Apa yang anda ketahui tentang Kerajaan Banten ?

Kerajaan Banten

Kerajaan Banten meliputi wilayah sebelah barat pantai Jawa sampai ke Lampung. Daerah ini sebenarnya merupakan daerah tetangga Kerajaan Pajajaran, yang dalam Carita Parahyangan dikenal dengan nama Wahanten Girang. Peletak dasar Kerajaan Banten adalah Syarif Hidayutullah atau Sunan Gunung Jati. Tahun 1526 M, Syarif Hidayatullah menguasai bagian barat pantai utara jawa untuk menundukkan Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Banten dijadikan sebagai basis penyerangan ke Karajaan Pajajaran dilakukan karena Kerajaan Pajajaran menolak usaha penyebaran agama Islam.

Akhirnya pelabuhan Sunda Kelapa merhasil dikuasai pada tahun1527, tetapi Kerajaan Banten masih tetap menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Demak, Ketika Sultan Hadiwijaya berkuasa di Demak. Raja yang pertama adalah putra Syarif Hidayatullah, Maulana Hasanuddin. Penguasa Kerajaan Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf (1570-1580). Selama sembilan tahun dibawah pimpinan Maulana Yusuf kerajaan Banten berusaha menundukkan Pakuan ibukota kerajaan Pajajaran, Namun pada tahun 1579 Banten berhasil menaklukan Pakuan.

Setelah Maulana Yusuf meninggal dunia tahun1580, tahta kerajaan Banten jatuh ke tanggan Maulana Muhammad yang masih berusia 9 tahun. Oleh karena masih sangat muda, kekuasaan pemerintahan dijalankan oleh sebuah badan perwalian yang terdiri dari Kali (Jaksa Agung) dan empat menteri. Badan perwalian ini berkuasa sampai Maulana Muhammad cukup umur untuk memerintah.

Tahun 1596, Banten melancarkan serangan terhadap Kerajaan Palembang, serangan tersebut dipimpin oleh Maulana Muhammad, penyerangan ini bertujuan untuk melancarkan jalur perdagangan hasil bumi dan rempah-rempah dari daerah Sumatra. Namun penyerangan itu tidak berhasil dan Maulana Muhammad gugur. Wafatnya Maulana mengakibatkan kosongnya pemerintahan di Banten. Sedangkan anaknya yang bernama Abu Mufakhir masih berusia 5 bulan. Untuk sementara Kerajaan Banten di pimpin oleh badan perwalian yang di ketuai oleh Jayanegara(wali kerajaan) dan Nyai Emban Rangkung (pengasuh pangeran). Pada masa ini armada dagang Belanda tiba di Banten, Armada ini dipimpin oleh Cornelis de Houtman pada tahun 1596.

Apa yang anda ketahui tentang Kerajaan Banten ?

Kerajaan Banten menjadi sebuah Kerajaan Islam yang berdaulat di Pasundan pada tahun 1552 Masehi. Banten sebelum tahun tersebut merupakan Keadipatan/Kerajaan bawahan kerajaan lain, yaitu bawahan Kerajaan Pakuan Pajajaran (sebelum 1525) dan Demak (Setelah 1525 sampai 1552), penguasa Banten pada waktu itu disebut Pucukumun.

Kisah pendirian Banten menjadi sebuah Kerajaan Islam kira-kira dimulai pada tahun 1500, atau 52 tahun sebelum Kerajaan ini didirikan. Kisah pendirian Banten dimulai dari gerakan dakwah Raja Cirebon (Syarif Hidayatullah) untuk mengislamkan rakyat Banten, beliau terjun ke pelosok-pelosok desa di Banten untuk menyebarkan Islam disana, sementara Pemerintahan Kesultanan Cirebon diserahkan kepada uwaknya Pangeran Cakrabuana.

Dalam menjalankan misinya itu, Syarif Hidaytullah merekrut 90 orang tim dakwah yang semuanya merupakan murid-muridnya, Sembilan puluh murid-murid Syarif Hidayatullahitulah itulah yang kemudian menjadi penerus dakwah Syarif Hidayatullah di Banten. Setelah beberapa lama dakwah di Banten rupanya Pucuk Umun Banten merasa tertarik dengan Syarif Hidayatullah, baik tertarik karena ahlaq maupun tertarik karena status Syarif Hidayatullah yang sebagai Raja Cirebon, Pucuk Umun kemudian memutuskan untuk menjalin hubungan kekeluargaan dengan Syarif Hidayatullah, beliaupun kemudian menikahkan adiknya yang bernama Nyaimas Kawunganten dengan Syarif Hidayatullah, dari perkawinan ini kemudian melahirkan dua anak, yaitu Ratu Ayu Winoan dan Pangeran Sabakingkin atau yang mempunyai nama lain Maulana Hasanudin.

Setelah Maulana Hasanudin tumbuh menjadi seorang pemuda, beliaupun kemudian meneruskan misi ayahnya untuk mensyiarkan agama Islam di Banten. Sementara ayahnya pada waktu itu telah kembali memerintah di Cirebon.

image

Pada Tahun 1522 Kerajaan Katolik Portugis mengadakan Perjanjian dengan Kerajaan Sunda, dalam perjanjian ini disepakati mengenai rencana pembuatan Benteng Portugis di Pelabuhan Sunda Kelapa, perjanjian ini juga berimbas pada orang-orang Islam di wilayah Kerajaan Sunda, dakwah Islam yang dahulnya bebas dilaksanakan kini dibatasi dan diawasi dengan ketat oleh Kerajaan Pajajaran.

Banten yang pada waktu itu sebagai bahwan Kerajaan Pakuan Pajajaran tentunya kemudian mengikuti perintah atasannya untuk melakukan kegiatan pembatasan pada misi-misi dakwah Islam di Pasundan dengan tujuan membendung kekuatan-kekuatan orang Islam yang mengacam keberadaan Portugis di Malaka.

Mendapati perjanjian Portugis-Sunda yang merugikan orang-orang Islam tersebut, kemudian Demak dan Cirebon mengadakan rencana invasi ke daerah-daerah pesisir barat Pajajaran yang memiliki pelabuhan, khusunya Banten dan Sunda kelapa. Misi dari invasi ini adalah mengagalkan Portugis untuk melemahkan Kerajaan-Kerajaan Islam di Jawa.

Pada tahun 1525 Pasukan Cirebon dan Demak menginvasi Banten dengan dibantu oleh Maulana Hasanudin, dalam invasi ini Banten berhasil dikuasai, setelah menaklukan Banten selanjutnya pasukan Gabungan Demak dengan Cirebon menginvasi Sunda Kelapa pada tahun 1527. Invasi ini juga berhasil.

Keberhasilan Cirebon dan Demak merebut Banten pada tahun 1522 ini, kemudian ditindak lanjuti dengan mendirikan pemerintahan baru di Banten, atas usulan Raja Cirebon, akhirnya Banten kemudian dijadikan sebagai Negara Islam berdaulat dengan Raja Pertamanya Pangeran Sabakingkin atau Maulana Hasanudin.

Mulai setelah dilantiknya Maulana Hasanudin menjadi Raja Banten itulah merupakan hari kelahiran Kerajaan Banten. Maulana Hasanudian dilantik menjadi Raja Banten pada Tahun 1552 atau 30 Tahun setelah penaklukan Banten oleh Cirebon dan Demak. Banten sebelum tahun ini merupakan bawahan Demak/Cirebon.

Kejayaan Kerajaan Banten

Titik awal kejayaan Kerajaan Banten dimulai ketika Banten berhasil menaklukan Kerajaan Pajajaran pada tahun 1567 oleh Maulana Hasudin, kemudian dilanjutkan dengan penaklukan total kerajaan Pakuan Pajajaran pada tahun 1579 oleh Maulana Yusuf, penaklukan Pajajaran oleh Banten kemudian membawa Banten menjadi Kerajaan Adidaya di bagian barat pulau Jawa, masa kejayaan Banten kemudian diteruskan sampai pada pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, pada masa ini Banten mampu menguasai daerah-daerah diluar pulau Jawa.

Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa meletus konflik keluarga, Sultan Ageng berkonfilik dengan anaknya Sultan Haji, peristiwa ini terjadi pada tahun 1680, dalam peristiwa konflik keluarga ini rupanya Belanda memanfaatkan suasana, Belanda mendukung Sultan Haji untuk merebut tahta Kerajaan dari bapaknya, dan benar saja dalam konflik bersenjata itu kemudian Sultan Haji dapat mengalahkan ayahnya, dan mulai setelah itu kemudian Sultan Haji menduduki sebagai Raja Banten. Jaman Sultan Haji merupakan jaman pembuka keruntuhan Kerajaan Banten, sebab pada masa Sultan Haji dan Raja-raja setelahnya Banten banyak dipengaruhi oleh Belanda.

Keruntuhan Kerajaan Banten


image

Meskipun setelah Sultan Haji naik tahta, Banten dibawah kendali Belanda, akan tetapi kerajaan Banten masih bertahan hingga menelurkan beberapa Raja setelahnya, namun pada masa Sultan Abul Nashar Muhammad Ishaq Zainulmutaqin yaitu pada tahun 1808 Banten kemudian benar-benar runtuh.

Titik awal keruntuhan kerjaan Banten dimulai pada tahun 1808 masehi, pada tahun ini Banten terlibat konflik dengan Gubernur Jendral Hindia Belanda yang bernama Herman Wiliam Deandles, konfilik pada mulanya disebabkan oleh penolakan Sultan terhadap perintah semena-mena Herman Willem Daendels.

Daendels memerintahkan Sultan Banten untuk memindahkan ibu kota kerajaannya ke Anyer dan menyediakan tenaga kerja untuk membangun pelabuhan yang direncanakan akan dibangun di Ujung Kulon. Sultan menolak perintah Daendels, sebab bagi Sultan Pemindahan secara paksa Ibukota Banten dari tempat asalnya merupakan penghinaan pada kedaulatan Banten. Bahkan saking marahnya Sultan Banten memproklamirkan perang dengan cara membunuh utusan Deandles.

Mendapati pembangkangan Sultan Banten, Daendels memerintahkan penyerangan atas Banten dan penghancuran Istana Dan Ibukota Banten. Perang Banten Vs Hindia Belanda dibawah Gubernur Deandles pun kemudian meledak, dalam peperangan ini Banten kemudian dapat ditaklukan, sementara Ibukota dan Istana Banten dibombardir, keduanya rata dengan tanah, Deandles hanya menyisakan Masjid Agung Banten.

Setelah kalah dalam peperangan Sultan Banten beserta keluarganya berhasil menyelamatkan diri, akan tetapi kemudian tertangkap dan dipenjarakan di Benteng Speelwijk, dan untuk selanjutnya dibuang ke Batavia. Dan tepat pada 22 November 1808, Daendels mengumumkan dari markasnya di Serang bahwa wilayah Kesultanan Banten masuk kedalam wilayah Hindia Belanda.

Kerajaan Banten adalah salah satu kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tanah Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Wilayah kerajaan meliputi sebelah barat pantai Jawa hingga ke Lampung.

Pada awal abad ke-16, daerah pajajaran yang beragama hindu. pusat kerajaan ini berlokasi di pakuan ( sekarang bogor ). kerajaan pajajaran memiliki bandar-bandar penting seperti banten, sunda kelapa ( jakarta ) dan cirebon.

Kerajaan pajajaran telah mengadakan kerja sama dengan portugis. oleh kerena itu, portugis diizinkan mendirikan kantor dagang dan benteng pertahanan di sunda kelapa. untuk membendung pengaruh portugis di pajajaran, sultan trenggono dari demak memrintahkan fatahilah selaku panglima perang demak untuk menaklukan bandar-bandar pajajaran. pada tahun 1526, armada demak berhasil menguasai banten.

Pasukan fatahillah juga berhasil merebut pelabuhan sunda kelapa pada tanggal 22 juni 1527. sejak saat iru nama “sunda kelapa” diubah menjadi “jayakarta” atau “jakarta” yang berarti kota kemenanggan. tanggal itu ( 22 juni ), kemudian dijadikan hari jadi kota jakarta.

banten

Dalam waktu singkat. seluruh pantai utara jawa barat dapat dikuasai fatahillah,agama islam lambat laun tersebar di jawa barat. Fatahillah kemudian menjadi wali ( ulama besar ) dengan gelar sunan gunung jati dan berkedudukan di cirebon. Pada tahun 1552, putra Fatahillah yang bernama Hasanudin diangkat menjadi penguasa banten. putranya yang lain, pasarean diangkat menjadi penguasa di cirebon. Fatahillah sendiri mendirikan pusat kegiatan keagamaan di gunung jati, cirebon sampai beliau wafat pada tahun pada tahun 1568. jadi, pada awalnya kerajaan banten merupakan wilayah kekuasaan kerajaan demak.