Apa yang anda ketahui tentang Ikan Pedang ?

Ikan pedang

Ikan pedang (Xiphias gladius) merupakan salah satu spesies yang masuk dalam kelompok ikan berparuh panjang, yang mana istilah tersebut digunakan untuk ikan yang memiliki karakteristik berupa adanya ekstensi rahang atas yang melebihi rahang bawahnya, sehingga membentuk paruh yang panjang dan lurus seperti pedang atau tombak.

Klasifikasi Ikan Pedang

  • Kingdom: Aanimalia
  • Filum: Chordata
  • Super Class: Gnathostomata
  • Class: Osteichthyes
  • Sub-Class: Actinopterygii
  • Super-Ordo: Acanthopterygii
  • Ordo: Perciformes
  • Sub-Ordo: Xiphioidei
  • Famili: Xiphiidae
  • Genus: Xiphias
  • Species: Xiphias gladius

Apa yang anda ketahui tentang Ikan Pedang ?

  1. Distribusi dan Aspek Biologi Ikan pedang

    Ikan pedang termasuk jenis predator puncak yang terdistribusi hampir di seluruh perairan dunia dari 450 LU - 450 LS, baik di perairan tropis, sub tropis maupun perairan yang lebih dingin (Palko et al., 1981), tidak hanya di Samudera Hindia, Pasifik dan Atlantik tetapi juga cukup melimpah di Laut Mediterania, Marmara, Hitam dan Azov. Hal ini memungkinkan karena spesies ini dapat mentoleransi kisaran temperatur air laut yang tinggi, yakni 6 – 260 C. Spesies ini berukuran 156 – 250 cm, pertama kali matang gonad pada ukuran 170 cm (LJFL) untuk betina dan 120 cm untuk jantan. Ukuran ini setara 8 dengan umur 6 – 7 tahun dan 1 – 3 tahun. Ukuran berat rata-rata tertangkap oleh armada rawai tuna di Samudera Hindia berkisar antara 40 – 80 kg.

  2. Aspek Morfometrik Ikan pedang

    Pada umumnya, ikan pedang yang tertangkap langsung diproses di laut. Bagian kepala, sirip, isi perut dibuang dan kemudian dibekukan pada suhu -200 C s.d. -300 C (Su et al., 2005; Murniyati dan Sunarman, 2000). Sebelum dilakukan pengukuran panjang, ikan berparuh kemungkinan telah diproses dengan 10 cara yang berbeda. Perbedaan perlakuan ini akan menimbulkan interpretasi data yang berbeda antara panjang utuh dengan panjang setelah diproses, sehingga dibutuhkan persamaan empiris untuk konversi ukuran diantaranya nformasi aspek morfometrik seperti: panjang rata-rata ikan tertangkap, dapat digunakan sebagai dasar manajemen pengelolaan perikanan, salah satu diantaranya adalah penentuan status stok ikan berparuh, berdasarkan metode – metode ataupun model – model pengkajian stok yang berbasis data tersebut, seperti FISAT, COMPLEAT ELEFAN dan LFSA.

  1. Pertumbuhan Ikan pedang

    Menurut Effendie (2002), istilah pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu tertentu, sedangkan pertumbuhan bagi populasi sebagai pertambahan jumlah individu. Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yakni faktor dalam (endogenous) dan faktor luar (exogenous) (Wheeler dan Jones, 1989). Faktor dalam adalah faktor yang sukar dikontrol seperti keturunan, seks, umur, parasit dan penyakit. Sedangkan faktor luar yakni kompetisi, ketersediaan makanan dan suhu perairan.

  2. Umur dan Pertumbuhan

    Informasi umur dan pertumbuhan ikan adalah elemen utama dalam manajemen perikanan mengingat fungsinya sebagai variabel kunci dalam pendugaan riwayat hidup dan aspek biologi seperti mortalitas dan pertumbuhan. Beberapa metode untuk menentukan pertumbuhan dari sebuah spesies biasanya menggunakan persamaan matematis yang sederhana, diantaranya adalah Richard’s Growth Model (Richards, 1959), Chapman’s Growth Model dan von Bertalanffy Growth Function Model yang banyak digunakan oleh para peneliti perikanan. Model ini dicari dengan menggunakan program Electronic Length Frequency Analysis (ELEFAN) yang merupakan integrasi dari Model Progression Analysis (MPA) dalam software FISAT II.

  3. Hubungan Panjang Berat

    Persamaan hubungan panjang berat ikan dimanfaatkan untuk berat ikan melalui panjangnya dan menjelaskan sifat pertumbuhannya. Berat dapat dianggap sebagai satu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dengan berat dirumuskan dengan notasi matematika yang dikemukakan oleh Klawe (1980): W = α L b

    Menurut Pauly (1983) formula tersebut akan menghasilkan suatu nilai konstanta (b), yaitu harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan yang nilainya berada antara 2,5 dan 3,5, biasanya mendekati 3. Pauly (1984) telah membuktikan hal tersebut berdasarkan hasil plotting terhadap data panjang - berat dari berbagai macam jenis ikan dengan jumlah sampel yang sangat besar dan apabila terdapat nilai b<2,5 atau b>3,5 data tersebut kemungkinan berasal dari kelompok sampel yang kecil ataupun terdapat indikasi adanya kesalahan. Ketika b = 3, pertumbuhan berat dinamakan isometrik, yang berarti pertambahan berat selaras dengan pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan alometrik positif bila b>3, yang menandakan bahwa pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan panjang. Sedangkan pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan alometrik negatif apabila nilai b<3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan berat><3, ini menandakan bahwa pertambahan panjang lebih cepat dibandingkan pertambahan berat.

ikan todak

  1. Mortalitas dan Laju Eksploitasi

    Kematian ikan secara alamiah (natural mortality/M) dapat ditentukan dengan menggunakan formula Pauly’s equation model sedangkan kematian total (total mortality/Z) menggunakan metode length converted catch curves yang telah disempurnakan untuk memperkecil bias akibat pertumbuhan musiman (seasonal growth) yang mana keduanya sudah terintegrasi dengan software FISAT II. Berdasarkan dua parameter di atas, maka kematian akibat penangkapan ikan (F) dapat ditentukan dengan mencari selisih antara antara Z dengan M. Laju eksploitasi adalah persentase perbandingan antara kematian akibat penangkapan ikan dengan kematian ikan secara natural atau secara formula E=F/Z

  2. Status Stok Ikan Pedang

    Pengkajian stok ikan pedang di Samudera Hindia telah dilakukan oleh IOTC pada tahun 2014, berdasarkan data hasil tangkapan armada rawai tuna Jepang, Taiwan, Korea, Spanyol, Portugis dan Perancis. IOTC (2014) merekomendasikan bahwa MSY (Maksimum Sustainable Yield) untuk ikan pedang di Samudera Hindia tak lebih dari 33.000 ton/tahun dengan kisaran antara 32.000 – 34.000 ton/tahun. Hal ini didasarkan atas kecenderungan penurunan CPUE secara global dari tahun ke tahun dengan tingkat pemanfaatan sudah mencapai padat tangkap (optimum)

    Pengukuran panjang ikan pedang di atas kapal dengan cara merentangkan pita pengukur di sepanjang tubuh ikan (pengukuran melengkung) dari ujung rahang bawah ke ujung lekukan tengah sirip ekor (LJFL/Lower Jaw Fork Length), sedangkan cara pengambilan ukuran panjang di darat biasanya dilakukan secara tegak lurus dengan menggunakan alat ukur yang sifatnya kaku (rigid), seperti: kaliper (pengukuran lurus). Karena ikan pedang yang didaratkan sudah diproses (potong kepala, sirip, disiangi isi perut dan insangnya) maka pengukuran panjang dilakukan dari dari pangkal sirip dada ke ujung lekukan tengah sirip ekor (PFL/Pectoral Fork Length). Data panjang ikan distandarisasi melalui persamaan regresi linear mengacu pada Setyadji et al. (2014).