Apa yang anda ketahui tentang ikan kerapu batik ?

Ikan kerapu batik

Ikan kerapu batik (Epinephelus polyphekadion) mempunyai bentuk yang sedikit menyeramkan karena seperti penuh dengan corak koreng. Wajahnya galak seperti bergigi tajam. Bola matanya besar menonjol warna biru. Ikan kerapu batik hidup di kawasan terumbu karang, pulau-pulau, dan atol. Kerapu batik banyak ditemukan di perairan indo - pasifik daerah esturia, sekitar mangrove, muara sungai yang terdapat diperairan-perairan dangkal hingga 100 cm di bawah permukaan laut.

Jenis ikan ini terancam punah karena maraknya penangkapan yang berlebih tidak di imbangi dengan pelestarian dan rusaknya habitat ikan kerapu batik ini. Ikan kerapu batik dapat budidayakan dalam keramba.

Apa yang anda ketahui tentang ikan kerapu batik ?

Kerapu dikenal sebagai salah satu komoditas ekspor yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi. Kerapu sangat berbeda dengan kebanyakan ikan pada umumnya secara sistematika taksonominya. Ikan kerapu memiliki banyak genus. Ada tujuh genus yang membawahi sekitar 46 spesies Ikan Kerapu. Dari 46 jenis kerapu atau grouper, yang tergolong dalam tujuh genus dan hidup tersebar di laut dengan tipe habitat beragam, hanya ada enam jenis yang saat ini dipandang memiliki nilai ekonomis penting yaitu Kerapu Bebek, Kerapu Sunu, Kerapu Lumpur, Kerapu Macan, Kerapu Batik dan Kerapu Lodi.

Salah satu ikan Kerapu yang ‘berharga mahal’ adalah Kerapu Batik. Ikan Kerapu Batik termasuk dalam famili Serranidae dengan genus Epinephelus yang memiliki nama lain di pasar luar negeri yakni small tooth rock-cod, camouflage grouper, dan marble grouper . Ikan Kerapu Batik seperti halnya Ikan Kerapu Karang lainnya memiliki rasa daging yang enak namun saat ini permintaan akan Kerapu Batik masih dipenuhi dari hasil tangkapan di alam. Padahal Ikan Kerapu Batik yang masih satu genus dengan Ikan Kerapu Macan ini sudah dapat dibudidayakan.

Pembesaran ikan Kerapu Batik dapat dilakukan di karamba jaring apung, seperti halnya jenis Ikan Kerapu lainnya. Ukuran rakit dan karamba yang digunakan disesuaikan dengan kebutuhan target produksi dan ukuran Ikan yang akan dibudidayakan. Adapun kerangka rakit yang digunakan sebaiknya berukuran 5 m x 5 m dengan ukuran jaring 2 m x 2 m. Pembenihan Ikan Kerapu Batik sudah bisa dilakukan di hatchery. Adapun pembesarannya di KJA belum berkembang. Namun demikian, pemeliharaan jenis Ikan ini disarankan untuk menggunakan teknik pembesaran jenis Kerapu lain yang kini sudah diterapkan masyarakat.

Ikan Kerapu Batik atau Epinephelus microdon tergolong Ikan karang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

• Bagian atas kepala cembung.

• Kepala, badan, dan sirip berwarna cokelat pucat dan tertutup bintik-bintik berwarna cokelat gelap.

• Pada kepala dan badan terdapat bercak berwarna hitam tumpang tindih dengan bintik-bintik hitam tersebut.

• Pada bagian pangkal ekor tampak jelas sebuah bercak hitam.

• Terdapat banyak bintik-bintik putih pada sirip dan beberapa di bagian kepala dan badan.

• Tinggi badan pada sirip punggung pertama biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur

• Ujung sirip ekor membulat berbentuk busur.

• Musim pemijahan Mei sampai September.

• Ikan Kerapu Batik betina mencapai matang kelamin pada ukuran ukuran bobot antara 0,5-1,8 kg dan panjang total antara 32,0-43,0 cm. Jantannya matang gonad pada ukuran bobot lebih dari 1,9 kg dan panjang total 44 cm. Populasi Ikan Kerapu Batik banyak terdapat di daerah perairan kepulauan, khususnya di wilayah perairan atol. (djpb-kkp)

Karena permintaannya semakin meningkat sehingga dimasukkan dalam komoditas unggulan yang ditekankan dalam program intensifikasi budidaya perikanan. Selama ini untuk memenuhi kebutuhan benih kerapu masih mengandalkan dari hasil tangkapan di alam. Hal ini menyebabkan ketersediaannya tidak berkesinambungan.

Namun sejak tahun 1990 budidaya laut di Indonesia terlihat semakin meningkat seiring dengan adanya keberhasilan dalam kegiatan pembenihan benih dan berbagai jenis ikan laut ekonomis penting telah berhasil diproduksi secara massal, tidak terlalu banyak lagi mengandalkan di alam. Berbagai jenis ikan yang telah dikuasai tekniloginya, ikan kerapu batik masih merupakan salah satu andalan dalam budidaya laut di Indonesia.

Kerapu batik merupakan jenis ikan kerapu yang harganya mahal terutama yang mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik akan komoditas ini stabil bahkan cenderung meningkat. Namun demikian yang masih menjadi perhatian utama adalah ketersediaan benih yang belum dapat tepenuhi baik jumlah, mutu maupun kesinambungannya.

Ikan kerapu secara umum dikenal sebagai hewan karnivora yang buas dan rakus, memakan berbagai jenis ikan, crustacean dan kadang – kadang juga memakan cepalopoda (cumi-cumi). Seringkali hidup menyendiri dan menyukai naungan sebagai tempat sembunyi. Ikan kerapu lebih suka menghindar dari sinar matahari langsung, kecuali sewaktu mencari makan dan saat memijah.

Ikan kerapu adalah jenis ikan laut yang dapat ditemukan didaerah sub tropika dan tropika dari seluruh daerah lautan. Kebanyakan species ini tinggal didaerah karang, karang mati atau berlumpur. Ikan kerapu ini sering pula ditemukan di daerah pasang dan laut dengan kedalaman sekitar 40 m. Distribusi geografis ikan kerapu di mulai dari Pasifik Selatan hingga Pulau Guam, New Caledonia dan Selatan Australia. Pada bagian Timur Samudra Hindia dimulai dari Barat Austalia dan Nicobars, sedangkan pada Kepulauan Indonesia tersebar Di Riau, Jawa, Bali, NTB dan Maluku.

Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut yang semakin digemari oleh masyarakat. Kebutuhan ikan kerapu ini masih mengandalkan tangkapan dari alam sehingga lambat laun memungkinkan terjadinya penagkapan yang berlebihan (over fishing) baik dari segi ukuran maupun jumlah. Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka diperlukan upaya budidaya. Adapun kendala utama yang dihadapi di dalam budidaya ikan kerapu adalah sering terjadi kematian massal yang diduga disebabkan oleh penyakit, baik itu penyakit akibat jamur, bakteri maupun yang disebabkan oleh virus.

Penyakit didefenisikan sebagai suatu ketidaknormalan pada struktur atau fungsi tubuh yang ditunjukkan dengan gejala yang spesifik atau non spesifik. Kesalahan managemen dan lingkungan yang bermasalah dapat menimbulkan penyakit pada usaha budidaya ikan kerapu. Jaringan atau organ yang rusak, penurunan berat badan dan adanya kematian merupakan indikasi timbulnya penyakit. Dampak yang ditimbulkan adalah penurunan produk perikanan / budidaya, oleh karena itu pnyakit dan lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga kerugian dari segi ekonomi dapat ditekan.

Beberapa factor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu adanya interaksi antara inang (Host), penybab penyakit (Pathogen) dan lingkungan. Penyakit yang akan timbul apabila ikan yang dipelihara rentang terhadap penyakit dan kondisi lingkungan yang buruk yang menyebabkan peningkatan serangan penyakit serta penurunan kekebalan dari inang.

Faktor-faktor yang dapat menimbulkan penyakit adalah perubahan / fluktuasi suhu yang sangat tinggi, adanya radiasi sinar ultra violet dari matahari. Sedangkan factor – factor kimia seperti kontaminasi lingkungan dengan obat – obatan, racun, penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Keberadaan virus, bakteri jamur maupun parasit diperairan merupakan factor biologi fluktuasi suhu, kelarutan gas, pH dan ketersediaan makanan.

Kestabilan lingkungan terutama parameter fisika dan kimia air pada media pemeliharaan akan menentukan kesehatan ikan yang kita pelihara. Fluktuasi suhu, pH, salinitas atau oksigen terlarut yang melebihi batas optimum dapat menimbulkan stress dan pada akhirnya akan menimbulkan penyakit. Kunci sukses dalam upaya pemeliharaan ikan adalah mampu memahami dan mengelola lingkungan dalam hal ini air sebagai media pemeliharaan. Pemahaman terhadap pentingnya peranan lingkungan dan mengetahui penyebab penyakit adalah pentingnya dalam upaya pengendalian dan kontrol penyakit yang berpotensi menyerang ikan kerapu tersebut.