang ada, yaitu karena hal ini bersifat wujud serta kepadanya itu Dia mengemukakan rahasia-Nya, maka kemunculan manusia sempurna (Insan Kamil) menurut Ibn Arabi adalah esensi kecermelangan cermin alam (Kosasih, 2012:3). Ibn Arabi membedakan manusia sempurna menjadi dua.

  • Pertama manusia sempurna dalam kedudukannya sebagai manusia baru.
  • Kedua, manusia sempurna dalam kedudukannya sebagai manusia abadi. Karena itu manusia sempurna adalah manusia baru yang abadi, yang muncul, bertahan, dan abadi.

Gagasan Ibn Arabi ini kemudian dipertegas oleh al-Jilli. Al-Jilli dalam Kosasih (2012:3-4) yang menegaskan:

Insan Kamil adalah Muhammad, karena mempunyai sifat-sifat al-Had (Tuhan) dan al-Khaliq (makhluk) sekaligus. Dan sesungguhnya Insan Kamil itu adalah Ruh Muhammad yang diciptakan dalam diri nabi- nabi, wali-wali, serta orang-orang soleh. Insan Kamil merupakan cermin Tuhan (copy Tuhan) yang diciptakan atas nama-Nya, sebagai refleksi gambaran nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Insan Kamil memiliki dua dimensi yaitu kanan dan kiri. Yang kanan merupakan aspek lahir, seperti melihat, mendengar, berkehendak. Sedangkan dimensi kirinya bercorak batin dan mutlak, seperti azali, baqa, awal, dan akhir.

Menurut keyakinan al-Jilli manusia tidak akan pernah sampai pada kemampuan untuk mengidentifikasi bahwa dirinya adalah sepenuhnya Tuhan. Al-Jilli merumuskan Tuhan sebagai esensi, segala sesuatu yang ada dalam jagat raya memiliki unsur esensi Ilahi, sehingga manusia sangat dimungkinkan melakukan persatuan atau pertemuan esensi dirinya dengan esensi Tuhan (Kosasih 2012:5).

Al-Jilli mengemukakan bahwa penampakan Tuhan melalui tiga tahap manifestasi beruntun, yaitu: kesatuan (Ahadiyah), Ke-Diaan (Hiwiyah), dan Ke-Akuan (Aniyah). Jalan untuk mencapai Insan Kamil adalah dengan pengamalan Islam, iman, shalah, ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah. Jalan tersebut dengan melalui beberapa tahapan, yaitu: mubtadi, mutawasit, ma’rifat, dan mencapai maqam khatam. Manusia akan menjadi manusia sempurna jika telah mempunyai sifat ketuhanan dan dalam dirinya terdapat bentuk (surah) Tuhan. Manusia adalah bayangan Tuhan yang sempurna (Kosasih 2012:5-6).

Manusia sempurna adalah bayangan Tuhan yang mempunyai sifat dan bentuk ketuhanan. Untuk mencapai manusia sempurna ada beberapa tahapan yang harus dilewati, yaitu mubtadi, mutawasit, ma’rifat, dan mencapai maqam khatam. Jalan untuk mencapai Insan Kamil adalah dengan pengamalan Islam, iman, shalah, ihsan, syahadah, shiddiqiyah, dan qurbah.

3. Superman Iqbal (Manusia Hebat)

Filsafat Iqbal adalah filsafat yang meletakkan kepercayaannya kepada manusia yang dilihatnya mempunyai kemungkinan yang tak terbatas, memiliki kemampuan untuk mengubah dunia dan dirinya sendiri serta mempunyai kemampuan untuk ikut memperindah dunia. Hal ini dimungkinkan karena manusia merupakan wujud penampakan diri dari Aku yang Akbar. (Sofyan, 2010:307)

Manusia mempunyai potensi yang tidak terbatas, potensi untuk merubah dunia dan dirinya sendiri. Potensi ini dimiliki manusia karena manusia merupakan wujud dari Aku Tuhan.

Hal-hal yang dapat memperkuat pribadi menurut Iqbal adalah:

  • isyaq a muhabbat, yakni cinta kasih;

  • semangat atau keberanian, termasuk bekerja kreatif dan orisinal, artinya asli dari hasil kreasinya sendiri dan mandiri;

  • toleransi, tenggang rasa;

  • faqr yang artinya sikap tidak mengharapkan imbalan dan ganjaran- ganjaran yang akan diberikan di dunia sebab bercita-citakan yang lebih agung (Rapar 1988:95-101)

Manusia yang hebat harus memiliki cinta kasih, semangat keberanian, toleransi, dan tidak mengharapkan imbalan dunia.

Referensi :

  1. Bagus Takwin, Psikologi Naratif Membaca Manusia Sebagai Kisah, Yogyakarta: 2007,
    hlm. 4
  2. Hardono Hadi, Jati Diri Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 1996, hlm. 33
  3. Erich Fromm, Konsep Manusia Menurut Marx, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hlm. 33
  4. Ibid., hlm. 39
  5. Suparman Syukur, Etika Religius, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 231
  6. Jujun S. Suriasumantri, Ilmu Dalam Perspektif, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006,
    hlm. 237
  7. Abidin, Zainal. 2009. Filsafat Manusia: Memahami Manusia Melalui Filsafat . Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  8. Kosasih, Aceng. 2012. Konsep Insan Kamil Menurut al-Jili . [ Online ] Available: http://www.file.upi.edu
  9. Ramayulis, Samsul Nizar. 2011. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran para Tokohnya . Jakarta: Kalam Mulia.
  10. Rapar, J.H. 1988. Filsafat Politik Aristoteles . Jakarta: Rajawali. Reksosusilo, S. t-th. Filsafat Cina . Malang: Widya Sasana.
  11. Sofyan, Ayi. 2010. Kapita Selekta Filsafat . Bandung: CV. Pustaka Setia. Sunardi, S.T. 1999. Nietsche . Yogyakarta: LkiS.
  12. Tondowijoyo, John. 1983. Pandangan Hidup Ketimuran . Surabaya: Sanggar Bina Tama.
  13. Wattimena, Reza A.A. 2010. Membongkar Rahasia Manusia: Telaah Lintas Peradaban (Filsafat Timur dan Filsafat Barat) . Yogyakarta: Kanisius.