Apa yang Anda ketahui tentang Kelelahan?

tired

Kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh 2(dua) sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur, 2009). Apa yang Anda ketahui tentang Kelelahan ?

Definisi Kelelahan


Kata lelah menunjukkan keadaan tubuh fisik dan mental yang berbeda, tapi semuanya berkaitan kepada penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja (suma’mur, 2009).

Menurut Grendjen (1993) dalam Tarwaka (2011), kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirah.kelelahan diatur sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sisitem aktivitas (bersifat simpatis) dan inhibis (bersifat parasimpatis). Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda pada setiap individu, tetapi semua bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Menurut astrand dan rodhl (1997) dalam Tarwaka (2011) secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik maksimal.

Jenis-jenis Kelelahan


Kelelahan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu berdasarkan proses, waktu, dan penyebab terjadinya kelelahan. Berdasarkan proses, meliputi :

  1. Kelelahan otot (muscular fatigue)

    Kelelahan otot menurut Suma’mur (1999) adalah tremor pada otot atau perasaan nyeri yang terdapat pada otot. Hasil percobaan yang dilakukan para peneliti pada otot mamalia, menunjukkan kinerja otot berkurang dengan meningkatnya ketegangan otot sehingga stimulasi tidak lagi menghasilkan respon tertentu. Manusiapun menunjukkan respon yang sama dengan proses yang terjadi pada percobaan diatas. Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode aktivitas secara terus menerus.

    Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan otot secara fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan (Budiono, 2003).

  2. Kelelahan umum

    Pendapat Grandjean (1993) yang dikutip oleh Tarwaka (2004), biasanya kelelahan umum ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja, yang sebabnya adalah pekerjaan yang monoton, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, Sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi. Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik. Pengaruh- pengaruh ini seperti berkumpul didalam tubuh dan mengakibatkan perasaan lelah (Suma’mur, 1996).
    Menurut Budiono (2003), gejala umum kelelahan adalah suatu perasaan letih yang luar biasa dan terasa aneh. Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa mengantuk.

Berdasarkan waktu terjadi kelelahan, meliputi :

  1. Kelelahan akut

    Yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.

  2. Kelelahan kronis

    Merupakan kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan “kebencian” yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain (Budiono, 2003)

Berdasarkan penyebab kelelahan, meliputi :

  1. Kelelahan fisiologis

    Merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu.

  2. Kelelahan psikologis

    Terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan (Depnaker, 2004). Observasi yang pernah dilakukan, bahwa perasaan letih seperti haus, lapar dan perasaan lainnya yang sejenis merupakan alat pelindung alami sebagai indikator bahwa keadaan fisik dan psikis seseorang menurun.

Gejala Kelelahan Kerja


Menurut Chavalitsakulchai dan Shahnavas (1991) dalam Styawati (2010) kelelahan kerja pada umunya dikeluhkan sebagai kelelahan dalam sikap, orientasi, dan penyesuaian pekerja yang mengalammi kelelahan kerja.Menurut Suma’mur (2009) suatu daftar gejala atau tanda yang ada hubunganya dengan kelelahan adalah :

  1. Perasaan berat di kepala
  2. Menjadi lelah seluruh badan
  3. Kaki merasa berat
  4. Menguap
  5. Merasa kacau pikiran
  6. Menjadi mengantuk
  7. Merasa beban pada mata
  8. Kaku dan canggung dalam gerakan
  9. Tidak seimbang dalam berdiri
  10. Mau berbaring
  11. Merasa susah berfikir
  12. Lelah bicara
  13. Menjadi gugup
  14. Tidak dapat berkonsentrasi
  15. Tidak dapat memusatkan perhatian terhadap sesuatu
  16. Cenderung untuk lupa
  17. Kurang kepercayaan
  18. Cemas terhadap sesuatu
  19. Tidak dapat mengontrol sikap
  20. Tidak dapat tekun dalam pekerjaan
  21. Sakit kepala
  22. Kekakuan di bahu
  23. Merasa nyeri di punggung
  24. Merasa pernafasan tertekan
  25. Haus
  26. Suara serak
  27. Merasa pening
  28. Spasme kelopak mata
  29. Tremor pada anggota badan
  30. Merasa kurang sehat

Gejala perasaan atau tanda kelelahan 1-10 menunjukkan melemahnya kegiatan, 11-20 menunjukkan melemahnya motivasi dan 20-30 gambaran kelelahan fisik sebagai akibat dari keadaan umum yang melelahkan. Menurut Gilmer (1966) dan Cameron (1973) dalam Setyawati (2010), ada beberapa gejala akibat kelelahan kerja antara lain :

  • Gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti :

    • Penurunan kesiagaan dan perhatian
    • Penurunan dan hambatan persepsi
    • Cara berfikir atau perbuatan anti sosial
    • Tidak cocok dengan lingkungan
    • Depresi
    • Kurang tenaga
    • Dan kehilangan inisiatif
  • Gejala umum yang menyertai gejala-gejala diatas adalah :

    • Sakit kepala
    • Vertigo
    • Gangguan fungsi paru dan jantung
    • Kehilangan nafsu makan
    • Serta gangguan pencernaan

Disamping gejala-gejala pada kelelahan kerja kronis terdapat pula gejala-gejala yang tidak spesifik berupa :

  1. Kecemasan
  2. Perubahan tingkah laku
  3. Kegelisahan
  4. Dan sukar tidur

Faktor Penyebab Kelelahan Kerja


Grandjean (1991) dalam Tarwaka (2011) menjelaskan bahwa faktor penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk memelihara dan mempertahankan kesehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus dilakukan di luar tekanan.penyegaran terjadi terutama selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu- waktu berhenti kerja juga dapat memberikan penyegaran. Faktor-faktor penyebab kelelahan antara lain :

  1. Intensitas dan lamanya kerja fisik mental
  2. Lingkungan: iklim, penerangan, kebisingan
  3. Cicardian rhythm
  4. Problem fisik: tanggung jawab, kekhawatiran koflik
  5. Nutrisi
  6. Kondisi kesehatan

Menurut Suma’mur (2009) penyebab kelelahan yaitu:

  1. Monoton.
  2. Intensitas lamanya kerja mental dan fisik.
  3. Keadaan lingkungan.
  4. Keadaan kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik.

Faktor internal dan faktor eksternal penyebab kelelahan dari tenaga kerja :

  • Faktor Internal
  1. Usia
    Glimer (1966) dalam Setyawati (2011) faktor usia merupakan hal yang tidak dapat diabaikan, mengingat usia berpengaruh terhadap kekuatan fisik dan mental seseorang serta pada usia tertentu seorang pekerja akan mengalami perubahan prestasi kerja. Puncak kekuatan otot pada laki-laki dan wanita sekitar usia 25-35 tahun.

  2. Jenis Kelamin
    Pria dan wanita berbeda dalam kemampuan fisiknya, kekuatan kerja ototnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui ukuran tubuh dan kekuatan otot dari wanita relatif kurang jika di bandingkan pria. Kemudian pada saat haid yang tidak noormal maka akan dirasakan sakit sehingga akan lebih cepat lelah (suma’mur, 2009).

  3. Status Gizi
    Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitanya dengan tingkat gizi seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan unntuk pemeliharaan tubuh, perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan (Suma’mur,2009).
    Status gizi ini bias dihitung dengan menghitung indeks masa tubuh (IMT) dengan rumus :
    image
    Nilai Standar IMT :
    image

  4. Psikis
    Tenaga kerja yang mempunyai masalah pisikologis amatlah mudah mengidap suatu bentuk kelelahan kronis. Salah satu penyebab dari reaksi psiklogis adalah pekerjaan yang monoton yaitu, suatu kerja yang berhubungan dengan hal yang sama dengan hal yang sama dalam periode atau waktu yang tertentu, dan dalam jangka waktu yang lama dan biasanya dilakukan oleh suatu produksi yang besar (Ramadhani,2003).

  • Faktor Eksternal
  1. Beban Kerja
    Setiap pekerjaan merupakan beban bagi pelakunya. Beban yang dimaksud mungkin fisik, mental, ataupun sosial (Suma’mur,2009). Bahkan banyak juga di jumpai kasus kelelahan kerja dimana hal itu adalah sebagai akibat dari pembebanan kerja yang berlebihan(Ramandhani,2003).

  2. Aktivitas fisik
    Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi kelelahan. Semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan maka kelelahan tenaga kerja semakin meningkat

  3. Masa kerja
    Masakerjaadalahdihitung dari hari pertama masuk kerja sampai dengan saat penelitian dilakukan yang diukur dalam satuan tahun.

  4. Lama kerja
    Lamanya seseorang bekerja dengan baik dalam sehari

  5. Iklim Kerja
    Iklim Kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembapan udara, kecepatan gerakan, dan suhu radiasi. Untuk ukuran suhu nikmat untuk orang dewasa 24-26°C. Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya koordinasi otot. Suhu panas akan berakibat pada menurunya prestasi kerja pikir.

    Penurunan sangat hebat sesudah 32°C. Suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, menggangu kecermatan dan kinerja otak, mengganggu kordinasi syaraf perasa dan motoris, serta memudahkan untuk dirangsang (Suma’mur, 2009). Pengaruh lainya adalah semakin cepatnya denyut jantung karena semakin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Apabila pasokan oksigen tidak mencukupi kekurangan oksigen jika terus-menerus, maka terjadi akumulasi yang selanjutnya terjadi metabolisme anaerobik dimana akan menghasilkan asam laktat yang mempercepat kelelahan (Santoso, 2004).

Pengukuran Kelelahan


Menurut Grandjean (1993) dalam Tarwaka (2011) pengukuran kelelahan kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu antara lain sebagai berikut :

  1. Kualitas dan kuantitas kerja
    Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti target produksi, faktor sosial dan prilaku psikologi dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kecelakaan, tetapi faktor tersebut merupakan causal faktor.

  2. Uji pisiko motor
    Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi, dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian rangsangan sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu dan denting suara serta sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk adanya perlambatan pada proses faal syaraf dan otot.

  3. Uji hilangnya kerlipan
    Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kerlipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan unyuk jarak antara dua kerlipan. Uji kerlipan digunakan untuk mengukur kelelahan juga menunjukan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

  4. Pengukuran kelelahan secara subyektif
    Subjective self rating test dari industrial fatique research commite (IFRC) jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari :

    • 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan
    • 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi
    • 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik

    Sinclair (1992) dalam Tarwaka, dkk (2010) menjelaskan beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran subjektif. Metode tersebut antara lain; ranking methods, rating methods, questionnaire methods, interviews dan checklists.

2 Likes

Kelelahan


Kelelahan mempengaruhi kapasitas fisik, mental, dan tingkat emosional seseorang, dimana dapat mengakibatkan kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran reaksi pada sesuatu dan berkurangnya kemampuan motorik ( Australia Safety Compensation Council, 2008).

Klasifikasi Kelelahan


Klasifikasi kelelahan ada dua, yaitu :

  • Berdasarkan Proses Dalam Otot
  • Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu disebut kelelahan otot secara fisiologi, dan gejala yang ditunjukan tidak hanya berupa berkurangnya tekanan fisik, namun juga pada makin rendahnya gerakan. Pada akhirnya kelelahan fisik ini dapat menyebabkan sejumlah hal yang kurang menguntungkan seperti: melemahnya kemampuan tenaga kerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala elelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau external signs.

Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot. Sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan saraf adalah penyebab sekunder.

Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.
Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang (Tarwaka dkk, 2010).

  • Kelelahan Umum (General Fatigue)
    Gejala utama kelelahan umum adalah suatu perasaan letih yang luar biasa.Semua aktivitas menjadi terganggu dan terhambat karena munculnya gejala kelelahan tersebut.Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa “ngantuk” (Putra, 2011). Kelelahan umum biasanya ditandai berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka dkk, 2010).

Berdasarkan Waktu Terjadinya

  1. Kelelahan Akut
    Kelelahan akut terjadi pada aktivitas tubuh terutama yang banyak menggunakan otot. Hal ini disebabkan karena suatu organ atau seluruh tubuh bekerja secara terus menerus dan berlebihan. Kelelahan jenis ini dapat ilang dengan cara beristirahat yang cukup dapat menghilangkan gangguan-gangguannya.

  2. Kelelahan Kronis
    Kelelahan kronis sebenarnya merupakan kelelahan akut yang bertumpuk. Hal yang disebabkan adanya tugas terus menerus tanpa pengaturan jaraak tugas yang baik dan terarur. Salah satu pekerja yang mengalami kelelahan kronis adalah sudah merasa lelah sebelum melakukan tugasnya, ketika bangun tidur perasaan lelah masih ada. Jika kondisi seperti ini dibiarkan
    dalam jangka panjang dapat membahayakan tugas yang dilakukan karena dapat menimbulkan kecelakaan.

Berdasarkan Penyebabnya

  • Faktor fisik di tempat kerja dan faktor psikologis
    Faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah; dan faktor psikologis yaitu konflik yang mengakibatkan stress emosional yang berkepanjangan.

  • Kelelahan fisik (kelelahan pada kerja fisik); kelelahan patologis (kelelahan yang ada kaitannya dengan penyakit); dan kelelahan psikologis ditandai dengan menurunnya prestasi kerja, rasa lelah, dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

Faktor-faktor Yang Menyebabkan Kelelahan


Penyebab kelelahan kerja umumnya berkaitan dengan hal-hal sebagi berikut :

  1. Sifat pekerjaan yang monoton.
  2. Intensitas kerja dan ketahanan kerja mental dan fisik yang tinggi.
  3. Cuaca ruang kerja, pencahayaan dan kebisingan serta lingkungan kerja lain yang tidak memadai.
  4. Faktor psikologis, rasa tanggung jawab, ketegangan-ketegangan dan konflik- konflik.
  5. Penyakit-penyakit, rasa kesakitan dan gizi.
  6. Circadian rhytm. Diinformasikan dalam kaitan kejadian kelelahankerja shift kerja berpeluang menimbulkan kelelahan kerja sekitar 80% dan shift kerja sendiri berpeluang menimbulkan gangguan tidur pada pekerja shift kerja malam sekitar 80% (Setyawati, 2010).

Secara jelas faktor etiologi kelelahan belum diketahui, ada yang mengemukakan karena virus tertentu atau adanya peran gangguan kejiwaan dalam terjadinya kelelahan (Setyawati, 2010). Secara fisiologis penyebab kelelahan ada dua macam yaitu:

  1. Kelelahan sentral
    Kelelahan sentral adalah aktifitas motor neuron tidak mencukupi atau motor neuron mengalami impaired excitability.

  2. Kelelahan perifer.
    Penyebab kelelahan perifer/tepi adalah terdapatnya kelainantransmisi neuromuscular dan otot mengalamai hambatan kontraksi (Setyawati, 2010).

Stadium Kelelahan


Kelelahan yaitu berkurangnya skill performance dikarenakan penggunaan skill itu terlalu lama atau berulang-ulang dan hal itu dapat diperbesar oleh faktor-faktor stress fisik, fisiologis dan psikologis. Terdapat 3 stadium keadaan performa pada manusia dalam aktivitasnya yang kontinyu.

  1. Stadium 1 : dari A ke B
    Terdapat permulaan aktivitas performa dengan cepat meningkat ( kekuatan kerja meningkat ). Pada kondisi ini seseorang sulit untuk berkonsentrasi, tetapi pekerjaan yang dilakukan masih dirasakan ringan. Kondisi ini disebut warmed up.

  2. Stadium 2 : dari B ke C
    Performanya mencapai ketinggian yang optimal dan berjalan tetap untukwaktu yang lama. Pada kondisi ini, seseorang akan merasa bahwa ia dapat melakukan aktivitasnya dalam waktu yang lama tetapi suatu saat ia akan sadar bahwa tenaganya terbatas dan merasakan pekerjaan yang diajalaninya sangat berat (titik C). Hal ini merupakan tanda bahwa ia mulai mengalami kelelahan, tetapi performanya belum menurun dan baru mulai akan menurun beberapa saat kemudian (titik D). Keadaaan antara C dan D disebut full compensation dimana seseorang sudah mulai mengalami kelelahan tetapi performa kerjanya belum berkurang hal ini dimungkinkan karena adanya : 1) rasa tanggung jawab, 2) training yang baik, 3) kesehatan yang baik.

  3. Stadium 3
    Pada aktivitas selanjutnya kelelahan akan terus bertambah sedangkan performa kerjanya akan terus menurun. Tetapi efek emosi yang hebat dapat menaikkan performanya dengan tiba-tiba, bahkan bisa lebih tinggi dari keadaann optimalnya. Misalnya dititik E mendengar berita baik yang sangat menyenangkan, dengan tiba-tiba semangatnya meluap, keadaan fatigue akan terkalahkan oleh melonjaknya performance. Tapi sebaliknya bila kabar sedih yang diterimanya performanya akan menurun dengan drastis (dititik F).

Faktor yang penting kita perhatikan ialah saat optimal performance berakhir (titik C) dimana fatigue mulai timbul. Aktivitas hanya boleh sampai disini. Apabila keadaan memaksa maksimum hanya boleh sampai D. Aktivitas selanjutnya akan sangat membahayakan.

Proses Terjadinya Kelelahan


Makanan yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah.Setiap kontraksi dari otot selalu diikuti reaksi kimia (oksidasi glukosa) yang merubah glikogen tersebut menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa). Dalam tubuh dikenal fase pemulihan yaitu suatu proses untuk merubah asam laktat menjadi glikogen kembali dengan adanya oksigen dari pernafasan sehingga memungkinkan otot-otot bisa bergerak secara kontinu ini berarti keseimbangan kerja bisa dicapai dengan baik apabila kerja fisiknya tidak terlalu berat. Pada dasarnya kelelahan ini timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam otot atau peredaran darah yang disebabkan tidak seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.

Secara lebih jelas terdapat tiga timbulnya kelelahan fisik yaitu: Pertama, oksidasi glukosa dalam otot menimbulkan karbon dioksida (CO2), saerolactic, phosphati, dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemudian dikeluarkan waktu bernafas. Kelelahan terjadi apabila pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluarannya sehingga timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot selanjutnya. Kedua, karbohidrat yang didapat dari makanan diubah menjadi glukosa dan disimpan di hati dalam bentuk glukogin. Setiap 1 cm3 darah normal akan membawa 1 mm glukosa berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1 dari sejumlah glikogen dalam hati akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentarsi glikogen dalam hati tinggal 0,7 .b Ketiga, dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk melalui pernafasan kira-kira 4 lt/ menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15 lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tertentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan akan timbul karena reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi H2O dan CO2 agar dikeluarkan dari tubuh menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot atau dalam peredaran darah).

Kelelahan psikologis timbul dalam perasaan orang yang bersangkutan dan terlihat dengan tingkah lakunya atau pendapat-pendapatnya yang tidak konsekuen lagi serta jiwanya yang labil dengan adanya perubahan walaupun sendiri dalam kondisi lingkungan atau kondisi tubuhnya.
Ada suatu konsep yang menyatakan bahwa keadaan dan perasaan kelelahan ini timbul karena adanya reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang bekerja atas pengaruh 2 sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi).Sistem penghambat ini terdapat dalam thalamus dan bersifat menurunkan kemampuan manusia untuk bereaksi.

Apabila sistem penggerak lebih kuat dari sistem penghambat maka keadaan orang tersebut ada dalam keadaan segar untuk bekerja. Sebaliknya apabila sistem penghambat lebih kuat dari sistem penggerak maka orang tersebut akan mengalami kelelahan. Kerja yang monoton bisa menimbulkan kelelahan walaupun mungkin beban kerjanya tidak seberapa. Hal ini disebabkan karena sistem penghambat lebih kuat dibandingkan sistem penggerak (Duhita, 2008).

Gejala Kelelahan Kerja


Setyawati (2010) menyatakan bahwa gejala kelelahan kerja ada dua macam yaitu gejala subyektif dan gejala obyektif. Gejala kelelahan kerja yang penting antara lain adalah adanya perasaan kelelahan, somnolensi, tidak bergairah bekerja, sulit berpikir, penurunan kesiagaan, penurunan persepsi dan kecepatan bereaksi bekerja). Gejala-gejala kelelahan kerja adalah sebagai berikut :

  1. Gejala-gejala yang mungkin berakibat pada pekerjaan seperti penurunan kesiagaan dan perhatian, penurunan dan hambatan persepsi, cara berpikir atau perbuatan antisosial, tidak cocok dengan lingkungan, depresi, kurang tenaga, dan kehilangan inisiatif.

  2. Menurut Gilmer dan Cameron (dalam Setyawati, 2010) gejala umum yang sering menyertai gejala-gejala di atas adalah sakit kepala, vertigo, gangguan fungsi paru dan jantung, kehilangan nafsu makan serta gangguan pencernaan. Di samping gejala-gejala di atas pada kelelahan kerja terdapat pula gejala- gejala yang tidak spesifik berupa kecemasan, perubahan tingkah laku, kegelisahaan, dan kesukaran tidur

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai perasaan yang sangat melelahkan. Kelelahan subjektif biasanya terjadi pada akhir jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30 – 40 % dari tenagan aerobik maksimal (Tarwaka dkk, 2010).

Dampak Kelelahan Kerja


Menurut Gilmer dan Suma’mur dalam Setyawati (2010) kelelahan kerja dapat menimbulkan beberapa keadaan yaitu prestasi kerja yang menurun, fungsi fisiologis motorik dan neural yang menurun, badan terasa tidak enak disamping semangat kerja yang menurun.Perasaan kelelahan kerja cenderung meningkatkan terjadinya kecelakaan kerja, sehingga dapat merugikan diri pekerja sendiri maupun perusahaannya karena adanya penurunan produktivitas kerja. Resiko kelelahan ada beberapa macam, diantaranya :

  1. Motivasi kerja turun,
  2. Performansi rendah,
  3. Kualitas kerja rendah,
  4. Banyak terjadi kesalahan,
  5. Stress akibat kerja,
  6. Penyakit akibat kerja,
  7. Cidera,
  8. Terjadi kecelakaan akibat kerja (Tarwaka dkk, 2010).

Pengukuran Kelelahan


Metode pengukuran kelelahan ada beberapa kelompok, diantaranya adalah sebagai berikut:

1). Kualitas dan kuantitas kerja yang dilakukan
Pada metode ini, kualitas output digambarkan sebagai jumlah proses kerja (waktu yang digunakan setiap item) atau proses operasi yang dilakukan setiap unit waktu. Namun demikian banyak faktor yang harus dipertimbangkan seperti target produksi, faktor sosial dan perilaku psikologis dalam kerja. Sedangkan kualitas output (kerusakan produk, penolakan produk) atau frekuensi kecelakaan dapat menggambarkan terjadinya kelelahan, tetapi faktor tersebut bukanlah merupakan causal faktor.

  1. Uji psiko-motor (Psychomotor test)
    Pada metode ini melibatkan fungsi persepsi, interprestasi dan reaksi motor. Salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan pengukuran waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai pada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan. Dalam uji waktu reaksi dapat digunakan nyala lampu, denting suara, sentuhan kulit atau goyangan badan. Terjadinya pemanjangan waktu reaksi merupakan petunjuk lambatnya proses faal syaraf dan otot.

    Sanders dan McCormick dalam Tarwaka dkk (2004) mengatakan bahwa waktu reaksi adalah waktu untuk membuat suatu respon yang spesifik saat satu stimuli terjadi. Waktu reaksi terpendek biasanya berkisar antara 150-250 milidetik. Waktu reaksi tergantung dari stimuli yang dibuat, intensitas dan lamanya perangsangan, umur subyek, dan perbedaan- perbedaan individu lainnya.

    Setyawati (2010) melaporkan bahwa dalam uji waktu reaksi, ternyata stimuli terhadap cahaya lebih signifikan daripada stimuli suara. Hal tersebut disebabkan karena stimuli suara lebih cepat diterima oleh reseptor daripada stimuli cahaya.

    Alat ukur waktu reaksi yang telah dikembangkan di Indonesia biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli.Hasil pengukuran waktu reaksi dibandingkan dengan standar pengukuran kelelahan menurut yaitu :
    image

3). Uji hilangnya kelipan (flicker-fusion test)
Dalam kondisi yang lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan. Uji kelipan, disamping untuk mengukur kelelahan juga menunjukkan keadaan kewaspadaan tenaga kerja.

4). Perasaan kelelahan secara subyektif (Subjective feeling of fatigue)
Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subyektif. Sinclair dalam Tarwaka, dkk (2010) menjelaskan bebrapa metode yang dapat digunakan dalam pengukuran subyektif. Metode antara lain ; ranking methods, rating methods, quesionaire methods, interview dan checklist. Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang, merupakan salah satu kuesioner yang dapat untuk mengukur tingkat kelelahan subyektif. Kuesioner yang akan diberikan kepada responden terdiri dari 6 pertanyaan mencakup data umum responden (nama, usia, jenis kelamin, status kawin, riwayat pendidikan dan masa kerja) dan 30 pertanyaan tentang kelelahan kerja dengan 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan mengenai pelemahan motivasi, dan 10 pertanyaan mengenai gambaran kelelahan fisik. Bentuk pertanyaan merupakan pernyataan tertutup dengan pilihan S ( Selalu) diberi skor 5, SR (Sering) diberi skor 4, KK (Kadang-kadang) diberi skor 3, HTP (Hampir tidak pernah) diberi skor 2, TP (Tidak Pernah) diberi skor 1.

5). Uji mental
Pada metode ini konsentrasi merupakan salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk menguji ketelitian dan kecepatan menyelesaikan pekerjaan.Buordon wiersma test, merupakan salah satu alat yang dapt digunakan untuk menguji kecepatan, ketelitian dan konstansi. Hasil test akan menunjukkan bahwa semakin lelah seseorang maka tingkat kecepatan, ketelitian dan konstansi akan semakin rendah atau sebaliknya. Namun demikian Buordon wiersma test lebih tepat untuk mengukur kelelahan akibat aktivitas atau pekerjaan yang lebih bersifat mental (Tarwaka dkk, 2010).

Pencegahan dan Pengendalian Kelelahan Kerja


Kelelahan disebabkan oleh banyak faktor yang sangat kompleks dan saling mengkait antara faktor yang satu dengan yang lain. Yang terpenting adalah bagaimana menangani setiap kelelahan yang muncul agar tidak menjadi kronis. Agar dapat menangani kelelahan dengan tepat, maka kita harus mengetahui apa yang menjadi penyebab terjadinya kelelahan. Beberapa hal yang patut mendapat perhatian dan diselenggarakan sebaik-baiknya agar kelelahan kerja dapat dikendalikan adalah :

  1. Lingkungan kerja yang bebas dari zat-zat berbahaya, pencahayaan yang memadai, sesuai dengan pekerjaan yang dihadapi pekerja, pengaturan udara ditempat kerja yang adekuat disamping bebas dari kebisingan dan getaran.

  2. Waktu kerja yang berjam-jam harus diselingi oleh istirahat yang cukup untuk makan dan keperluan khusus lain.

  3. Kesehatan umum pekerja harus baik dan selalu dimonitor, khususnya untuk daerah tropis dimana banyak pekerja yang cenderung mengalami kekurangan gizi dan memderita penyakit yang serius.

  4. Disarankan pula agar kegiatan yang menegangkan dan beban kerja yang berat tidak terlalu lama.

  5. Jarak tempat tinggal dan tempat kerja diusahakan seminimal mungkin dan bila perlu dicarikan alternative penyelesainnya, yaitu berupa pengadaan transportasi bagi pekerja dari dan ketempat kerja. Diusahakan dalam rangka mencegah kelelahan kerja yang berlebihan maka perlu disarankan agar jarak antara tempat tinggal dan tempat kerja, masa kerja/melaksanakan tugas serta kembali ke tempat tinggal dari tempat kerja menghabiskan waktu kurang dari 13 jam/hari kerja, sehingga terdapat cukup waktu untuk bersosialisasi dan melaksanakan kehidupan pribadi.

  6. Pembinaan mental para pekerja diperusahaan secara teratur maupun berkala
    dan khusus perlu dilaksanakan dalam rangka stabilitas pekerja, dan harus ditangani secara baik di lokasi kerja. Fasilitas rekreasi, waktu rekreasi dan istirahat direncanakan secara baik dan berkesinambungan.Cuti dan liburan diberikan kepada pekerja dan dilaksanakan sebaik-baiknya.

  7. Perhatian khusus bagi kelompok pekerja tertentu perlu diberikan, yaitu kepada pekerja muda usia, wanita hamil dan menyusui, pekerja usia lanjut, pekerja yang menjalani shift kerja malam, pekerja yang baru pindah dari bagian lain.

  8. Pekerja-pekerja bebas dari alkohol maupun obat-obatan yang membahayakan dan menimbulkan ketergantungan.

2 Likes

Pengertian kelelahan secara sempit memang hanya sebatas pada lelah fisik yang dirasakan saja. Hal ini dikarenakan setiap orang yang merasakan kelelahan hanya terbatas pada keluhan-keluhan fisik yang mereka rasakan saja. Gejala yang ditimbulkan, perubahan fisik dan perasaan yang dirasakan memang berbeda pada masing-masing individu. Dari sudut pandang keselamatan kerja, medis dan psychologi pun memiliki definisi atau pengertian yang berbeda-beda mengenai kelelahan, tergantung dari disiplin ilmu yang dipelajari. Untuk mengetahui lebih jauh dari definisi kelelahan yang tepat, maka penulis mempelajari beberapa referensi yang berkaitan dengan kelelahan pada pekerja.

Kelelahan adalah perpaduan dari wujud penurunan fungsi mental dan fisik yang menghasilkan berkurangnya semangat kerja sehingga mengakibatkan efektifitas dan efisiensi kerja menurun (Saito, 1999). Menurut Kroemer 1997, Kelelahan kerja merupakan gejala yang ditandai adanya perasaan lelah dan kita akan merasa segan dan aktifitas akan melemah serta ketidakseimbangan pada kondisi tubuh. Kelelahan mempengaruhi kapasitas fisik, mental, dan tingkat emosional seseorang, dimana dapat mengakibatkan kurangnya kewaspadaan, yang ditandai dengan kemunduran reaksi pada sesuatu dan berkurangnya kemampuan motorik (Australian safety and Compensation Council, 2006). Ada beberapa definisi dari kelelahan, Work cover New South Wales dalam menerapkan peraturan di tahun 2006 pada kelelahan di sektor transportasi jarak jauh, mendefinisikan kelelahan sebagai perasaaan letih yang berasal dari aktivitas fisik tubuh atau kemunduran mental tubuh.

Kelelahan merupakan hasil dari akumulasi produk yang dihasilkan akibat metabolisme tubuh dan ditambah dengan mekanisme kontraksi otot (MacIsaac, Institute of Biomedical Engineering University of New Brunswick). Kelelahan adalah keadaan yang terus menerus lelah yang mempengaruhi performa pekerja, kesehatan dan keselamatan dan membutuhkan istirahat atau tidur untuk pemulihannya, efek yang ditimbulkan dari kelelahan antara lain kehilangan kewaspadaan, penurunan pertimbangan atau pemikiran, mengantuk saat mengemudi, tertidur saat berkendara, penurunan daya ingat dan perubahan suasana hati/ mood (National Transport Commission, 2006).

Job dan Dalziel (2001) mendefinisikan kelelahan berdasarkan pada tingkatan keadaan otot tubuh, viscera atau sistem syaraf pusat, dimana didahului oleh aktivitas fisik dan proses mental, serta waktu istirahat yang mencukupi, sebagai hasil dari kapasitas sel yang tidak mencukupi atau cakupan energi untuk memelihara tingkatan aktivitas yang alami dan atau diproses dengan menggunakan sumber-sumber yang normal (Australian safety and Compensation Council, 2006).

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kelelahan adalah sebagai suatu sinyal alamiah yang diberikan tubuh karena adanya penurunan dari fungsi tubuh akibat proses kerja yang membutuhkan keterpaduan pada seluruh sistem di dalam tubuh. Saat sistem tersebut mulai mengalami perubahan dari kondisi baik ke kondisi buruk maka pada tahapan ini muncul sinyal kelelahan yang memberikan tanda tubuh sedang memerlukan pemulihan untuk mengatasinya. Sinyal yang diberikan ini berbentuk gejala-gejala yang dirasakan tubuh baik fisik maupun mental dan pada setiap individu berbeda-beda karena dipengaruhi oleh berbagai faktor.

Sistem penggerak Kelelahan

Kelelahan diatur secara terpusat di otak. Terdapat struktur susunan syaraf pusat yang berperan penting penting dalam mengontrol fungsi secara luas dan konsisten yaitu reticular formation atau sistem penggerak pada medulla yang berfungsi meningkatkan dan mengurangi sensitivitas dari cortex cerebri . Cortex cerebri berfungsi sebagai pusat kesadaran meliputi persepsi, perasaan subjektif, refleks, dan kemauan (Rodahl, 1992). Keadaan dan perasaan lelah merupakan reaksi fungsional dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) yang saling bergantian. Sistem penghambat terdapat dalam thalamus yang bekerja menurunkan kemampuan manusia bereaksi dan mengakibatkan kecenderungan untuk tidur, sedangkan sistem penggerak terdapat formation retikularis yang dapat merangsang pusat-pusat vegetatif untuk konversi ergotropis dari peralatan dalam tubuh untuk bekerja, berkelahi, melarikan diri, dan lainnya.

image

Keadaan seseorang sangat tergantung kepada hasil kerja di antara dua sistem antagonis tersebut. Apabila sistem penghambat lebih kuat, seseorang akan berada pada kelelahan. Sebaliknya, apabila sistem aktivasi lebih kuat seseorang maka seseorang akan dalam keadaan segar untuk melakukan aktivitas. Kedua sistem harus berada dalam kondisi yang memberikan stabilitas ke dalam tubuh, agar tenaga kerja berada dalam keserasian dan keseimbangan (Kroemer,1997;Rodahl,1992).

Stadium Kelelahan

Kelelahan yaitu berkurangnya skill performance dikarenakan penggunaan skill itu terlalu lama atau berulang-ulang dan hal itu dapat diperbesar oleh faktor- faktor stress fisik, fisiologis, dan psikologis. Terdapat 3 stadium keadaan performa pada manusia dalam aktivitasnya yang kontinyu seperti pada gambar di bawah ini (Rodahl, 1992) :

  1. Stadium I

    Terdapat permulaan aktivitas, performa dengan cepat meningkat (kekuatan kerja meningkat). Pada kondisi ini seseorang sulit untuk berkonsentrasi, tetapi pekerjaan yang dilakukan masih dirasakan ringan. Kondisi ini disebut dengan “ warmed up

  2. Stadium 2

    Performanya mencapai ketinggian yang optimal dan berjalan tetap untuk waktu yang lama. Pada kondisi ini, seseorang akan merasa bahwa ia dapat melakukan aktivitasnya dalam waktu yang lama tetapi suatu saat ia akan sadar bahwa tenaganya terbatas dan merasakan pekerjaan yang dijalaninya sangat berat (titik C). Hal ini merupakan tanda bahwa ia mulai mengalami kelelahan, tetapi performanya belum menurun dan baru mulai akan menurun beberapa saat kemudian (titik D). Keadaan antara C dan D dinamakan “full compensation” dimana seseorang sudah mulai mengalami kelelahan tetapi performa kerjanya belum berkurang. Hal ini dimungkinkan karena adanya :

    • Rasa tanggung jawab

    • Training yang baik

    • Kesehatan yang baik

  3. Stadium 3

    Pada aktivitas selanjutnya kelelahan akan terus bertambah sedangkan performa kerjanya akan terus menurun. Tetapi efek emosi yang hebat dapat menaikkan performanya dengan tiba-tiba, bahkan bisa lebih tinggi dari keadaan optimalnya. Misalnya di titik E mendengar berita baik yang sangat menyenangkan, dengan tiba-tiba semangatnya meluap, keadaan fatigue akan terkalahkan oleh melonjaknya performance. Tapi sebaliknya bila kabar sedih yang diterimanya performancenya akan menurun dengan drastis (di titik F).

    Faktor yang penting kita perhatikan ialah saat optimal performance berakhir (titik C) dimana fatigue mulai timbul. Aktivitas hanya boleh sampai disini. Apabila keadaan memaksa maksimum hanya boleh sampai D. Aktivitas selanjutnya akan sangat membahayakan.

Penyebab Kelelahan

Kelelahan di industri disebabkan oleh beban kerja yang berlebihan dan ketidakteraturan dari hubungan siklus siang dan malam dalam hidup (Saito,1999). Dalam buku yang yang berjudul Fitting the Task to the Human dianalogikan bahwa tingkat kelelahan di industri dianalogikan seperti air di dalam tong. Dan faktor-faktor penyebab seperti intensitas dan durasi kerja fisik dan mental, lingkungan, ritme circadian , masalah fisik, penyakit dan nutrisi sebagai tambahan air yang mengisi tong. Sementara itu pemulihan adalah sebagai aliran air yang keluar dari tong yang dapat mengurangi tingkat kelelahan (Kroemer,1997).

Sedangkan menurut National Transport Commission (2006) penyebab kelelahan terbagi menjadi 4 faktor yaitu:

  1. Faktor Siklus Circadian

    Tubuh memiliki siklus alamiah yang akan terus berulang selama 24 jam yang biasa disebut siklus circadian. Siklus ini yang mengatur pola tidur, suhu tubuh, tingkat level, pencernaan dan berbagai fungsi tubuh lainnya dan membantu melindungi organ-organ tubuh. Saat siklus circadian memberikan sinyal akan mengakibatkan yang biasa disebut jet lag. Siklus circadian mengatur seseorang untuk tidur pada malam hari dan terbangun/ sadar pada siang hari. Suhu tubuh akan menurun pada malam hari sehingga dapat tertidur dan naik pada siang hari untuk membantu perasaan tersadar.

    Dan pada malam hari sistem pencernaan tubuh akan menurun karena pada malam hari tidak makan dan produksi hormon akan meningkat untuk memulihkan tubuh dari kondisi selama siang hari. Selain itu, siklus circadian juga mengontrol sebagian kegiatan berdasarkan cahaya terang dan gelap. Pada cahaya pagi hari membuat seseorang akan lebih sadar, setelah makan siang tingkat kesadaran akan menurun, dan pada petang kesadaran kembali naik. Sedangkan untuk malam hari kesadaran akan semakin berkurang karena untuk mempersiapkan waktu tidur. Dan setelah tengah malam suhu tubuh dan kesadaran menurun sampai pada tingkat paling rendah.

  2. Faktor Tidur

    Jumlah waktu tidur yang cukup memang berbeda pada setiap orang. Rata- rata waktu tidur sehari yaitu antara 6-8 jam pada orang dewasa pada umumya. Dan orang yang waktu tidurnya yang kurang dari 6-8 jam akan mengalami kekurangan tidur. Kondisi kurangan tidur ini akan terus bertambah setiap harinya jika terus menerus tidak memiliki kecukupan waktu tidur. Pengemudi yang bekerja pada jadwal yang tidak tentu atau shift kerja secara rutin akan terpajan untuk kondisi yang mengurangi jumlah dan kualitas tidur mereka.

    Apabila setiap hari pengemudi yang mengalami kelelahan, tidur dengan waktu yang tidak cukup akan semakin membahayakan. Karena kelelahan akan terus bertambah selama pengemudi kehilangan waktu tidurnya. Karena kekerangan terus bersifat seperti peminjaman, maka hanya dengan tidur yang cukup keadaan ini dapat pulih. Tidur dalam waktu singkat dapat sedikit membantu mengganti kekurangan tidur yang dirasakan, tetapi ini tidak dapat dijadikan sebagai waktu tidur pengganti terus menerus.

  3. Faktor Kesehatan

    Sebagian besar orang yang berusia lebih dari 50 tahun terkadang mendengkur pada saat tidur malam hari, dan bagi beberapa orang ini merupakan masalah yang serius. Kondisi ini terjadi ketika batang tenggorokan mengempis selama tidur jadi udara yang mencapai paru-paru menjadi sedikit dan mengakibatkan kekurangan kandungan oksigen. Selain itu, beberapa penyakit seperti diabetes jika tidak dikontrol dapat menyebabkan kelelahan. Seseorang yang obesitas dan biasanya rentann terhadap penyakit. Dan obesitas dan menyebabkan gangguan tidur dan sangat berkontribusi terhadap gangguan bernapas saat tidur. Kelelahan dan stress yang terus menerus juga dapat berkontribusi pada efek kesehatan jangka panjang seperti gangguan jantung.

    Selain itu, konsumsi alkohol, obat-obatan dan merokok juga mempengaruhi kelelahan. Banyak pengemudi yang merokok karena percaya hal ini dapat membantu mengkatkan kesadaran tetapi sebenaranya dapat meningkatkan risiko terkena penyakit jantung dan paru-paru. Konsumsi kafein yang berlebih juga dapat mempengaruhi sistem pencernaan, jantung dan sakit kepala. Makan-makan yang bergizi dan melakukan olahraga yang rutin dapat membantu pengemudi dalam kondisi yang fit saat bekerja.

  4. Faktor Pekerjaan

    Faktor yang juga berkontribusi terhadap kelelahan antara lain jam kerja yang panjang, waktu perjalanan yang mengharuskan ontime, waktu pengaturan yang tidak fleksibel, masalah muatan dan distribusi dll. Sedangkan pendapat lain menyebutkan, penyebab kelelahan terdiri dari 4 komponen yang saling mempengaruhi yaitu

    1. Tuntutan Pekerjaan yang terdiri dari beban kerja, durasi shift kerja, dan jenis pekerjaan

    2. Organisasi Kerja yaitu jadwal kerja, perkiraan waktu kerja, dan sistem penggajian

    3. Biologis Tubuh yang dipengaruhi oleh faktor tidur, siklus circadian, kesehatan dan umur

    4. Lingkungan Keluarga dan Sosial antara lain keluarga dan teman, perubahan dan pandangan hidup. (Lowenthal,2006)

Pengukuran Kelelahan
Sampai saat ini belum ada cara untuk mengukur tingkat kelelahan secara langsung. Pengukuran-pengukuran yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya hanya berupa indikator yang menujukkan terjadinya kelelahan akibat kerja. Kroemer 1997 mengelompokkan metode pengukuran kelelahan dalam beberapa kelompok, yakni:

  1. Kualitas dan Kuantitas Kerja yang dilakukan

    Kualitas dan kuantitas dari hasil kerja kadang kala digunakan sebagai cara pengukuran kelelahan tidak langsung pada industri atau pada tempat kerja. Kuantitas atau jumlah output dapat digambarkan sebagai angka dari masing- masing unit proses. Waktu yang dihabiskan pada masing-masing unit atau sebaliknya sebagai angka atau jumlah kinerja operasional per unit waktu. Kelelahan dan dan rata-rata jumlah produksi tentunya saling berhubungan secara umum, akan tetapi hal ini tidak dapat digunakan sebagai bentuk pengukuran langsung, dikarenakan masih banyak faktor lainnya yang harus dipertimbangkan, seperti halnya target produksi, faktor sosial, dan sikap psikologi dalam bekerja. Kadang kala kelelahan membutuhkan pertimbangan dalam hubungannya dengan kualitas hasil (kinerja buruk, produk gagal, dan properti yang rusak) atau kejadian kecelakaan, dan yang terakhir yakni dengan keberadaan kelelahan tidak hanya menjadi faktor penyebab (Kroemer, 1997).

  2. Uji Psikomotor
    Uji psikomotorik mengukur fungsi yang terdiri atas persepsi, interpretasi, dan reaksi motorik. Uji yang digunakan pada umumnya:

    1. Waktu reaksi yang sederhana dan selektif
    2. Uji sentuhan atau dengan menusukkan ke jaringan tubuh
    3. Uji kemampuan
    4. Uji mengemudi dengan test simulasi mengemudi
    5. Uji mengetik
    6. Test tachistoscopic untuk mengukur kinerja
    7. Uji persepsi

Pada uji seperti ini dapat pula diasumsikan bahwa penurunan kinerja seseorang dapat digambarkan sebagai tanda kelelahan. Akan tetapi bagaimanapun juga, kemampuan untuk performa uji psikomotorik bergantung dari faktor lain, seperti halnya motivasi, yang terkadang diragukan jika kelelahan secara umum benar-benar menjadi penyebab dalam penurunan kinerja seseorang.

Kerugian dari uji psikomotorik, yakni muncul suatu kenyataan bahwa pada uji ini sering kali membuat permintaan yang sulit pada subyek yang diteliti, sehingga dapat mengakibatkan peningkatan ketertarikan. Pada pandangan sebelumnya, sangat memungkinkan bila uji ini akan menyebabkan beberapa jenis kegiatan yang berhubungan dengan pemggunaan otak, dimana dapat memungkinkan untuk menimbulkan kelelahan (Kroemer, 1997).

  1. Uji Hilangnya Kelipan (Flicker-fusion test)

    Frekuensi kerlingan mulus (Flicker Fusion Frequency) dari mata adalah kemampuan mata untuk membedakan cahaya berkedip dengan cahaya kontinu. Cara mengujinya ialah sebagai berikut: responden yang diteliti kemampuannya didudukan di depan sumber cahaya yang berkedip. Kedipan dimulai dari lambat (frekuensi rendah), kemudian perlahan-lahan dinaikkan semakin cepat dan cahaya tersebut dianggap bukan sebagai lagi, melainkan sebagai cahaya yang kontinu (mulus). Frekuensi batas / ambang dari kelipan itulah disebut ”frekuensi kelipan mulus”.

    Bagi orang yang tidak lelah, frekuensi ambang itu 2 Hertz jika memakai cahaya pendek atau 0.6 Hertz jiak memakai cahaya siang (day light). Jika seseorang dalam keadaan lelah, maka angka frekuensi berkurang dari 2 Hertz atau 0.6 Hertz. Pada seseorang yang lelah sekali atau setelah menghadapi pekerjaan monoton, angka frekuensi kerling mulus bias antara 0.5 Hertz atau lebih dibawah feekuensi kerling mulus dari orang yang sedang dalam keadaan tidak lelah (Suyatno, 1985).

  2. Perasaan Kelelahan Secara Subyektif
    Pengukuran kelelahan salah satunya dapat dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai gejala-gejala atau perasaan yang secara subyektif dirasakn oleh responden.

Subjective Feelings of Fatigue

Terbagi menjadi 5 Kategori gejala kelelahan yang antara lain :

  1. Gejala Mengantuk yang terdiri dari 7 pertanyaan yaitu

    • Perasaan berat di kepala

    • Lelah diseluruh badan

    • Kaki terasa berat

    • Menguap

    • Merasa pikiran kacau

    • Merasa mengantuk

    • Merasa ada beban di kepala

  2. Gejala Kelelahan yang terdiri dari 3 pertanyaan yaitu

    • Kaku dan canggung dalam bergerak
    • Tidak seimbang dalam berdiri
    • Merasa ingin berbaring
  3. Gejala penurunan mental dalam motivasi kerja yang terdiri dari 10 pertanyaan

    • Merasa sulit untuk berfikir
    • Lelah berbicara
    • Menjadi Gugup
    • Tidak dapat berkonsentrasi
    • Tidak dapat mempunyai perhatian / memusatkan perhatian
    • Cenderung untuk lupa
    • Kurang kepercayaan
    • Cemas terhadap sesuatu
    • Tidak dapat mengontrol sikap
    • tidak dapat tekun dalam bekerja
  4. Gejala khusus keluhan tubuh yang terdiri dari

    • Sakit kepala
    • Merasa kaku di bagian bahu
    • Merasa nyeri di bagian pinggang
    • Merasa pernafasan tertekan
    • Haus
    • Suara serak
  5. Gangguan sistem syaraf otonom antara lain

    • Merasa pening / pusing

    • Kelopak mata terasa berat

    • Gemetar pada bagian tubuh tertentu

    • Merasa kurang sehat (Skala IFRC dalam Saito, 1999)

Metode pengukuran kelelahan menggunakan skala yang dikeluarkan oleh Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) atau dapat disebut Subjective Symptoms Test (SST) dimana berisi sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan gejala-gejala kelelahan. Skala IFRC ini terdapat 30 gejala kelelahan yang disusun dalam bentuk daftar pertanyaan. Jawaban untuk kuesioner IFRC tersebut terbagi menjadi 4 kategori besar yaitu sangat sering (SS) dengan diberi nilai 4, sering (S) dengan diberi nilai 3, kadang-kadang (K) dengan diberi nilai 2, dan tidak pernah (TP) dengan diberi nilai 1. Dalam menentukan tingkat kelelahan, jawaban tiap pertanyaan dijumlahkan kemudian disesuaikan dengan kategori tertentu. Kategori yang diberikan antara lain:

Nilai 30 = Tidak lelah

Nilai 31-60 = Kelelahan ringan

Nilai 61-90 = Kelelahan menengah

Nilai 91-120 = Kelelahan Berat (Putri, 2008)

  1. Uji Performa Mental
    Uji performa mental meliputi:
    1. Masalah aritmatika
    2. Uji konsentrasi (crossing-out test)
    3. Uji estimasi (dengan uji estimasi interval waktu)
    4. Uji memori atau ingatan

Konsep awal dari test ini hampir sama dengan uji psikomotor. Uji ini sendiri dapat memacu seseorang untuk menentukan dan mengeluarkan tanda-tanda kelelahan. Faktor lain yang berperan adalah akibat pelatihan dan pengalaman. Apabila uji terus dilakukan, maka gejala kelelahan akan muncul dengan sendirinya (Kroemer, 1997).

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak ( Amrizal, 2005).

Menurut Suma’mur (1996) kelelahan adalah reaksi fungsionil dari pusat kesadaran yaitu cortex cerebri yang dipengaruhi oleh 2(dua) sistem antagonistik yaitu sistem penghambat (inhibisi) dan sistem penggerak (aktivasi) tetapi semunya bermuara kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh.

Kelelahan kerja (job bournout) adalah sejenis stres yang banyak dialami oleh orang – orang yang bekerja dalam pekerjaan – pekerjaan pelayanan terhadap manusia lainnya seperti perawat kesehatan, transportasi, kepolisian, pendidikan dan sebagainya ( Schuler, 1999).

Kelelahan akibat kerja sering kali diartikan sebagai menurunnya efisiensi, performans kerja dan berkurangnya kekuatan /ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan ( Wignjosoebroto, 2000).

Jenis-jenis Kelelahan

Berdasarkan pendapat para ahli sebagaimana yang dikutip oleh Silaban (1996) bahwa kelelahan dibedakan berdasarkan 3 (tiga) bagian yaitu :

  1. Berdasarkan proses dalam otot yang terdiri dari :
  • Kelelahan otot, menurut Wignjoesoebroto (2000) ialah disebabkan munculnya gejala kesakitan yang amat sangat ketika otot harus melakukan beban.

  • Kelelahan umum, menurut Grandjean (1985) ialah suatu perasaan yang menyebar yang disertai dengan adanya penurunan kesiagaan dan kelambatan pada setiap aktivitas. Astrand dan Rodahl (1986) menyatakan bahwa kelelahan umum dapat menjadi gejala penyakit juga berhubungan dengan faktor psikologis (motivasi menurun, kurang tertarik) yang mengakibatkan menurunnya kapasitas kerja. Sebab - sebab kelelahan umum adalah monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental, keadaan lingkungan, sebabsebab mental (tanggung jawab, kekhawatiran dan konflik) serta penyakitpenyakit.

  1. Berdasarkan waktu terjadinya Kelelahan :
  • Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan

  • Kelelahan kronis, menurut Grandjean dan Kogi (1972) terjadi bila kelelahan berlangsung setiap hari, berkepanjangan dan bahkan kadang-kadang telah terjadi sebelum memulai suatu pekerjaan

  1. Berdasarkan penyebabnya :
  • Menurut Singleton (1972) disebabkan oleh faktor fisik dan psikologis di tempat kerja

  • Menurut McFarland (1972) disebabkan oleh faktor fisiologis yaitu akumulasi dari substansi toksin (asam laktat) dalam darah dan faktor psikologis yaitu konflik yang menyebabkan stres emosional yang berkepanjangan

  • Menurut Phoon (1988) disebabkan oleh kelelahan fisik yaitu kelelahan karena kerja fisik, kerja patologis ditandai dengan menurunnya kerja, rasa lelah dan ada hubungannya dengan faktor psikososial.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kelelahan

Kelelahan terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam otot dan peredaran darah dimana produk-produk sisa ini bersifat bisa membatasi kelangsungan aktivitas otot. Atau mungkin bisa dikatakan bahwa produk-produk sisa ini mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga menyebabkan orang menjadi lambat bekerja jika sudah lelah ( Sutaklaksana, 1979).

Timbulnya rasa lelah dalam diri manusia merupakan proses yang terakumulasi dari berbagai faktor penyebab dan mendatangkan ketegangan (stres) yang dialami oleh tubuh manusia ( Wignjosoebroto, 2000).

Green (1992) dan Suma’mur (1994) dari proceeding mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi kelelahan ada dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang termasuk faktor internal antara lain : faktor somatis atau fisik, gizi, jenis kelamin, usia, pengetahuan dan sikap atau gaya hidup sedangkan yang termasuk faktor eksternal adalah keadaan fisik lingkungan kerja (kebisingan, suhu, pencahayaan), faktor kimia (zat beracun), faktor biologis (bakteri, jamur), faktor ergonomi, kategori pekerjaan, sifat pekerjaan, disiplin atau peraturan perusahaan, upah, hubungan sosial dan posisi kerja atau kedudukan.

Barnes (1980) dari proceeding mengatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan antara lain jam kerja, periode istiarahat, kondisi fisik lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kenyamanan fisik, sikap dan mental tenaga kerja sejauh mungkin dikurangi atau dihilangkan agar tercipta kondisi kerja yang menyenangkan ( Wignjosoebroto, 2000).

Kelelahan yang disebabkan oleh karena kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Tarwaka menjelaskan pada kerja otot statis dengan pengerahan tenaga 50 dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit sedangkan pada pengerahan tenaga < 20 kerja fisik dapat berlangsung cukup lama ( Tarwaka, 2004).

Akibat Kelelahan

Konsekuensi kelelahan kerja menurut Randalf Schuler (1999) antara lain :

  1. Pekerja yang mengalami kelelahan kerja akan berprestasi lebih buruk lagi daripada pekerja yang masih “penuh semangat”
  2. Memburuknya hubungan si pekerja dengan kerja yang lain
  3. Dapat mendorong terciptanya tingkah laku yang menyebabkan menurunnya kualitas hidup rumah tangga seseorang.

Menurut Suma’mur (1996) ada gejala kelelahan yang terbagi dalam 3 kategori yaitu :

  1. Menunjukkan terjadinya pelemahan kegiatan. Perasaan berat di kepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki merasa berat, sering menguap, merasa kacau pikiran, menjadi mengantuk, merasakan beban pada mata, kaku dan canggung dalam gerakan, tidak seimbang dalam berdiri, mau berbaring.

  2. Menunjukkan terjadinya pelemahan motivasi. Universitas Sumatera Utara Merasa susah berpikir, lelah berbicara, menjadi gugup, tidak berkonsentrasi, tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu, cenderung untuk lupa, kurang kepercayaan, cemas terahadap sesuatu, tidak dapat mengontrol sikap, tidak dapat tekun dalam pekerjaan.

  3. Menujukkan gambaran kelelahan fisik akibat keadaan umum. Sakit kepala, kekakuan di bahu, merasa nyeri di punggung, terasa pernafasan tertekan, haus, suara sesak, terasa pening, spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.