Apa Yang Anda Ketahui Tentang Khulafaur Rasyidin?

Khulafaur Rasyidin

Apa yang anda ketahui tentang Khulafaur Rasyidin?

Khulafaur Rasyidin berasal dari kata Khulafa yang artinya adalah pengganti, sedangkan Ar-rasyidin mempunyai arti mendapat petunjuk. Jadi menurut bahasa arti dari Khulafaur Rasyidin adalah orang yang ditunjuk sebagai pengganti yang selalu mendapat petunjuk dari Allah.

Sedangkan secara istilah adalah pemimpin umat islam dan kepala negara yang selalu mendapat petunjuk dari Allah untuk meneruskan perjuangan dakwah Rasulullah.

Khulaur Rasyidin merupakan khalifah (pemimpin) yang dijabat oleh keempat sahabat Rasulullah yang tercatat paling dekat dengan nabi dan paling semangat dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad.

Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan hasil dari musyawarah dan kesepakatan bersama seluruh muslimin pada saat itu.

Keempat Khulafaur Rasyidin

1. Abu Bakar Ash-shidiq

Abu Bakar adalah khalifah yang pertama kali setelah wafat nya Rasulullah saw. Sebelum nya Abu Bakar merupakan salah satu petinggi di Makkah dari Suku Quraisy. Lahir dengan nama Abdus Syams. Baru setelah masuk islam nama Abdu Syams diganti oleh Rasulullah dengan nama “Abu Bakar” dan diberi gelar “Ash-Shidiq” yang artinya terpercaya.

Abu Bakar merupakan salah satu sahabat nabi yang paling dekat dengan Rasulullah. Ia pernah ditunjuk Rasulullah untuk menemani nya pergi ke Yatsrib (Madinah). Ketika Nabi Muhammad sakit keras ia juga yang ditunjuk untuk menggantikannya menjadi imam sholat.

Menurut sebagian ulama hal tersebut merupakan isyarat dari Rasulullah mengenai siapa penggantinya kelak jika sudah meninggal.

Masa kekhalifahan Abu Bakar Ash-shidiq

Abu Bakar menjadi khalifah selama kurang lebih 2 tahun (632-634 M). Walaupun hanya memimpin selama 2 tahun, banyak kemajuan pesat yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar, yaitu memperluas kekuasaan islam ke Persia, sebagian Jazirah Arab hingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Bizantium.

Pada masa awal pemerintahan banyak tantangan yang harus dihadapi, salah satunya ketika suku-suku bangsa Arab tidak mau lagi patuh dengan kebijakan pemerintahan Madinah sepeninggal Rasulullah saw. Karena mereka beranggapan, perjanjian yang dibuat bersama Rasulullah dengan sendirinya batal setelah wafatnya rasul.

Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dianggap bisa membahayakan pemerintahan dan agama islam, maka Khalifah Abu Bakar menyerukan perang melawan kemutadan. Terjadilah perang Riddah dengan Khalid bin Walid sebagai panglimanya. Dalam perang ini Khalid bin Walid merupakan panglima yang banyak berjasa.

Baru setelah urusan dalam negri selesai Khalid ditugas kan menuju ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-hijrah pada tahun 634 M.

Khalifah Abu Bakar wafat pada tahun 634 M di usianya yang memasuki 61 tahun karena sakit yang dialaminya.

2. Umar Bin Khattab

Umar lahir di Makkah dari bani Ady, keluarga Umar termasuk keluarga kelas menengah. Ia bisa membaca dan menulis yang pada saat itu hanya beberapa orang saja yang bisa membaca dan menulis. Umar mempunyai watak yang keras dan pemberani. Karena sifat nya itulah ia dijuluki dengan nama “Singa Padang Pasir”.

Ia juga amat keras dalam membela agama tradisional yang dianut kebanyakan orang di sukunya. Pada zaman jahiliyah, ia pernah mengubur putri nya demi menjaga kehormatannya. Ia juga sangat membenci ajaran yang dibawa Rasulullah pada saat itu

Pada suatu saat ia berniat untuk membunuh Nabi Muhammad saw, namun di tengah jalan ia bertemu dengan Nua’im bin Abdullah yang memberitahukan bahwa adik nya telah masuk agama yang dibawa oleh Rasulullah. Mendengar pernyataan tersebut Umar mengurungkan niatnya untuk membunuh Rasulullah dan memutuskan untuk kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah ia mendapati adik nya sedang membaca alquran, melihat itu kemarahan Umar sudah tidak dapat dibendung lagi dan memukul adik perempuannya. Melihat kucuran darah menetes dari wajah nya Umar merasa iba dengan adiknya.

Ia kemudian menjadi tertarik untuk mempelajari alquran dan kemudian langsung memeluk agama islam pada hari itu juga dengan dibantu oleh adiknya.

Setelah Abu Bakar wafat, posisi kekhalifahan digantikan oleh sayyidina Umar bin Khattab. Pengangkatan Umar bin Khattab sebagai khalifah berdasarkan pesan terakhir Abu Bakar sebelum wafat.

Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajal nya sudah dekat, Abu Bakar mengajak para sahabatnya untuk mendiskusikan perihal siapa penggantinya kelak jika sudah meninggal.

Disepakatilah bahwa Umar bin Khattab yang akan menggantikan posisi kekhalifahan dengan maksud agar tidak terjadi perselisihan dan perpecahan di kalangan kaum muslimin. Kebijakan Abu Bakar tersebut ternyata diterima yang secara beramai-ramai membaiat Umar.

Masa Kekhalifahan Umar Bin Khattab

Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi : ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, dengan demikian seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam.

Dengan memakai Syria sebagai pusat pemerintahan, perluasan diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan ‘Amr bin ‘Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam.

Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu ‘anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir.

Karena perluasan daerah yang begitu cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah provinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir.

Beberapa departemen mulai dibentuk yang sekiranya penting untuk didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, mulai dibentuk lembaga kepolisian. Demikian pula jabatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Baitul Mal, membuat mata uang, dan membuat tahun hijiah.

Selama menjabat sebagai khalifah, Umar dikenal dari gaya hidup nya yang jauh dari bergelimpangan harta layaknya pejabat-pejabat saat ini. Kehidupannya yang sederhana membuat Umar semakin dicintai oleh rakyatnya.

Umar menjadi Khalifah selama kurun waktu 10 tahun (634-644 M), masa jabatannya diakhiri dengan kematiannya. Ia meninggal karena dibunuh oleh seorang budak majusi dari Persia yang bernama Abu Lu’lu’ah. Umar ditusuk dengan sebuah belati ketika sedang melaksanakan shalat shubuh.

3. Utsman Bin Affan

Untuk menentukan penggantinya kelak Umar tidak menempuh dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh Abu Bakar dulu. Ia menunjuk 6 orang sahabat, yaitu Ali, Thalhah, Zubair, Utsman, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqash untuk kemudian di musyawarahkan siapa yang akan menggantikannya nanti. Dari hasil musyawarah yang panjang terpilihlah sayyidina Utsman bin Affan untuk maju menjadi khalifah.

Nama panggilannya adalah Abu Abdullah, tampan wajahnya, lembut kulitnya, dan lebat jenggotnya. Sosok sahabat mulia ini sangat pemalu hingga malaikat pun malu kepadanya. Demikian Rasulullah menyanjung:

“Tidakkah sepatutnya aku malu kepada seorang (yakni Utsman) yang para malaikat malu kepadanya?”

Mudah menangis kala mengingat akhirat. Jiwanya khusyu’ dan penuh tawadhu’ di hadapan Allah Rabbul ‘alamin.

Beliau adalah menantu Rasulullah yang sangat dikasihi. Memperoleh kemuliaan dengan menikahi dua putri Nabi, Ruqayyah kemudian Ummu Kultsum hingga mendapat julukan Dzunurain (pemilik dua cahaya). Bahkan Rasulullah bersabda: “Seandainya aku masih memiliki putri yang lain sungguh akan kunikahkan dia dengan Utsman.”

Utsman juga terkenal dengan pintar berdagang dan memiliki harta yang melimpah. Namun, dengan kekayaannya itu tidak membuat Utsman menjadi pribadi yang sombong. Ia sering mensedekahkan hartanya kepada yang membutuhkan. terutama saat terjadi peperangan, Utsman termasuk salah satu sahabat yang paling depan dalam menyumbangkan hartanya.

Salah satu peninggalan Utsman yang masih ada sampai saat ini adalah sumur Ar-rumah. Sumber air Madinah yang beliau beli dengan harga sangat mahal sebagai wakaf untuk muslimin di saat mereka kehausan dan membutuhkan tetes-tetes air. Rasulullah menawarkan jannah bagi siapa yang membelinya. Utsman pun bersegera meraih janji itu. Demi Allah! Beliau telah meraih jannah yang dijanjikan.

Masa Kekhalifahan Utsman Bin Affan

Pada masa kekhalifahan Utsman wilayah Armenia, Rhodes, Tunisia, Cyprus, Tabaaristan, dan wilayah yang tersisa dari Persia berhasil diambil alih. Dengan adanya perluasan wilayah maka banyak dari sahabat yang mendatangi wilayah tersebut guna mengajarkan ilmu agama islam.

Dengan adanya pertukaran pemikiran antara penduduk asli dengan para sahabat membuat ilmu pengetahuan berkembang dengan baik. Dari segi sosial budaya, Utsman juga mahkamah peradilan. Ini merupakan sebuah terobosan yang baru karena sebelum nya peradilan dilakukan di dalam masjid.

Selain itu Utsman juga menerapkan penyeragaman bacaan alquran dan merenovasi Masjidil Haram serta Masjid Nabawi agar bisa memuat lebih banyak orang.

Penyeragaman bacaan alquran dilakukan karena pada masa Rasulullah saw, beliau memberikan kelonggaran kepada kabila-kabilah Arab untuk membaca quran sesuai dengan dialek masing-masing daerah. Seiring bertambahnya wilayah kekuasaan islam, dan makin banyak orang yang memeluk agama islam, pembacaan pun menjadi semakin beragam.

Maka dibentuklah sebuah pantia kecil yang diketuai oleh Zaid bin Tsabit untuk menyalin mushaf yang kemudian disimpan oleh Hafshah dan menyeragamkan bacaan.

Pemerintahan Utsman berlangsung selama kurun waktu 12 tahun, di akhir masa jabatannya muncul perasaan ketidakpuasan dari sebagian kaum muslimin. Hal ini disebabkan oleh hasutan fitnah yang disampaikan oleh Abdullah bin Saba, salah seorang Yahudi yang berpura-pura masuk islam

Salah satu faktor yang membuat kebanyakan rakyat berburuk sangka adalah kebijaksanaannya mengangkat anggota keluarganya kedalam jabatan yang tinggi.

Abdullah bin Saba gemar berpindah-pindah tempat untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru saja memeluk agama islam.

Akhirnya pada tahun 35 H, tepatnya di hari Jumat dimana waktu itu sedang berlangsung ibadah haji rumah Utsman dikepung oleh segerombolan pemberontak.

Dalam suasana pengepungan dan kekacauan, masuklah seseorang hendak membunuh khalifah. Orang ini datang dan menarik jenggot Utsman. Utsman dengan tenang berkata

“Jangan sentuh jenggotku karena sesungguhnya ayahmu dulu menghormati jenggot ini.”

Kemudian pemberontak itu melepaskannya karena dia ingat bahwa bukan hanya ayahnya yang menghormati, tapi juga Rasulullah saw dan setiap orang menghormati Utsman. Utsman pun berkata mengingatkan: “Wahai fulan, di antara aku dan dirimu ada Kitabullah!” Diapun pergi meninggalkan Utsman, hingga datang orang lain dari bani Sadus. Dan ketika Utsman R.A. melihat nya datang, dia segera mengencangkan tali pengikat celananya, karena dia tidak ingin auratnya terlihat di saat-saat terakhirnya.

Dengan penuh keberingasan, dia cekik leher khalifah yang telah rapuh hingga sesak dada beliau dan terengah-engah nafas beliau, lalu dia tebaskan pedang ke arah Utsman bin ‘Affan. Amirul Mukminin menlindungi diri dari pedang dengan tangannya yang mulia, hingga terputus bercucuran darah. Saat itu Utsman berkata:

“Demi Allah, tangan (yang kau potong ini) adalah tangan pertama yang mencatat surat-surat mufashshal.”

Beliau adalah pencatat wahyu Allah dari lisan Rasulullah. Namun ucapan Utsman yang sesungguhnya nasihat bagi orang yang memiliki hati tidak lagi dihiraukan. Darah mengalir di atas mushaf.

Kemudian istrinya, Na’ilah berlari untuk melindungi Utsman. Bukan hanya itu, jari jemari Na’ilah bintu Furafishah terpotong saat melindungi suaminya dari tebasan pedang kaum bughat. Subhanallah, cermin kesetiaan istri shalihah menghiasi tragedi berdarah di negeri Rasulullah.

Kemudian mereka menghujam dalam perut Ustman dengan pedang, lalu salah satu pemberontak menerjang dada Ustman dan menusuknya 6 kali. Dengan demikian wafatlah Ustman R.A. pada umur 83 tahun.

Ali Bin Abi Thalib

Ali dilahirkan di kota Makkah, di daerah Hejaz jazirah Arab sekitar 10 tahun sebelum kenabian Muhammad saw. Sebelum datang nya islam keluarga Ali termasuk keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat.

Ali RA mengikuti Rasulullah sejak umur 6 tahun, ia juga termasuk salah satu golongan yang pertama kali mengakui kenabian Muhammad saw. Ia dikenal dengan sosok yang gagah berani dan sederhana. Hal ini dibuktikan dengan keberanian Ali menggantikan posisi Rasulullah ketika hijrah.

Ali bin Abi Thalib selalu mengikuti peperangan Rasulullah, kecuali satu, yaitu perang Tabuk. Rasulullah menyuruh Ali untuk menetap di Makkah karena tau ada upaya busuk dari kaum munafik untuk berbuat onar selama Rasululah keluar memimpin perang Tabuk.

Setelah Rasul wafat, Ali lebih suka menyendiri, memperdalam ilmunya, mengajarkan kepada murid-muridnya. Pada masa inilah Ali mengasah diri untuk menjadi seorang pemikir. Keperkasaan dan keberaniannya berubah menjadi sosok yang identik dengan ilmu. Ali terinspirasi oleh kata-kata Rasulullah “Jika aku ini adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintu gerbangnya”

Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah yang baru menggantikan Utsman.

Masa Kekhalifan Ali Bin Abi Thalib

Selama masa pemerintahannya, ia menghadapai berbagai macam gejolak. Bisa dikatakan pada saat itu suasana yang ada tidak pernah stabil.

Setelah ia menjabat sebagai khalifah, hal yang pertama ia lakukan adalah mencopot semua gubernur yang dulu diangkat oleh Utsman. Karena ia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka.

Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana dulu pernah diterapkan pada masa kekhalifahan Umar.

Tidak lama setelah itu Ali menghadapi pemberontakan dari Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Alasan mereka adalah karena Ali tidak mau menghukum pelaku pembunuhan Utsman. Ali mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair untuk menyelesaikannya secara damai, namun keduan nya menolak melewati jalur damai. Ali sebenarnya tidak mau terjadi peperangan antar saudara.

Namun karen suasana yang semakin bergejolak maka terjadilah perang Jamal, perang antara Ali melawan Thalhah, Zubair, dan Aisyah. Kemenangan berada dipihak Ali dengan Zubair dan Thalhah terbunuh, dan Aisyah ditawan dan dipulangkan kembali ke Madinah.

Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu’awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan.

Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, serta Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang Shiffin.

Perang ini diakhiri dengan mengambil jalan diskusi, ternyata malah tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, kaum Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali.

Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu’awiyah, Syi’ah (pengikut Abdullah bin Saba’ al-yahudu) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan Al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali).

Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu’awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam.