Apa yang anda ketahui tentang badak jawa?

Badak jawa

Badak jawa atau badak bercula-satu kecil (Rhinoceros sondaicus) adalah anggota famili Rhinocerotidae dan satu dari lima badak yang masih ada. Badak ini masuk ke genus yang sama dengan badak india dan memiliki kulit bermosaik yang menyerupai baju baja. Badak ini memiliki panjang 3,1–3,2 m dan tinggi 1,4–1,7 m. Badak ini lebih kecil daripada badak india dan lebih dekat dalam besar tubuh dengan badak hitam. Ukuran culanya biasanya lebih sedikit daripada 20 cm, lebih kecil daripada cula spesies badak lainnya.

1. Dulu Tersebar di Wilayah yang Luas

Nama ilmiah badak jawa adalah Rhinoceros sondaicus; dari bahasa Yunani “rhino”, yang berarti “hidung” dan “ceros” yang berarti “cula”. Sondaicus diambil dari kata “Sunda,” wilayah Jawa bagian barat. Juga mengindikasikan rangkaian kepulauan Sunda Besar yang meliputi wilayah kepulauan Indonesia di bagian barat seperti Sumatera, Kalimantan, Jawa hingga kepulauan Sunda Kecil yaitu Nusa Tenggara.

Di masa lalu, badak jawa dipercaya tersebar di Asia Tenggara, Sumatera hingga ke Jawa. Individu terakhir yang ada di luar TNUK di Jawa ditembak mati oleh pemburu di Tasikmalaya pada tahun 1934. Saat ini spesimennya dapat dilihat di Museum Zoologi Bogor. Inilah satu-satunya spesimen utuh badak jawa yang dapat dilihat oleh pengunjung.

Hingga sekarang masih banyak nama-nama daerah di Jawa bagian barat yang bernama “badak” yang mengindikasikan dahulu terdapat badak di wilayah tersebut.

2. Kulit dan Mitos di Sekitar Cula Badak

Kulit badak jawa memiliki semacam lipatan sehingga tampak seperti memakai tameng baja. Memiliki rupa mirip dengan badak india namun tubuh dan kepalanya lebih kecil dengan jumlah lipatan lebih sedikit. Bibir atas lebih menonjol sehingga bisa digunakan untuk meraih makanan dan memasukannya ke dalam mulut. Badak termasuk jenis pemalu dan soliter (penyendiri).

Badak jawa memiliki satu cula (spesies lain memiliki dua cula). Culanya adalah cula terkecil dari semua badak, panjangnya antara 20cm hingga 27cm. Badak jawa jarang menggunakan culanya untuk bertarung, tetapi menggunakannya untuk memindahkan lumpur di kubangan, atau untuk menarik tanaman agar dapat dimakan dan membuka jalan rintisan melalui vegetasi tebal.

Tidak ada hubungannya antara cula badak dengan mitos obat kuat. Cula badak terbuat dari bahan keratin yang mengeras, identik dengan tanduk atau kuku kerbau atau sapi.

Induk betina badak jawa dengan anaknya. Foto: International Rhino Foundation

3. Perkembangbiakannya Lambat

Sejak beberapa tahun belakangan hasil sensus badak di Ujung Kulon menunjukkan jumlah yang ajek. Beberapa hasil camera trap menunjukkan anak badak yang tertangkap kamera bersama induk betinanya. Namun demikian, tingkat reproduksi badak jawa tergolong lambat; betina melahirkan satu dalam interval 4-5 tahun, setelah masa kehamilan selama 15 hingga 16 bulan. Apalagi, badak jawa adalah spesies yang menghabiskan sebagian besar waktunya dengan menyendiri. Usia rata-rata badak ini adalah antara 40 tahun hingga 45 tahun.

Hasil monitoring badak Jawa tahun 2013 di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) melalui rekaman kamera pengintai diperkirakan jumlah populasinya 58 individu.

4. Badak adalah Makhluk Herbivor

Badak jawa dewasa berbobot 900 – 2300 kg , dan diperkirakan makan 50kg makanan per hari! Badak jawa adalah hewan herbivora dan makan bermacam-macam spesies tumbuhan, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh. Kebanyakan tumbuhan disukai oleh spesies ini tumbuh di daerah yang terkena sinar matahari. Masalah terbesar yang ada di Ujung Kulon, sebagian pakan badak serupa dengan banteng (Bos javanicus) yang menyebabkan mereka harus berkompetisi mendapatkan makanan.

Masalah lain adalah persebaran palma invasif langkap (Arenga obtusifolia) sejenis aren yang cepat berkembang biak di hutan rawa dan dataran rendah lewat biji yang disebarkan oleh musang. Langkap telah menggantikan vegetasi yang merupakan pakan badak. Diperkirakan langkap telah menginvasi 30 persen dari luas semenanjung Ujung Kulon. Hingga saat ini belum ada cara efektif untuk mencegah perkembangan langkap.
Petugas menunjukkan jejak badak di Cidaon, Ujung Kulon. Foto: Indra Nugraha

5. Tidak Memiliki Predator

Kecuali pemburu, maka secara alami badak jawa tidak memiliki predator. Badak jawa dewasa tidak memiliki hewan pemangsa sebagai musuh. Badak jawa biasanya menghindari manusia, tetapi dapat balik menyerang jika merasa terganggu. Karena sifatnya yang soliter hidup di hutan tropis yang lebat dan kelangkaannya, penelitian tentang badak jawa minim dibandingkan dengan satwa lain. Peneliti menggunakan kamera dan sampel kotoran untuk mengukur kesehatan dan tingkah laku mereka.

Badak jawa sendiri memiliki indera pendengaran dan penciuman yang tajam, namun indera penglihatan yang hanya memiliki jarak pandang terbatas. Satwa ini tak jarang menjadi agresif jika bertemu dengan manusia di hutan.

6. Ancaman Lain Diluar Perburuan

Dalam beberapa dekade terakhir di Ujung Kulon, berkat penyadaran kepada masyarakat dan sosialisasi, tidak ada lagi perburuan badak. Tetapi bukan berarti badak jawa telah aman di habitatnya. Taman Nasional di sebelah timur berbatasan dengan perkampungan masyarakat yang umumnya memelihara ternak. Dengan model pelepasanliaran kerbau milik masyarakat untuk mencari makan, ini akan menyebabkan potensi penyebaran dan penularan penyakit dari hewan ternak ke satwa liar menjadi tinggi.

Salah satu penyakit hewan yang paling mematikan adalah anthrax yang mudah tersebar di kalangan hewan ternak. Saat ini pihak otoritas dibantu kalangan aktivis mencoba memberikan tingkat penyadaran kepada masyarakat yang tinggal di sekeliling taman nasional, sekaligus mencari solusi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Badak Jawa


Badak jawa memiliki nama Latin: ( Rhinoceros sondaicus sondaicus ) Badak Jawa merupakan salah satu mamalia besar terlangka di dunia yang ada diambang kepunahan. Dengan hanya sekitar 50 ekor individu di alam liar, spesies ini diklasifikasikan sebagai sangat terancam (critically endangered) dalam Daftar Merah IUCN. Ujung Kulon menjadi satu-satunya habitat yang tersisa bagi badak Jawa. Populasi badak Jawa di Vietnam telah dinyatakan punah.

Status badak Jawa dilindungi sejak 1931 di Indonesia, yang diperkuat dengan penetapan Ujung Kulon di barat daya pulau Jawa sebagai taman nasional sejak 1992.

Deskripsi Fisik

  • Cula kecil dengan panjang sekitar 25 cm untuk badak jantan sementara badak betina hanya memiliki cula kecil atau tidak sama sekali.
  • Berat badan antara 900 – 2.300 kg, dengan panjang badan 2 – 4 meter dan tinggi 1.7 meter.
  • Berwarna abu-abu dengan tekstur kulit yang tidak rata dan berbintik.
  • Badak jantan mencapai fase dewasa setelah 10 tahun, sementara betina pada usia 5 sampai 7 tahun dengan masa mengandung selama 15 – 16 bulan.
  • Bagian atas bibirnya meruncing untuk mempermudah mengambil daun dan ranting.

Ekologi dan Habitat


Badak Jawa pernah hidup di hampir semua gunung-gunung di Jawa Barat, diantaranya berada hingga diatas ketinggian 3000 meter diatas permukaan laut. Pada tahun 1960-an, diperkirakan sekitar 20 sd 30 ekor badak saja tersisa di TN Ujung Kulon.

Populasinya meningkat hingga dua kali lipat pada tahun 1967 hingga 1978 setelah upaya perlindungan dilakukan dengan ketat, yang didukung oleh WWF-Indonesia. Sejak akhir tahun 1970-an, jumlah populasi Badak Jawa tampaknya stabil dengan angka maksimum pertumbuhan populasi 1% per tahun.

Berdasarkan pengamatan terhadap ukuran wilayah jelajah dan kondisi habitat, Ujung Kulon diperkirakan memiliki daya dukung bagi 50 individu badak. Hanya saja, populasi yang stagnan menandakan batas daya dukung sudah dicapai. Karena alasan tersebut serta upaya preventif menghindarkan populasi badak dari ancaman penyakit dan bencana alam, para ahli merekomendasikan adanya habitat kedua bagi Badak Jawa. Beberapa lokasi yang menjadi pertimbangan adalah: Hutan Baduy, Taman Nasional Halimun – Salak, Cagar Alam Sancang dan Cikepuh.

Ancaman

Sudah tidak ditemukan kasus perburuan liar badak Jawa sejak tahun 1990-an karena penegakan hukum yang efektif oleh otoritas taman nasional yang diiringin dengan inisiatif-inisiatif seperti Rhino Monitoring and Protection Unit (RMPU) serta patroli pantai.

Ancaman terbesar bagi populasi badak Jawa adalah :

  • Berkurangnya keragaman genetis
    Populasi badak Jawa yang sedikit menyebabkan rendahnya keragaman genetis. Hal ini dapat memperlemah kemampuan spesies ini dalam menghadapi wabah penyakit atau bencana alam (erupsi gunung berapi dan gempa).

  • Degradasi dan hilangnya habitat
    Ancaman lain bagi populasi badak Jawa adalah meningkatnya kebutuhan lahan sebagai akibat langsung pertumbuhan populasi manusia. Pembukaan hutan untuk pertanian dan penebangan kayu komersial mulai bermunculan di sekitar dan di dalam kawasan lindung tempat spesies ini hidup.

1 Like

Badak Jawa


Badak merupakan salah satu hewan mamalia yang tersisa dari zaman purbakala. Badak berevolusi hingga zaman ini dan tidak meninggalkan ciri-ciri bentuk dan ciri dari nenek moyangnya (Sectionov,2012). Badak adalah binatang yang besar dan kuat, maka dari itu mereka tidak dapat berlari secepat kuda, namun mereka telah memperkuat kulit mereka yang tebal, sehingga dapat menghindar dari serangan-serangan. Badak memiliki penglihatan yang kurang baik, tetapi mereka memiliki penciuman dan pendengaran yang tajam. Mereka menggunakan penciumannya yang tajam untuk mengenali satu sama lain, untuk mencari makanan, juga untuk menghindari bahaya. Otot terbesar pada badak terdapat di lehernya. Otot besar ini diperlukan untuk menyangga kepala badak yang besar. Badak adalah hewan herbivora, yaitu hewan pemakan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. (Penny, 1992)

Badak memiliki 5 spesies yang digolongkan berdasarkan culanya yaitu Diceros bicornis (badak hitam), Ceratotherium simum (badak putih), Rhinoceros unicornis (badak India), Dicerorhinus sumatrensis (badak Sumatera), dan Rhinoceros sondaicus (badak Jawa). Badak hitam dan badak putih berasal dari benua Afrika, dan badak India, badak Sumatera, dan badak Jawa berasal dari benua Asia. Dari kelima jenis badak tersebut yang kini tersisa paling sedikit. Penyebab utama kelangkaan badak adalah karena dahulu kala marak terjadi perburuan liar. Banyak orang yang memburu badak dan mengambil culanya. Konon katanya culanya sangat berharga sebagai pengobatan tradisional Tiongkok. Tidak hanya culanya yang dapat menjadi obat, namun kulit, tulang, darah, sampai jeroannya juga bermanfaat sebagai pengobatan. Namun sampai sekarang belum ada uji ilmiah yang dapat membuktikan kebenarannya.

Namun yang jelas berbagai macam khasiat itulah yang menyebabkan Badak dicari dan diburu.
Meningkatnya populasi manusia juga menjadi salah satu kelangkaan keberadaan hewan ini. Manusia semakin berkembang dan butuh lahan untuk bercocok tanam. Tak hanya itu, perubahan iklim juga menjadi masalah. Kemarau yang berkepanjangan dapat menyebabkan kolam air kering. Sedangkan badak sangat membutuhkan kolam air untuk minum serta untuk berkubang dan ketika hujan berkurang jenis tanaman yang masih hidup juga berbeda. (Orme,2007).

Badak jantan dinyatakan dewasa pada umur 10 tahun, sedangkan badak betina dewasa pada umur 5-7 tahun dengan masa mengandung selama 15-16 bulan. Seekor badak betina hanya melahirkan satu anak. Dan anak badak selalu didampingi induk badak sekurangnya 2 tahun, setelah itu sang induk melepas anaknya. Badak betina bisa melahirkan dua sampai empat tahun sekali dan mengalami menopause pada umur 30 tahun. (WWF Indonesia,2011). Menurut Rinaldiet al. (1997) musim kawin pada badak berlangsung tiap tahun pada sekitar bulan Agustus. Maka dapat disimpulkan bahwa regenerasi hewan badak tergolong lambat.
Badak sendiri memiliki peranan penting bagi ekosistem. Pepohonan di hutan suka menebarkan benih-benih pohonnya ke tubuh badak, dan badak dapat berjalan sampai jarak berkilo-kilo. Badak juga suka berkubang di kubangan dan benih-benih pohon tadi dapat tersebar ke dataran yang lebih luas. Maka dari itu menyelamatkan badak sama artinya dengan menyelamatkan hutan. (Litur, 2012).

Walau namanya adalah badak Jawa, badak ini tidak hanya tinggal di daerah Jawa. Badak Jawa pernah hidup di Vietnam. Namun akibat perburuan liar di Vietnam marak terjadi kini keberadaan badak Jawa di Vietnam dinyatakan punah. WWF Internasional menyatakan badak Jawa terakhir di Vietnam mati dibunuh oleh pemburu liar pada akhir April 2010 (X.A.N, 2011). Kini badak Jawa masih bertahan hidup di Ujung Kulon, Indonesia dan tercatat bahwa kini tersisa 50 ekor. Badak Jawa panjangnya mencapai 3.5 meter, beratnya 1.600 kg dan panjang culanya sekitar 25-27 cm. Badak Jawa hanya memiliki satu cula. Dan cula badak Jawa adalah cula terkecil dari semua badak, biasanya lebih sedikit dari 20 cm dengan yang terpanjang sepanjang 27 cm.

Badak jawa jarang menggunakan culanya untuk bertarung, tetapi menggunakannya untuk memindahkan lumpur di kubangan, untuk menarik tanaman agar dapat dimakan, dan membuka jalan melalui vegetasi tebal.(Penny,1992). Keberadaan badak Jawa juga menarik perhatian dunia karena badak Jawa termasuk lima spesies badak paling langka yang ada di dunia dan masuk dalam Daftar Merah badan konservasi dunia IUCN, yaitu dalam kategori sangat terancam atau critically endangered. Pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang yang melindungi keberadaan hewan-hewan langka yaitu Undang-Undang RI No.5 TAHUN 1990.

1 Like