Apa yang Anda ketahui tentang keterampilan Metakognitif?

Metakognitif merujuk pada berpikir tingkat tinggi yang melibatkan kontrol aktif dalam proses kognitif belajar dalam memecahkan suatu masalah. Kegiatan seperti perencanaan bagaimana pendekatan tugas belajar yang diberikan, pemantauan pemahaman, dan mengevaluasi kemajuan penyelesaian tugas adalah metakognitif alami. Metakognitif adalah kemampuan berpikir di mana yang menjadi objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri. Dalam konteks pembelajaran, siswa mengetahui bagaimana untuk belajar, mengetahui kemampuan dan modalitas belajar yang dimiliki, dan mengetahui strategi belajar terbaik untuk belajar efektif. Metakognitif sebagai suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal.

Pengertian Metakognitif


Metakognitif merupakan suatu istilah yang diperkenalkan oleh Flavell pada Tahun 1976 dan menimbulkan banyak perdebatan pada pendefinisiannya. Kegiatan metakognitif pada dasarnya merupakan kegiatan ”berpikir tentang berpikir”, yaitu merupakan kegiatan mengontrol secara sadar tentang proses kognitifnya sendiri . Kegiatan metakognitif meliputi kegiatan berfikir untuk merencanakan, memonitoring, merefleksi bagaimana menyelesaikan suatu masalah.

Metakognitif adalah second- order cognition yang memiliki arti berpikir tentang berpikir, pengetahuan tentang pengetahuan, atau refeksi tentang tindakan-tindakan. Terdapat dua komponen terpisah yang terkandung dalam metakognitif, yaitu pengetahuan deklaratif dan prosedural tentang keterampilan, strategi, dan sumber yang diperlukan untuk melakukan suatu tugas. Mengetahui apa yang dilakukan, bagaimana melakukannya, mengetahui prasyarat untuk meyakinkan kelengkapan tugas tersebut, dan mengetahui kapan melakukannya.

Bentuk aktivitas memantau diri (self monitoring) dapat dianggap sebagai bentuk metakognitif. Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kognitif secara umum, seperti kesadaran diri dan pengetahuan tentang kognitif diri sendiri . Pengetahuan kognitif cenderung diterima sebagai pengetahuan tentang proses kognitif yang dapat digunakan untuk mengontrol proses kognitif.

Dalam sudut pandang yang lain, dikemukakan bahwa metakognitif sebagai suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal. Para siswa dengan pengetahuan metakognitifnya sadar akan kelebihan dan keterbatasannya dalam belajar. Artinya saat siswa mengetahui kesalahannya, mereka sadar untuk mengakui bahwa mereka salah, dan berusaha untuk memperbaikinya.

Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan metakognitif sebagai pembelajaran yang menanamkan kesadaran bagaimana merancang, memonitor, serta mengontrol tentang apa yang mereka ketahui; apa yang diperlukan untuk mengerjakan dan bagaimana melakukannya. Pembelajaran dengan pendekatan metakognitif menitik beratkan pada :

  • aktivitas belajar siswa

  • membantu dan membimbing siswa jika ada kesulitan

  • serta membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri apa yang dilakukan saat belajar matematika

Metakognitif bisa digolongkan pada kemampuan kognitif tinggi karena memuat unsur analisis, sintesis, dan evaluasi sebagai cikal bakal tumbuh kembangnya kemampuan inkuiri dan kreativitas. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran semestinya membiasakan siswa untuk melatih kemampuan metakognitif ini, tidak hanya berpikir sepintas dengan makna yang dangkal. Kegiatan metakognitif sangat penting karena dapat melatih siswa untuk berpikir tingkat tinggi serta mampu merencanakan, mengontrol dan merefleksi segala aktivitas berpikir yang telah dilakukan. Penggunaan proses metakognitif selama pembelajaran, akan membantu siswa agar mampu memperoleh pembelajaran yang bertahan lama dalam ingatan dan pemahaman siswa. Hendaknya siswa diarahkan untuk mencapai kompetensi tingkat tinggi melalui aktivitas- aktivitas pembelajaran inovatif yang bervariasi, salah satunya melalui pendekatan keterampilan metakognitif.

Metakognitif sebagai Pendekatan Pembelajaran


Seiring dengan perkembangan teori pembelajaran dan evaluasi, maka berkembang pula cara guru dalam mengevaluasi pencapaian hasil belajar, terutama yang berkaitan dengan domain kognitif. Saat ini, guru dalam mengevaluasi pencapaian hasil belajar cendrung hanya memberikan penekanan pada tujuan kognitif tanpa memperhatikan proses kognitif, khususnya pengetahuan metakognitif dan keterampilan metakognitif. Akibatnya upaya-upaya untuk memperkenalkan metakognitif dalam menyelesaikan masalah kepada siswa sangat kurang atau bahkan cenderung diabaikan.
Selain dengan latihan, belajar juga merupakan metakognitif melalui aktivitas yang digunakan yaitu

mengatur dan memantau proses belajar. Adapun kegiatan belajarnya mencakup perencanaan, monitoring, dan memeriksa hasil. Kegiatan-kegiatan metakognitif ini muncul melalui empat situasi, yaitu:

  • siswa diminta untuk menjustifkasi suatu kesimpulan atau mempertahankan sanggahan;

  • situasi kognitif dalam mengahadapi suatu masalah membuka peluang untuk merumuskan pertanyaan;

  • siswa diminta untuk membuat kesimpulan, pertimbangan dan keputusan yang benar sehingga diperlukan kehati-hatian dalam memantau dan mengatur proses kognitifnya; dan

  • situasi siswa dalam kegiatan kognitif mengalami kesulitan, misalnya dalam pemecahan masalah.

Berikut ini merupakan beberapa indikator yang digunakan dalam keterampilan metakognitif yang telah diadaptasi:

metakognitif

Metakognitif meliputi dua komponen yaitu:

  1. pengetahuan metakognitif (metakognitive knowledge); dan
  2. pengalaman/regulasi metakognitif (metakognitive experience or regulation) atau disebut juga strategi metakognitif.

Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan tentang kesadaran berfikir sendiri dan pengetahuan tentang kapan dan di mana menggunakan strategi. Regulasi atau pengalaman metakognitif yaitu perbedaan antara strategi metakognitif dan keterampilan metakognitif. Ada tiga komponen pengalaman metakognitif yaitu perencanaan, evaluasi, dan pemantauan.

Perencanaan meliputi menetapkan tujuan, mengaktifkan sumber daya yang relevan (termasuk waktu anggaran) dan memilih strategi yang tepat. Evaluasi adalah menentukan tingkat pemahaman seseorang dan bagaimana memilih strategi yang tepat. Pemantauan melibatkan memeriksa kemajuan seseorang dan memilih strategi perbaikan yang tepat ketika strategi yang dipilih tidak bekerja.

Metakognitif merupakan keterampilan seseorang dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya. Menurut teori metakognition bahwa siswa yang belajar memiliki keterampilan tertentu untuk mengatur dan mengontrol apa yang dipelajarinya. Keterampilan ini berbeda antara individu yang satu dengan individu yang lain sesuai dengan kemampuan proses berpikirnya. Keempatn jenis keterampilan, yaitu:

  • pemecahan masalah,

  • pengambilan keputusan,

  • berpikir kritis, dan

  • berpikir kreatif.

    1. Keterampilan pemecahan masalah, yakni suatu keterampilan seorang siswa dalam menggunakan proses berpikirnya untuk memecahkan masalah melalui pengumpulan fakta, analisis informasi, menyusun berbagai alternatif pemecahan, dan memilih pemecahan masalah yang paling efektif.

    2. Keterampilan pengambilan keputusan, yakni keterampilan seseorang menggunakan proses berpikirnya untuk memilih sesuatu keputusan yang terbaik dari berbagai pilihan yang ada melalui pengumpulan informasi, perbandingan kebaikan dan kekurangan dari setiap alternatif, analisis informasi, dan pengambilan keputusan yang terbaik berdasarkan alasan yang rasional.

    3. Keterampilan berpikir kritis, yakni keterampilan seseorang dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menganalisis argumen dan memberikan interpretasi berdasarkan persepsi yang sahih melalui interpretasi logis, analisis asumsi dan bisa dari argumen dan interpretasi logis.

    4. Keterampilan berpikir kreatif, yakni keterampilan seseorang dalam menggunakan proses berpikirnya untuk menghasilkan suatu ide baru, konstruktif, dan baik berdasarkan konsep-konsep, prinsip- prinsip yang rasional, maupun persepsi dan intuisi.

Guru dapat menerapkan pendekatan keterampilan metakognitif yang terdiri dari:

  1. penetapan tujuan pembelajaran;
  2. bagaimana cara mencapai tujuan;
  3. pengecekan apakah tujuan sudah tercapai, apabila belum tercapai bagaimana cara mengatasinya; dan
  4. evaluasi menyeluruh.

Dengan menerapkan keterampilan metakognitif maka mahasiswa peserta diharapkan dapat mengontrol proses konstruk pengetahuan. Bagaimana siswa secara berangsur-angsur menguasai keterampilan metakognitif ini mungkin memerlukan suatu proses yang cukup lama.

Namun demikian, pendidik (dosen/guru) dapat memulai lebih awal di sekolah atau perguruan tinggi, dengan model keterampilan ini, dengan secara spesifk melatih siswa dalam keterampilan dan strategi khusus (seperti perencanaan atau evaluasi, analisis masalah), dan dengan`struktur mengajar mereka sedemikian sehingga para siswa terfokus pada bagaimana
mereka belajar dan juga pada apa yang mereka pelajari.

Metakognisi menurut Flavell meliputi dua komponen, yaitu pengetahuan metakognitif (metacognitive knowledge), dan pengalaman metakognitif (metacognitive experiences). Pengetahuan metakognitif adalah pengetahuan yang digunakan untuk mengarahkan proses berpikir kita sendiri, sedangkan pengalaman metakognitif mengacu pada keterampilan perencanaan, keterampilan memonitor, dan keterampilan evaluasi.

Aktivitas merencanakan, memonitor, dan menevaluasi disebut juga sebagai strategi metakognitif atau keterampilan metakognitif yang dapat membantu dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. Terdapat tiga keterampilan esensial yang memungkinkan pengaturan proses kognisi yaitu planning (perencanaan), monitoring (pemonitoran), dan evaluation (pengevaluasian). Ketiga keterampilan ini dapat diajarkan kepada siswa untuk meningkatkan pembelajaran.

Sub Kategori Keterampilan Metakognitif

Menurut Schraw & Moshman (1995), berikut ini beberapa sub kategori keterampilan metakognitif, yaitu sebagai berikut :

1. Planning (Perencanaan)

  • Perencanaan termasuk seleksi strategi tertentu dan alokasi sumber yang mempengaruhi tindakan.

  • Membuat prediksi, strategi sekuensi dan alokasi waktu atau perhatian yang selektif sebelum mengawali sebuah tugas (Miller,1985).

2. Monitoring (Pemonitoran)

  • Monitoring mengacu pada kesadaran menyeluruh selama berada dalam tugas.

  • Kemampuan melakukan pengujian diri secara periodik selama belajar.

3. Evaluation (Evaluasi)

  • Evaluasi mengacu pada penilaian produk akhir dan terkait proses pengaturan belajar sesorang

  • Meliputi penilaian kembali tujuan dan kesimpulan.

Manfaat Metakognitif dalam Pembelajaran

Akhsanul (dalam Daud 2013) menyebutkan bahwa manfaat metakognitif dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

1. Membantu penyelesaian masalah secara efektif

Strategi metakognisi dapat membantu pelajar untuk menyelesaikan permasalahan melalui perancangan secara efektif, melibatkan proses mengetahui masalah, memahami masalah yang perlu dicari solusinya dan memahami strategi yang efektif untuk menyelesaikannya.

2. Membantu menyusun konsep yang tepat

Keberadaan berbagai kerangka alternatif menyebabkan siswa perlu berupaya untuk merancang, memantau dan menilai setiap konsep yang disusun agar sesuai dengan konsep yang sebenarnya.

Aktivitas untuk Meningkatkan Metakognitif

Thamraksa dalam Sumaryati (2015) memberikan beberapa contoh kegiatan yang dapat meningkatkan strategi metakognitif siswa sebagai berikut :

  1. Memiliki jurnal sebagai wadah refleksi. Jurnal adalah sebuah wadah dimana siswa dapat mengeksplorasi berbagai gagasan, mencatat berbagai proses berpikir, perasaan, dan refleksi.

  2. Menyuarakan tentang apa yang ada dipikiran. Aktivitas ini mengharuskan siswa berdialog dengan dirinya sendiri tentang proses berpikir yang dialaminya, akibatnya siswa akan berdialog dengan dirinya sendiri untuk memilih strategi metakognitif yang dipilihnya ketika ia terlibat dalam proses pengerjaan tugas belajar.

  3. Mempertanyakan diri sendiri. Dalam aktivitas ini, siswa mempertanyakan dirinya dengan cara mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang dapat meningkatkan berbagai strategi metakognitif.