Apa yang anda ketahui tentang letusan Gunung Pinatubo, Filipina - 15 Juni 1991?

image
Filipina yang notabene adalah tetangga dekat dari Indonesia, memiliki sebuah gunung berapi yang bernama Gunung Pinatubo. Gunung berapi ini pernah meletus pada tahun 1991, tepatnya pada tanggal 15 Juni.

Gunung Pinatubo meletus secara eksplosif dan menghasilkan kepulan besar awan debu hingga ketinggian 35 kilometer. Abu-abu volkanik yang dilepaskan dalam jumlah besar ini terbawa oleh angin musim hingga mencapai Laut Cina Selatan dan Samudera Hindia dan selanjutnya setelah beberapa bulan keberadaannya sempat terdeteksi di Benua Amerika. Kejadian ini berakibat pada kondisi iklim dunia tahun 1991-1992. Temperatur udara bumi rata-rata tercatat turun sebesar 0.7 derajat Fahrenheit atau hampir sekitar 0.4 Celcius. Di sekitar wilayah Pinatubo, debu volkanik ini turun dan menutupi permukaan sampai ketinggian 200 meter dan menenggelamkan permukiman penduduk, vegetasi, hewan-hewan ternak dan jalur transportasi darat.

Sementara itu, molekul SO2 berupa gas yang terdapat dalam atmosfir berinteraksi secara kimiawi dengan uap-uap air dan menghasilkan asam sulfat (H2SO4) yang juga turun ke permukaan dalam bentuk hujan asam. Erupsi yang mencapai lapisan stratosfer ini juga menimbulkan efek yang signifikan terhadap tingkat ozon yang berada di angkasa. Kandungan ozon di mid-belahan bumi selatan pada musim dingin tahun 1992 mencapai level terendah sepanjang masa saat itu. Hal yang serupa juga terjadi pada daerah di atas Benua Antartika dengan keberadaan lubang ozon terluas pada masa itu.

Erupsi tahun 1991 juga melepaskan magma dari bawah permukaan dalam kapasitas yang besar. Hal ini menyebabkan kekosongan kantung magma yang berujung pada runtuhnya puncak Pinatubo yang menghasilkan daerah depresi berdiameter 2.5 kilometer. Sebagai akibat munculnya kaldera baru ini, ketinggian gunungapi turun drastis sebesar 260 meter, sehingga menjadi tinggal 1485 meter di atas permukaan laut saja.

Produk-produk volkanik lainnya juga dilepaskan sepanjang letusan Pinatubo dan berakibat fatal bagi penduduk di sekitar Pulau Luzon. Aliran piroklastik panas menuruni lereng gunung beberapa jam pasca erupsi major, mengalir menuju Sungai Maranot dan Moraza, yang kemudian menghanguskan hampir semua material dalam radius 5 kilometer dari pusat letusan. Di beberapa tempat bahkan tercatat materi piroklastik ini mencapai titik yang lebih jauh, yakni radius hingga 16 kilometer dari puncak Gunung Pinatubo. Selain itu, keadaan pasca letusan hingga tahun 1996 juga masih dirundung bahaya lain. Temperatur deposit volkanik yang masih berkisar pada 400 derajat Celcius memiliki potensi besar untuk berinteraksi dengan aliran sungai, air danau dan air tanah. Pencampuran ini termobilisasi dalam bentuk lahar yang menuruni lereng gunung dengan kecepatan hingga 35 kilometer per jam dalam debit yang sangat besar, 1000 meter kubik per sekon, cukup untuk menghanyutkan rumah, kendaraan, dan harta benda yang dilaluinya. Secara umum, fenomena ini menghadirkan ancaman bagi sekitar 100.000 orang yang hidup di sekitar daerah Gunung Pinatubo.

Menurut catatan statistik, peristiwa letusan besar Pinatubo 1991 menyebabkan korban jiwa sebanyak 800 orang yang umumnya disebabkan reruntuhan rumah-rumah yang tertimpa abu volkanik basah. Kerugian ekonomi terhitung mencapai 8 miliar peso atau hampir sekitar 2 triliun rupiah. Selain itu, 2.1 juta penduduk Filipina mengalami kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian. Hutan-hutan seluas 150 km persegi mengalami kerusakan parah dan sekitar 800 km persegi lahan pertanian mengalami gagal panen.