Apa yang anda ketahui tentang Ikan Layang ?

Ikan layang merupakan ikan perenang cepat dan hidup secara berkelompok dilaut yang jernih dan bersalinitas tinggi. Ikan layang hidup dengan salinitas tinggi yaitu ± 32‰. Ikan layang juga termasuk dalam jenis ikan stenohalyn yang dapat hidup hanya dengan memakan plankton. Makanan ikan layang sangat tergantung pada plankton, terutama jenis-jenis zooplankton. Pada beberapa kasus ternyata bahwa ikan layang tidak mutlak hanya tergantung memakan zooplankton.

Klasifikasi Ikan Layang

  • Kingdom: Animalia
  • Filum: Chordata
  • Class: Actinopterygii
  • Ordo: Perciformes
  • Family: Carangidae
  • Genus: Decapterus

Morfologi Ikan Layang

  • Badan memanjang dan agak gepeng
  • Memiliki dua sirip punggung
  • Sirip punggung pertama berjari-jari keras 9
  • Sirip punggung kedua berjari – jari keras 1 dan 30 – 32 lemah
  • Sirip dubur berjari-jari keras 2 dan 1 bergabung dengan 22 – 27 jari sirip lemah
  • Baik di belakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip tambahan ( finlet )
  • Dapat mencapai panjang 30 Cm, umumnya 20 – 25 cm
  • umumnya berwarna: biru kehijauan, hijau pupus bagian atas, putih perak bagian bawah.
  • Sirip – siripnya berwarna abu-abu kekuningan atau kuning pucat
  • Satu totol hitam terdapat pada tepian atas penutup insang

Apa yang anda ketahui tentang Ikan Layang ?

Ikan layang ( Decapterus spp. ) termasuk komponen perikanan pelagis yang penting di Indonesia dan biasanya hidup bergerombol dengan ikan lain seperti lemuru ( Sardinella sirm ), tembang ( Sardinella fimbriala, S. perforala ), kembung (Rastrelliger kanaguaa. R. brachysoma ), selar ( Canax sp .), dan ekor kuning ( Caerio sp. ). Di perairan Indonesia terdapat 5 jenis yang umum dijumpai yaitu Decapterus lajang, D. russelli, D. macrosoma. D. kurroides, dan D. maruadsi. Kelima jenis tersebut terdapat pula di perairan Maluku (Weber and Beaufort, 1931). Nama ilmiah ikan layang adalah Decapterus spp . yang terdiri dari dua suku kata yaitu Deca berarti sepuluh dan pteron bermakna sayap. Jadi Decapterus berarti ikan yang mempunyai sepuluh sayap Nama ini dan kaitannya dengan ikan layang berarti jenis ikan yang mampu bergerak sangat cepat di air laut. Kecepatan tinggi ini memang dapat dicapai karena bentuknya seperti cerutu dan sisiknya sangat halus. Weber and Beaufort (1931) menggolongkan ikan layang pada suku Carangidae, bangsa Percomorphi, kelas Pisces, marga Decapterus dan jenis Decapterus spp.

Marga Decapterus ini mempunyai tanda khusus yaitu sebuah finlet yang terdapat di belakang sirip punggung dan sirip dubur, mempunyai bentuk yang bulat memanjang dan pada bagian belakang garis sisi (lateral line) terdapat sisik-sisik berlengir (lateral scute). Beberapa pakar dari mancanegara dalam penelitiannya mendapatkan jumlah jenis dari marga Decapterus ini di beberapa tempat diantaranya: Weber and Beaufort (1931) menyatakan bahwa marga Decapterus ada empat jenis di daerah Indo-Australia. Smith (1950) menyatakan ada lima jenis di Afrika Selatan. Munro (1955, 1967) menyatakan di Srilanka hanya satu jenis Iainnya; Chan et al. (1974) menyatakan di Samudera Hindia bagian timur dan Samudera Pasifik sebelah barat ada lima jenis, Kalau digabungkan semuanya maka seluruhnya ada delapan jenis yang telah dikenal yaitu : Decapterus lajang, D. maruadri, D. macarellus, D. sancmehelenae, dan D. puncurus. Di perairan Teluk Doreri Kabupaten Manokwari, ikan layang (Decapterus spp.) merupakan komponen utama dari sumberdaya ikan pelagis kecil yang sering tertangkap oleh nelayan bagan perahu, namun belum diketahui secara pasti jenis-jenis ikan layang yang tertangkap oleh nelayan bagan.

Ikan layang (Decapterus) termasuk komponen perikanan pelagis yang penting di Indonesia dan biasanya hidup bergerombol dengan ikat lain seperti lemuru (Sardinella sirm), lembang (Sardinella fimbriala, S. perforala), kembung (Rastrelliger kanaguaa. R. brachysoma), selar (Canax sp.) dan ekor kuning (Caerio sp.). Diperairan Indonesia terdapat 5 tenis yang umum dijumpai yaitu Decapterus lajang, D. russelli, D. macrosoma. D. kurroides dan D. maruadsi. Kelima jenis tersebut terdapat pula di perairan Maluku.

Pada perairan daerah lain, yaitu perairan Sulawesi Selatan, Ikan layang (Decapterus spp) merupakan sumberdaya ikan pelagis kecil yang berperan besar dalam sektor perekonomian nelayan. Hal ini ditunjukan dari hasil tangkapan alat tangkap ikan-ikan pelagis seperti : purse seine, bagan, gill net, dan payang, dimana hasil tangkapan ikan layang sebesar 25.203,6 ton dengan nilai produksi Rp. 98.312.840 pada tahun 2002 (Najamuddin (2004). Sementara keseluruhan potensi ikan layang di perairan Sulawesi Selatan menurut Widodo et al (1998) diduga sekitar 83.996,0 ton. Selain dikonsumsi oleh masyarakat, ikan layang juga digunakan sebagai umpan pada alat penangkapan tuna long line lokal dan luar negeri. Berdasarkan data Statistik perikanan tahun 2001, produksi ikan layang di Sulawesi Selatan sebesar 42.857,4 ton. Ekspor ikan nelayan beku tercatat 75,4 ton dengan Negara tujuan Korea dan Jepang. Sedangkan permintaan untuk umpan perusahaan tuna long line sekitar 4.500 ton. Nelayan menangkap ikan layang mulai dari ukuran kecil sampai besar (mulai panjang 7,1 cm – 29,8 cm). Ikan layang berukuran kecil umumnya ditangkap dengan alat bagan, sementara ukuran sedang sampai besar ditangkap dengan purse seine, payang, gill net dan pancing (Najamuddin, 2004)

Salah satu wilayah penangkapan potensial sumberdaya ikan layang di Sulawesi Selatan adalah di Perairan Laut Flores, dimana nelayan Sulawesi Selatan kuhusunya pada 5 kabupaten (Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto dan Takalar) menjadikan perairan Laut Flores sebagai daerah potensi pelagis kecil, salah satunya adalah ikan layang (Decapterus). Dari data produksi tahunan periode tahun 1999-2007 terlihat adanya flutuasi penangkapan sumberdaya ikan layang, dimana hasil tangkapan yang tertinggi pada tahun 2006 sebesar 10.135 ton dan yang terendah pada tahun 2001 sebesar 5.150 ton, dengan rata-rata tangkapan pada sebesar 8.008,7 ton/tahun, sementara itu upaya pengkajian stok untuk menentukan satus perikanan layang di perairan Laut Flores-Sulawesi Selatan belum secara spesifik dilakukan sebagai informasi dasar untuk mengendalikan upaya penangkapan untuk kepentingan pengelolaannya.

Migrasi

lkan layang adalah jenis ikan yang hidup dalam air laut yang jernih dengan salinitas tinggi. Ikan ini berasal dari perairan bebas dan bersifat pelagis, karena itu Laut Jawa bukanlah merupakan "fishing ground yang tetap sepanjang tahun, tetapi suatu wilayah migrasi (HANDERBERG 1937; SOEMARTO 1958). Selanjutnya dikatakan oleh HANDENBERG (1937), bahwa ikan layang bersifat “stenohalina” hidup di air Laut yang bersalinitas tertentu yaitu antara 32-33‰, sehingga dalam kehidupannya dipengaruhi oleh musim dan ikan ini selalu bermigarasi musiman. Ikan layang muncul di permukaan karena di pengaruhi oleh migrasi harian dari organisme lain yang terdapat di suatu perairan. Pada siang hari gerombolan-gerombolan ikan bergerak kelapisan atas. Perpindahan tersebut disebabkan oleh adanya perpindahan masal dari plankton nabati yang diikuti oleh plankton hewani dan binatang-binatang yang lebih besar termasuk ikan (ASIKIN, 1971).

Menurut HANDENBERG (1937), migrasi ikan layang di perairan Indonesia mempunyai hubungan dengan pergerakan massa air laut walaupun secara tidak langsung. Selama musim timur sedang berlangsung air yang bersalinitas tinggi mengalir dari Laut Flores dan dari Laut Pasifik melalui Selat Karimata dan Selat Sunda. Pada permulaan ikan layang yang masih kecil yang berasal dari Laut Flores bermigrasi ke barat dan sesampainya di Pulau Bawean ikan ini sudah dewasa. Dalam migrasi ini mereka memijah. Pada puncaknya musim timur pada bulan-bulan JuniSeptember terdapat banyak ikan layang di Laut Jawa. VEEN (1953) mengatakan bahwa lndonesia terletak di daerah tropis mengenal dua musim yaitu musim barat atau musim penghujan, biasanya antara bulan Oktober - bulan Maret dan Musim timur atau musim kemarau antara bulan Juni – September.

Pada musim timur air laut Flores yang salinitas tinggi antara 33,5 – 34,4 ‰, masuk ke Selat Makassar bersalinitas 33‰ dan campuran ini mengalir ke Laut Jawa yang bersalinitas rendah. Oleh karena itu campuran ini maka sesampainya di Kepulauan Seribu arus ini terbagi ketiga jurusan, yaitu ke Selat Gaspar, Selat Karimata dan Selat Sunda. SOEMARTO (1958), mengatakan bahwa pada musim timur ikan layang dari Laut Flores masuk ke Laut Jawa dan banyak ikan tertangkap di Pulau Bawean, Kepulauan Karimun Jawa, di perairan Pekalongan, Tegal dan Cirebon. Ikan layang yang masuk ke Laut Jawa dari Laut Flores pada waktu musim timur disebut ikan layang timur. Pada musim barat, ikan layang dari Samudera Indonesia dengan mengikuti arus laut melewati Selat Sunda masuk ke Laut Jawa, dan ikan layang ini disebut ikan layang barat. Pada musim barat ikan layang yang tertangkap di pantai utara Jawa merupakan ikan layang campuran yaitu ikan layang barat dan ikan layang timur.