Apa yang anda ketahui tentang Kerajaan Demak ?

Kerajaan Demak

Berdirinya Kerajaan Demak dilatarbelakangi oleh melemahnya pemerintahan Kerajaan Majapahit atas daerah-daerah pesisir utara Jawa. Daerah-daerah pesisir seperti Tuban dan Cirebon sudah mendapat pengaruh Islam. Dukungan daerah-daerah yang juga merupakan jalur perdagangan yang kuat ini sangat berpengaruh bagi pendirian Demak sebagai kerajaan Islam yang merdeka dari Majapahit.

Raden Patah adalah raja pertama Kerajaan Demak. Ia memerintah dari tahun 1500-1518. Pada masa pemerintahan agama Islam mengalami perkembangan pesat. Raden Patah bergelar Senopati Jimbun Ngabdurahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Pengangkatan Raden Patah sebagai Raja Demak dipimpin oleh anggota wali lainnya. Pada masa pemerintahannya, wilayah kerajaan Demak meliputi daerah Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi, dan beberapa daerah di Kalimantan. Pada masa pemerintahannya juga dibangun Masjid Agung Demak yang dibantu oleh para wali dan sunan sahabat Demak.

Pada masa Kerajaan Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511, Raden Patah merasa berkewajiban untuk membantu. Jatuhnya kerajaan Malaka berarti putusnya jalur perdagangan nasional. Untuk itu, ia mengirimkan putrannya, Pati Unus untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun, usaha itu tidak berhasil. Setelah Raden Patah wafat pada tahun 1518, ia digantikan oleh putranya Pati Unus. Pati Unus hanya memerintah tidak lebih dari tiga tahun. Ia wafat tahun 1521 dalam usahanya mengusir Portugis dari kerajaan Malaka.

Saudaranya, Sultan Trenggono, akhirnya menjadi raja Demak ketiga dan merupakan raja Demak terbesar. Sultan Trenggono berkuasa di kerajaan Demak dari tahun 1521-1546. Sultan Trenggono dilantik menjadi raja Demak oleh Sultan Gunung Jati. Ia memerintah Demak dengan gelar Sultan Ahmad Abdul Arifin.

Apa yang anda ketahui tentang Kerajaan Demak ?

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa. Kerajaan ini didirikan oleh Raden Patah pada tahun 1500 hingga tahun 1550. Raden Patah adalah putra dari Prabu Brawijaya Sebagai kerajaan Islam pertama di pulau Jawa, Kerajaan Demak sangat berperan besar dalam proses Islamisasi pada masa itu. Kerajaan Demak berkembang sebagai pusat perdagangan dan sebagai pusat penyebaran agama Islam. Wilayah kekuasaan Demak meliputi Jepara, Tuban, Sedayu Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Di samping itu, Kerajaan Demak juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan transito (penghubung).

Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Demak berhasil dalam berbagai bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan Islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama antara ulama dan umara (penguasa). Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478), hingga dapat menggambil alih kekuasaan majapahit. Selain itu, Raden Patah juga mengadakan perlawan terhadap Portugis, yang telah menduduki Malaka dan ingin mengganggu Demak. Ia mengutus pasukan di bawah pimpinan putranya, Pati Unus atau Adipati Yunus atau Pangeran Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal. Perjuangan Raden Patah kemudian dilanjutkan oleh Pati Unus yang menggantikan ayahnya pada tahun 1518. Dalam bidang dakwah Islam dan pengembangannya, Raden Patah mencoba menerapkan hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung Demak. Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh walisanga.

Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya yaitu Pati Unus. Pati Unus terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka. Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran Sabrang Lor. Armada perang Islam siap berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati. Dipimpin langsung oleh Pati Unus bergelar Senapati Sarjawala yang telah menjadi Sultan Demak II. Dari sini sejarah keluarga beliau akan berubah, sejarah kesultanan Demak akan berubah dan sejarah tanah Jawa akan berubah. Kapal yang ditumpangi Pati Unus terkena peluru meriam ketika akan menurunkan perahu untuk merapat ke pantai. Ia gugur sebagai Syahid karena kewajiban membela sesama Muslim yang tertindas penjajah (Portugis) yang bernafsu memonopoli perdagangan rempah-rempah. Pimpinan Armada Gabungan Kesultanan Banten, Demak dan Cirebon segera diambil alih oleh Fadhlullah Khan yang oleh Portugis disebut Faletehan, dan belakangan disebut Fatahillah setelah mengusir Portugis dari Sunda Kelapa 1527. Pengambil alihan ini adalah atas inisiatif Sunan Gunung Jati yang sekaligus menjadi mertua karena putri beliau yang menjadi janda Sabrang Lor dinikahkan dengan Fadhlullah Khan.

Sepeninggal Pati Unus, kerajaan Demak kemudian diperintah oleh Sultan Trenggono. Beliau memerintah Demak dari tahun 1521-1546 M. Sultan Trenggono adalah putra Raden Patah, adik dari Pati Unus. Pada tahun 1546 Sultan Trenggono menyerang Panarukan, Situbondo yang saat itu dikuasai Blambangan. Sunan Gunung Jati membantu dengan mengirimkan gabungan prajurit Cirebon, Banten, dan Jayakarta sebanyak 7.000 orang yang dipimpin Fatahillah. Pasukan Demak sudah mengepung Panarukan selama tiga bulan, tapi belum juga dapat merebut kota itu. Suatu ketika Sultan Trenggono bermusyawarah bersama para adipati untuk melancarkan serangan selanjutnya. Putra bupati Surabaya yang berusia 10 tahun menjadi pelayannya. Anak kecil itu tertarik pada jalannya rapat sehingga tidak mendengar perintah Trenggono. Trenggono marah dan memukulnya. Anak itu secara spontan membalas menusuk dada Trenggono memakai pisau. Sultan Demak itu pun tewas seketika dan segera dibawa pulang meninggalkan Panarukan. Sultan Trenggana berjasa atas penyebaran Islam di Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di bawah Sultan Trenggana, Demak mulai menguasai daerah-daerah Jawa lainnya seperti merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran serta menghalau tentara Portugis yang akan mendarat di sana (1527), Tuban (1527), Madiun (1529), Surabaya dan Pasuruan (1527), Malang (1545), dan Blambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa (1527, 1546). Panglima perang Demak waktu itu adalah Fatahillah, pemuda asal Pasai (Sumatera), yang juga menjadi menantu Sultan Trenggana. Sultan Trenggana meninggal pada tahun 1546 dalam sebuah pertempuran menaklukkan Pasuruan, dan kemudian digantikan oleh Sunan Prawoto

Sepeninggal Sultan Trenggono, kerajaan Demak dipimpin oleh Sunan Prawata (Raden Mukmin) yang memerintah tahun 1546-1549. Ia lebih cenderung sebagai seorang ahli agama daripada ahli politik. Pada masa kekuasaannya, daerah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas tanpa mampu dihalanginya. Ia berambisi untuk melanjutkan usaha ayahnya menaklukkan Pulau Jawa. Namun, keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, dan ia lebih suka hidup sebagai ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin memindahkan pusat pemerintahan dari kota Bintoro menuju bukit Prawoto. Oleh karena itu, Raden Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto. Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah terlaksana. Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan kekuasaannya.

Suksesi ke tangan Sunan Prawoto tidak berlangsung mulus. Penunjukannya sebagai sunan ditentang oleh adik Trenggana, yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen. Dalam penumpasan pemberontakan, Pangeran Sekar Seda Lepen akhirnya terbunuh. Akan tetapi, pada tahun 1561 Sunan Prawoto beserta keluarganya dihabisi oleh suruhan Arya Penangsang, putera Pangeran Sekar Seda Lepen. Arya Penangsang kemudian menjadi penguasa tahta Demak. Suruhan Arya Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri, adipati Jepara, dan hal ini menyebabkan adipati-adipati di bawah Demak memusuhi Arya Penangsang, salah satunya adalah Adipati Pengging.

Demak merupakan sebuah kesultanan (kerajaan) Islam di pesisir utara Jawa Tengah (Deliar, 1983). Terdapat beberapa pendapat tentang dari mana asal istilah Demak.

  1. Pertama, Demak berasal dari bahasa Kawi yang artinya pegangan atau pemberian.
  2. Kedua, Demak barasal dari bahasa Arab dama’ , yang artinya air mata. Pemberian nama tersebut dikaitkan dengan usaha susah-payah yang dilakukan untuk menegakan Islam di Jawa.
  3. Ketiga, Demak juga berasal berasal dari bahasa Arab dimyat.

Banyak terdapat berita yang berlainan mengenai keberadaan Demak namun Demak seperti telah diketahui oleh para peneliti maupun masyarakat banyak merupakan salah satu tonggak keberhasilan awal Islam di Jawa. Demak hadir ketika kerajaan Majapahit mengalami kemunduran pada tahun 1478, dengan ditandai candra sangkala, sirna ilang kertaning bumi yang berarti 1400 Jawa. Keturunan Majapahit ini membuat daerah pantai seperti, Tuban, Gresik, Panarukan, Demak, Pati, Yuwana, Jepara dan Kudus menyatakan diri lepas dari kekuasaan Majapahit.

Setelah kerajaan Majapahit redup dari pangung sejarah Nusantara, kemudian muncul kerajaan baru, yaitu kesultanan Demak, yang rajanya masih keturunan dari Dinasti Majapahit. Sultan Demak yang pertama bernama Raden Patah atau Sultan Syah Alam Akbar. Beliau adalah putra Prabu Brawijaya V, raja Majapahit terakhir (Purwadi, 2010). Sebelum mendirikan Kerajaan Demak, Raden Patah terlebih dahulu membina basis pesantren. Raden Patah dalam menjalankan pemerintahannya, terutama dalam persoalan-persoalan agama, dibantu oleh para ulama, yakni Wali Sanga (Badri, 1996).

Peradaban Islam Jawa mulai berkembang lebih kukuh sejak berdirinya Kerajaan Demak. De Graaf mengatakan bahwa peradaban Islam mampu mengganti peradaban Hindu Jawa kuno Majapahit. De Graaf mengatakan “baru setelah kemenangan politik dan budaya menyebabkan ajaran dan tatanan baru menurut Islam mudah diikuti oleh masyarakat di kepulauan Nusantara (Purwadi, 2010).”

Ada dua pendapat tentang jatuhnya kerajaan Majapahit

  1. pertama, perang dengan Demak dan
  2. kedua jatuhnya Majapahit diakibatkan karena kelemahan ekonomi serta keruntuhan dalam negeri sendiri.

Pergolakan-pergolakan yang terjadi antara kota perdagangan dan Majapahit pada dasarnya karena perbedaan agama. Kota-kota perdagangan di pesisir utara telah dipengaruhi Islam sedangkan Majapahit masih beragama Hindu.

Perdagangan dengan luar negeri dikuasai oleh orang-orang asing seperti para saudagar muslim dari Persia, Gujarat (India Selatan), dan juga orang-orang Cina. Pada akhir abad ke-14 kekuasaan Majapahit mulai mundur dan timbul perpecahan dari dalam (perang Paregreg), sedangkan di pesisir mulai tumbuh subur kota-kota perdagangan yang dikuasai oleh orang-orang Islam. Sekitar 1520 M. Kekuasaan Majapahit telah runtuh, dan beralih ke kesultanan Demak di daerah pantai utara Jawa Tengah.

Demak adalah kesultanan atau kerajaan Islam pertama di pulau jawa. Kerajaan ini didirikan oleh raden Patah (1478-1518) pada tahun 1478, raden patah adalah bangsawan kerajaan Majapahit yang menjabat sebagai adipati kadipaten Bintara Demak. Pamor kesultanan ini didapatkan dari Walisanga, yang terdiri atas sembilan orang ulama besar, pendakwah Islam paling awal di pulau Jawa. Atas bantuan daerah-daerah lain yang sudah lebih dahulu menganut Islam seperti Jepara, Tuban dan Gresik, Raden Patah sebagai adipati Islam di Demak memutuskan ikatan dengan Majapahit saat itu, Majapahit memang tengah berada dalam kondisi yang sangat lemah. Dengan proklamasi itu, radeh Patah menyatakan kemandirian Demak dan mengambil gelar sultan Syah Alam Akbar.

Pada awal abad ke 14, kaisar Yan Lu dari Dinasti Ming di China mengirimkan seorang putri kepada raja Brawijaya V di Majapahit, sebagai tanda persahabatan kedua negara. Putri yang cantik jelita dan pintar ini segera mendapat tempat istimewa di hati raja. Raja Brawijaya sangat tunduk kepada semua kemauan sang putri jelita, hingga membawa banyak pertentangan dalam istana majapahit. Pasalnya sang putri telah berakidah tauhid. Saat itu, Brawijaya sudah memiliki permaisuri yang berasal dari Champa (sekarang bernama kamboja), masih kerabat raja Champa. Sang permaisuri memiliki ketidak cocokan dengan putri pemberian kaisar Yan Lu. Akhirnya dengan berat hati raja menyingkirkan putri cantik ini dari istana. Dalam keadaan mengandung, sang putri dihibahkan kepada adipati Pelembang, Arya Damar. Nah di sanalah raden Patah dilahirkan dari rahim sang putri cina. Nama kecil raden patah adalah pangeran Jimbun.

Pada masa mudanya raden Patah memperoleh pendidikan yang berlatar belakang kebangsawanan dan politik. 20 tahun lamanya ia hidup di istana Adipati Palembang. Sesudah dewasa ia kembali ke Majapahit. Raden Patah memiliki adik laki-laki seibu, tapi beda ayah. Saat memasuki usia belasan tahun, raden Patah bersama adiknya berlayar ke Jawa untuk belajar di Ampel Denta. Mereka mendarat di pelabuhan Tuban pada tahun 1419 M. Raden Patah sempat tinggal beberapa lama di Ampel Denta, bersama para saudagar muslim ketika itu. Di sana pula ia mendapat dukungan dari utusan kaisar Cina, yaitu laksamana Cheng Ho yang juga dikenal sebagai Dampo Awang atau Sam Poo Tai-jin, seorang panglima muslim. Raden patah mendalami agama Islam bersama pemuda-pemuda lainnya, seperti raden Paku (Sunan Giri), Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), dan raden Kosim (Sunan Drajat). Setelah dianggap lulus, raden Patah dipercaya menjadi ulama dan membuat permukiman di Bintara. Ia diiringi oleh sultan Palembang, Arya Dilah 200 tentaranya. Raden Patah memusatkan kegiatannya di Bintara, karena daerah tersebut direncanakan oleh Walisanga sebagai pusat kerajaan Islam di Jawa. Di Bintara, raden Patah juga mendirikan pondok pesantren. Penyiaran agama dilaksanakan sejalan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Perlahan-lahan, daerah tersebut menjadi pusat keramaian dan perniagaan.

Raden Patah memerintah Demak hingga tahun 1518, dan Demak menjadi pusat penyebaran Islam di Jawa sejak pemerintahannya. Secara beruturut-turut, hanya tiga sultan Demak yang namanya cukup terkenal, yakni raden Patah sebagai raja pertama, Adipati Muhammad Yunus atau Pati Unus sebagai raja kedua, dan

Sultan Trenggana, saudara Pati Unus, sebagai raja ketiga (1524-1546). Dalam masa pemerintahan Raden Patah, Demak berhasil dalam berbagai bidang, diantaranya adalah perluasan dan pertahanan kerajaan, pengembangan Islam dan pengamalannya, serta penerapan musyawarah dan kerja sama antara ulama dan umara (penguasa). Keberhasilan raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahkta Majapahit (1478), hingga dapat menggambil alih kekuasaan majapahit. Selain itu, Patah juga mengadakan perlawan terhadap portugis, yang telah menduduki malaka dan ingin mengganggu Demak. Ia mengutus pasukan di bawah pimpinan putranya, Pati Unus atau Adipati Yunus atau pangeran Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal. Perjuangan Raden Patah kemudian dilanjutkan oleh Pati Unus yang menggantikan ayahnya pada tahun 1518. Dalam bidang dakwah Islam dan pengembangannya, raden Patah mencoba menerapkan hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan mendirikan masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan masjid Agung Demak. Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh walisanga.

image

Kejayaan Kerajaan Demak


Masa kejayaan Demak terjadi pada masa Raden Patah. Dimana pada masa kepemimpinannya, kerajaan Demak berkembang dengan cepat karena pengaruh dari Wali Songo. Kerajaan Demak pun tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi kerajaan Islam yang besar. Kejayaan Raden Patah dalam memimpin kerajaan Demak terjadi pada tahun 1511. Daerah kekuasaannya pun meluas hingga daerah pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur. Dalam memimpin kerajaan Demak. Raden Patah tidak seorang diri. Ia dibantu oleh anaknya Pati Unus.

Raden Patah (1500-1518) Raden Patah adalah pendiri dan sultan pertama dari kerajaan Demak yang memerintah tahun 1500-1518 (Muljana, 2005). Menurut Babad Tanah Jawi, Raden Patah adalah putra prabu Brawijaya raja terakhir. Di ceritakan prabu Brawijaya selain kawin dengan Ni Endang Sasmitapura, juga kawin dengan putri cina dan putri campa. Karena Ratu Dwarawati sang permaisuri yang berasal dari Campa merasa cemburu, prabu Brawijaya terpaksa memberikan putri Cina kepada putra sulungnya, yaitu Arya Damar bupati Palembang. Setelah melahirkan Raden Patah, setelah itu putri Cina dinikahi Arya Damar, dan melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Raden Kusen. Demikianlah Raden Patah dan Raden Kusen adalah saudara sekandung berlainan bapak ( Muljana, 2005).

Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahta Majapahit (1478), hingga dapat menggambil alih kekuasaan Majapahit. Selain itu, Raden Patah juga mengadakan perlawan terhada Portugis, yang telah menduduki malaka dan ingin mengganggu Demak. Ia mengutus pasukan di bawah pimpinan putranya, Pati Unus atau Adipati Yunus atau Pangeran Sabrang Lor (1511), meski akhirnya gagal. Perjuangan Raden Patah kemudian dilanjutkan oleh Pati Unus yang menggantikan ayahnya pada tahun 1518. Dalam bidang dakwah Islam dan pengembangannya, Raden Patah mencoba menerapkan hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan mendirikan Masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan Masjid Agung Demak. Pendirian Masjid itu dibantu sepenuhnya oleh Walisanga. B. Adipati Unus (1518 - 1521).

Pada tahun 1518 Raden Patah wafat kemudian digantikan putranya yaitu Pati Unus. Pati Unus terkenal sebagai panglima perang yang gagah berani dan pernah memimpin perlawanan terhadap Portugis di Malaka. Karena keberaniannya itulah ia mendapatkan julukan Pangeran Sabrang Lor (Soekmono, 1973). Tome Pires dalam bukunya Suma Oriental menceritakan asal-usul dan pengalaman Pati Unus. Dikatakan bahwa nenek Pati Unus berasal dari Kalimantan Barat Daya. Ia merantau ke Malaka dan kawin dengan wanita Melayu. Dari perkawinan itu lahir ayah Pati Unus, ayah Pati Unus kemudian kembali ke Jawa dan menjadi penguasa di Jepara (Muljana, 2005). Setelah dewasa beliau diambil mantu oleh Raden Patah yang telah menjadi Sultan Demak I. Dari Pernikahan dengan putri Raden Patah, Adipati Unus resmi diangkat menjadi Adipati wilayah Jepara (tempat kelahiran beliau sendiri). Karena ayahanda beliau (Raden Yunus) lebih dulu dikenal masyarakat, maka Raden Abdul Qadir lebih lebih sering dipanggil sebagai Adipati bin Yunus (atau putra Yunus). Kemudian hari banyak orang memanggil beliau dengan yang lebih mudah Pati Unus. Tahun 1512 giliran Samudra Pasai yang jatuh ke tangan Portugis (Muljana, 2005).

Hal ini membuat tugas Pati Unus sebagai Panglima Armada Islam tanah Jawa semakin mendesak untuk segera dilaksanakan. Maka tahun 1513 dikirim armada kecil, ekspedisi Jihad I yang mencoba mendesak masuk benteng Portugis di Malaka gagal dan balik kembali ke tanah Jawa. Kegagalan ini karena kurang persiapan menjadi pelajaran berharga untuk membuat persiapan yang lebih baik. Maka direncanakanlah pembangunan armada besar sebanyak 375 kapal perang di tanah Gowa, Sulawesi yang masyarakatnya sudah terkenal dalam pembuatan kapal. Di tahun 1518 Raden Patah, Sultan Demak I bergelar Alam Akbar Al Fattah mangkat, beliau berwasiat supaya mantu beliau Pati Unus diangkat menjadi Sultan Demak berikutnya. Maka diangkatlah Pati Unus atau Raden Abdul Qadir bin Yunus. Armada perang Islam siap berangkat dari pelabuhan Demak dengan mendapat pemberkatan dari Para Wali yang dipimpin oleh Sunan Gunung Jati.

Pada masa pemerintahan Raden Patah, wilayah kekuasaan Kerajaan Demak cukup luas, meliputi Jepara, Tuban, Sedayu, Palembang, Jambi dan beberapa daerah di Kalimantan. Daerah-daerah pesisir di Jawa bagian Tengah dan Timur kemudian ikut mengakui kedaulatan Demak dan mengibarkan panji-panjinya. Kemajuan yang dialami Demak ini dipengaruhi oleh jatuhnya Malaka ke tangan Portugis. Karena Malaka sudah dikuasai oleh Portugis, maka para pedagang yang tidak simpatik dengan kehadiran Portugis di Malaka beralih haluan menuju pelabuhan-pelabuhan Demak seperti Jepara, Tuban, Sedayu, dan Gresik. Pelabuhan- pelabuhan tersebut kemudian berkembang menjadi pelabuhan transit.

Selain tumbuh sebagai pusat perdagangan, Demak juga tumbuh menjadi pusat penyebaran agama Islam. Para wali yang merupakan tokoh penting pada perkembangan Kerajaan Demak ini, memanfaatkan posisinya untuk lebih menyebarkan Islam kepada penduduk Jawa. Para wali juga berusaha menyebarkan Islam di luar Pulau Jawa. Penyebaran agama Islam di Maluku dilakukan oleh Sunan Giri sedangkan di daerah Kalimantan Timur dilakukan oleh seorang penghulu dari Kerajaan Demak yang bernama Tunggang Parangan.

Dalam memimpin Kerajaan Demak Raden Patah menunjukan berbagai keberhasilan yang dapat dicapai seperti:

  1. Keberhasilan Raden Patah dalam perluasan dan pertahanan kerajaan dapat dilihat ketika ia menaklukkan Girindra Wardhana yang merebut tahta Majapahit (1478), hingga dapat menggambil alih kekuasaan Majapahit.

  2. Selain itu, Raden Patah juga mengadakan perlawan terhadap Portugis (1511), yang telah menduduki Malaka dan ingin mengganggu Demak. Dengan mengirim pasukannya yang dipimpin oleh Pati Unus (anak Raden Patah).

  3. Dalam bidang dakwah Islam dan pengembangannya, Raden Patah mencoba menerapkan hukum Islam dalam berbagai aspek kehidupan. Selain itu, ia juga membangun istana dan mendirikan Masjid (1479) yang sampai sekarang terkenal dengan Masjid Agung Demak. Pendirian masjid itu dibantu sepenuhnya oleh Walisanga.

Referensi

http://repository.upy.ac.id/1705/1/Artikel.pdf

Kerajaan Demak awalnya merupakan daerah yang dikuasai oleh Kerajaan Majapahit. Ketika Kerjaan Majapahit runtuh, Kerajaan Demak memisahkan diri dari Ibu Kota di Bintoro. Dan menjadi kerajaan islam pertama yang ada di Pulau Jawa. Kerajaan Demak pertama kali didirikan oleh Raden Patah yang masih keturunan dari Majapahit dengan seorang putri dari Campa. Yang berlokasi di antara pelabuhan bergota dari kerajaan Mataram Kuno dan Jepara dan menjadi kerajaan dengan pengaruh sangat besar di Nusantara. Daerah kekuasa Demak mencangkup kota Banjar, Palembang, Maluku, dan bagian utara pada pantai Pulau Jawa.

Sumber Sejarah Kerajaan Demak

Sebelum menjadi sebuah kerajaan besar, Kerajaan Demak awalnya hanya terdiri dari daerah Glogoh atau Bintoro yang dimana masih menjadi bagian dari wilayah Kerajaan Majapahit. Namun setelah Kerajaan Majapahit gugur, Kerjaan Demak mulai berani untuk menampakan eksistensinya. Tak butuh waktu lama bagi kerajaan ini untuk menjadi kota besar sekaligus pusat perdagangan berkat adanya campur tangan dari Wali Songo Kerajaan Demak. Sehingga juga menjadi pusat penyebaran Agama Islam di Wilayah Jawa dan Nusantara Wilayah Timur.

Letak Kerajaan Demak

Secara geografis kerajaan ini berada di daerah Jawa Tengah. Pada mulanya, Kerajaan Demak berdiri atas bantuan dari Bupati pesisir Jawa Tengah dan Jawa Timur tepatnya di daerah Bintoro yang merupakan bagian dari Kerajaan Majapahit.

Kuasa penuh yang dipegang Raden Patah yang ibunya beragama Islam dari Jeumpa Pasai menjadikan Kerajaan Demak sangatlah strategis dari segi pertanian dan perdagangan.

Dulunya kerajaan ini berada di tepi selat antara Pegunungan Muria dan Jawa yang sebelumnya selat tersebut sangatlah lebar dan mampu dilayari kapal dagang Dari Semarang menuju Rembang.

Silsilah Kerajaan Demak

Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah yang mempunyai lima orang anak yaitu Pati Unus, Pangeran Sekar Seda Lepen, Sultan Trenggana, Raden Kanduwuran dan Raden Pamekas. Dari kelima anak Raden Patah yang pernah menjabat sebagai raja adalah Pati Unus, Pangeran Sekar Seda Lepen dan Sultan Trenggana. Namun dari itu semua, yang paling memiliki peran besar yaitu Raden Patah sebagai pendiri kerajaan dan kedua anaknya Pati Unus dan Sultan Trenggana. Sebab ketika kerajaan di tangan Pangeran Sekar Seda Lepen jabatan raja hanya bertahan sebentar karena anak dari Sultan Trenggana membunuhnya.

Sultan Trenggana mempunyai anak bernama Sultan Prawoto. Namun kemudian Sultan Prawoto dibunuh oleh Arya Penangsang anak dari Pangeran Sekar Seda Lepen. Dan tak selang berapa lama Arya Penangsang juga dibunuh oleh Sutawijaya anak angkat Jaka Tingkir.

Masa Pemerintahan

1. Masa Pemerintahan Raden Patah

Raden Patah memperoleh gelar sebagai Sultan Alam Akbar al Fatah. Di bawah pimpinannya Kerajaan Demak menjadi pusat penyebaran Agama Islam dan menjadi kerjaaan yang besar. Selama 18 tahun sejak 1500 hingga 1518 menjabat sebagai raja, Raden Patah membangun Masjid Agung Demak serta Alun-alun di tengah Kota Demak. Setelah jatuhnya Malaka ke Portugis, kedudukan kerajaan ini di dalam pusat penyebaran agama Islam semakin jaya. Namun karena hal itu juga, Kerajaan Demak terancam. Sehingga Raden Patah megutus Pati Unus untuk merebut Malaka dari tangan Portugis. Dan Kerajaan Demak dibantu oleh Aceh dan Palembang. Namun hal itu tidak cukup membantu karena kelengkapan senjata menjadi masalah utama kegagalan misi Pati Unus.

2. Masa Pemerintahan Pati Unus

Pati Unus merupakan raja yang paling sebentar masa jabatannya. Yaitu sejak tahun 1518 hingga 1521. Meskipun dengan jabatan yang singakat, Pati Unus mampu memberikan gertakan kepada Portugis.

Pati Unus mendapatkan gelar sebagai Pangeran Sebrang Lor karena mempunyai keberanian untuk melawan Portugis demi merebut Malaka.

Meskipun misi itu gagal, Pati Unus pernah mengirim katir yang menyebabkan Portugis kekurangan makanan

Masa Pemerintahan Sultan Trenggana ( Masa Kejayaan Kerajaan Demak )

Jabatan Sultan Trenggana merupakan yang paling lama daripada kedua orang diatas. Beliau mulai menjabat sebagai raja sejak tahun 1521 hingga 1546 dan disaat kepemimpinannyalah Kerajaan Demak mengalami kejayaan.

Karakternya yang bijaksana dan gagah berani mampu membuat rakyat patuh padanya.

Wilayah kerajaan juga diperlebar dari Jawa Timur menuju Jawa Barat. Pada tahun 1522, beliau mengirim pasukan menuju Sunda Kelapa guna mengalahkan Portugis di bawah pimpinan Fatahillah.

Dan kemudian di tahun 1527, suda kelapa direbut oleh Kerajaan Demak dan berganti nama menjadi Jayakarta yang berarti kemenangan yang sempurna.

Sultan Trenggana mempunyai cita-cita menyatukan Pulau Jawa di bawah Kerajaan Demak.

Langkah demi langkah beliau lakukan untuk meraih cita-cita tersebut diantaranya menyerang daerah Pasuruan(Kerajaan Hindu Supit Urang namun gagal karena Sultan Trenggana meninggal dunia), menyerang Jawa Barat dan juga mengadakan perkawinan politik.

Serangangan jawa barat dipimpin oleh Fatahillah yang meliputi daerah Banten, Sunda Kelapa serta Cirebon dan ketiganya berhasil ditaklukan.

Kemudian untuk perkawinan politik dilakukan oleh Sultan Trenggana seperti adipati Jepara dinikahkan dengan putrinya, Fatahillah dengan adiknya, Pangeran Pasarehan (Raja Cirebon) dengan putrinya, serta Jaka Tingir adipati Pajang dengan putrinya.

Kehidupan Kerajaan Demak

Kehidupan Politik Kerajaan Demak

Dimulai dari pendirinya yakni Radepn Patah yang mendapat gelar Senapati Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Sayidin Panatagama kerajaan ini dibawah pimpinannya.

Sisitem kerajaan kesultanan atau menganut Agama Islam. Setelah Raden Patah wafat digantikan oleh Pati Unus yang dulunya merupakan seorang panglima armada laut Kerajaan Demak.

Dengan keberaniannya, Pati Unus menyerang Portugis walaupun misinya gagal beliau tetap mendapatkan julukan Pangeran Sebrang Lor karena keberaniannya tersebut.

Setelah Pati Unus wafat kemudian digantikan oleh Sultan Trenggana, dan dibawah kepemimpinan beliaulah Kerajaan Demak mengalami puncak kejayaan.

Kehidupan Ekonomi Kerajaan Demak

Menjadi salah satu pelabuhan terbesar di Nusantara, Demak memagang peranan yang penting dalam berbagai aktivitas perekonomian antarpulau.

Hal itu juga ditunjang dari daerah pertanian yang lumayan luas dan menjadi sumber penghasilan bahan makanan seperti beras dan lainnya. Hal ini juga membuat aktivitas perdagangan semakin meningkat. Barang yang diekspor yaitu Lilin, Madu dan Beras.

Diekspor ke Malaka melalui Pelabuhan Jepara. Melalui aktivitas tersebutlah kerajaan demak mendapat keuntungan sangat besar.

Kehidupan Sosial dan Budaya

Dalam kehidupan sosial dan budaya, kerajaan ini sudah hidup dengan tentran dan teratur. Roda kehidupan diatur dengan menggunakan hukum Islam sebab pada dasarnya Demak merupakan tempat berkumpulnya para Wali Sanga yang menyebarkan islam di pulau Jawa.

Masa Kejayaan Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan yang berkembang dengan sangat pesat. Bahkan tak ada kerajaan yang dapat menandingi kerajaan ini. Dan perluasan wilayah kerajaan ini dibawah pimpinan Pati Unus dan Sultan Trenggana.

  1. Pati Unus

Pada masa Pati Unus perluasan wilayah lebih kepada kemaritiman. Pati Unus memerintahkan pasukannya untuk merebut Malak dari tangan Portugis.

Namun misi itu gagal karena kekalahan persenjataan yang dimiliki kerajaan kurang. Pati Unus berpendapat bahwa keberadaan Portugis di Malaka dapat membuat cita-cita menjadi kerajaan maritim terganggu.

2. Sultan Trenggana

Sultan Trenggana adalah seorang pemimpin yang berperan dalam penyebaran Islam di daerah Jawa Timur dan juga Jawa Tengah. Di bawah kepemimpinan beliau, Kerajaan Demak mampu menguasai daerah-daerah di Jawa.

Daerah tersebut diantaranya seperti Sunda Kelapa dari Padjajaran dan menghalau Portugis untuk mendarat di Sunda Kelapa, Madiun, Surabaya dan Pasuruan. Selain itu, Sultan Trenggana juga menghalau Portugis mendarat di Malang, Blambangan serta Kerajaan Hindu terakhir yang berada di ujung timur Pulau Jawa.

Setelah beliau wafat, jabatannya digantikan oleh Sunan Prawoto. Sementara itu Putra Sunan Gunung Jati Maulana Hasanuddin diperintah oleh Sultan Trenggana untuk menundukkan Banten.

Sejak saat itulah Banten dijadikan sebagai kerajaan yang mandiri. Kemudian Sunan Kudus menjadi seorang imam di Masjid Agung Demak sekaligus menjadi pimpinan utama dalam misi menghancurkan Kerajaan Majapahit sebelum beliau pindah ke Kudus.

Runtuhnya Kerajaan Demak

Setelah Sultan Trenggana wafat, Kerajaan Demak perlahan mulai memudar kekuatannya dan terjadi perebutan kekuasaan semenjak Sultan Trenggana wafat.

Pada awalnya jabatan Sultan Trenggana diambil alih oleh saudaranya Pangeran Sedo Lepen, namun anak kandung dari sultan yang bernama Pangeran Prawoto tidak terima sehingga Pangeran Sedo Lepen dibunuh.

Tak hanya samapi situ saja, putra dari Pangeran Sedo Lepen yang bernama Arya Penangsang tidak terima lalu membunuh Pangeran Prawoto, sehingga jatuhlah kekuasaan Kerajaan Demak di tangannya.

Namun selang beberapa waktu, Arya Penangsang dikalahkan oleh anak angkat Joko Tingkir Sutawijaya sehingga kekuasaannya jatuh ke tangan Joko Timgkir dan dipindahkan ke Pajang. Dan sejak saat itulah Kerajaan Demak berakhir.

Peninggalan Kerajaan Demak

Dengan panjangnya cerita sejarah yang menyelimuti Kerajaan Demak, maka banyak pula peningglan dari kerjaan ini diantaranya seperti :
1. Masjid Agung Demak

Terletak di Desa Kauman, Demak, Jawa Tengah, Masjid Agung Demak menjadi salah satu peninggalan yang sangat memiliki historis, bernilai filosofis dan menjadi simbol keislaman warga Demak.

Didirikan oleh Walisongo pada tahun 1479, masjid ini telah mengalami pemugaran berkali-kali.

Masjid ini juga menjadi bukti sejarah paling autentik mengenai Kerajaan Demak yang tumbuh menjadi kerajaan yang menjadi pusat penyebaran umat Islam di Jawa. Nilai filosofi dan juga arsitektur dari masjid ini sangatlah memukau.

  1. Pintu Bledek

Pintu Bledek dibuat oleh Ki Ageng Selo merupakan salah satu bagian yang ada di Masjid Agung Demak yang tak kalah akan histori di baliknya.

Pintu yang bermakna pintu petir adalah pintu yang terbentuk dari petir yang menyambar, karena konon katanya pintu ini di buat melalui petir yang menyambar.

Sejak tahun 1466 pintu ini telah digunakan dan pada awalnya merupakan pintu utama Masjid Agung Demak yang sekarang sudah tidak digunakan lagi.

3. Soko Tatal Atau Soko Guru

Soko Guru atau soko tatal merupaka tiang yang mempunyai diameter 1 meter yang berfungsi sebagai penyangga masjid.

Berjumlah 4 buah, tinag ini menjadi penyangga dari Masjid Agung Demak yang merupakan buatan Sunan Kalijaga sendiri.

Disaat pendirian masjid, hanya 3 buah tiang saja yang jadi, sehingga untuk mengejar ketertinggalan kurangnya 1 Soko Guru dibuatlah Soko yang terbuat dari Tatal.

Sunan Kalijaga menyambungkan sisa dari ketiga soko tersebut menggunakan kekuatan spiritual sehingga jadilah Soko Guru yang berasal dari tatal.

4. Bedug Dan Kentongan Masjid Agung Demak

Beduk dan kentongan yang berada di Masjid Agung Demak rupanya peninggalan Kerajaan Demak yang juga memiliki sejarah tinggi.

Bentuk kentongan yang seperti tapal kuda memiliki arti jika kentongan dibunyikan maka warga harus segera menuju masjid secepat kuda.

Namun sekarang kedua benda tersebut sudah tidak digunakan lagi, tapi masih dapat kalian jumpai ketika berkunjung ke Masjid Agung Demak.

5. Situs Kolam Wudlu Masjid Demak

Dulunya kolam ini digunakan oleh musafir dan juga para santri untuk berwudhu ketika datang waktu sholat. Berbeda dengan zaman sekarang, tempat wudhu jaman dahulu berbentuk kolam.

Dan sekarang kolam itu sudah tidak digunakan kembali karena hanya diabadikan sebagai bentuk peninggalan yang masih ada di Masjid Agung Demak.

6. Maksurah Maksurah

Maksurah-maksurah merupakan dinding yang terukir kaligrafi di dalam Masjid Agung Demak.

Kaligrafi dengan berbahasa arab ini sangatlah indah sehingga berpadu dengan arsitekstur Masjid Agung Demak yang juga tak kalah indah.

Dinding ini dibuat pada tahun 1866 yang kala itu Demak sedang dijabat oleh Aryo Purbaningrat.

7. Dampar Kencana

Dampar Kencana merupakan singgasana Sultan Kerajaan Demak. Dampar ini pernah dijadikan sebagai mimbar khutbah di Masjid Agung Demak sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada Sultan Kerajaan Demak. Dan sekarang dampar ini telah disimpan di dalam museum Masjid Agung Demak.

8. Piring Campa

Piring Campa adalah piring yang diberikan Putri dari Campa. Putri dari Campa itu sendiri merupakan Ibu dari Raden Patah. Beliau merupakan keturunan dari Pasai yang beragama Islam.

Jumlah piringnya mencapai 65 buah piring yang dimana sebagian dari piring tersebut dipasang di dinding Masjid Agung Demak dan sebagian lainnya diletakkan di tempat Imam.

Kehadiran dari piring-piring ini semakin menambah nilai filosofis Masjid Agung Demak.

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama yang berdiri di Pualu Jawa. Penyebaran Agama Islam dimulai salah satunya melalui Kerajaan Demak ini.

Tak dapat dipungkiri bahwa pengaruh kerajaan Demak memang sangatlah besar. Bahkan para Raja turun tangan langsung dalam misi penyebaran Agama Islam. Baik dengan meluaskan wilayah atau memerangi Kerajaan Hindu lainnya.

Selain itu, peran Wali Songo juga menjadi pendorong Kerajaan Demak dapat tetap bertahan. Meskipun akhir dari Kerajaan Demak diwarnai dengan perebutan kekuasaan namun pengaruhnya memang sangatlah besar bagi Islam.