Apa yang anda ketahui tentang Fossa?

Fossa

Fossa (Cryptoprocta ferox) adalah karnivora mamalia endemik di Madagaskar. Hewan ini adalah anggota dari Eupleridae, sebuah keluarga dari carnivorans berkaitan erat dengan keluarga luwak (Herpestidae). Klasifikasi hewan ini kontroversial karena ciri-ciri fisik menyerupai keluarga kucing, namun sifat-sifat lainnya menunjukkan hubungan yang dekat dengan viverrids (kebanyakan luwak dan keluarga mereka). Klasifikasi hewan ini dan hewan-hewan karnivora lainnya yang ada di Malagasy dipengaruhi hipotesis tentang berapa kali mamalia karnivora yang telah menghuni Madagaskar. Dengan studi genetik menunjukkan bahwa fossa dan hewan karnivora Malagasy lainnya terkait erat satu sama lain (membentuk klad, yaitu keluarga Eupleridae), hewan-hewan Karnivora sekarang diperkirakan telah menghuni pulau setelah sekitar 18 sampai 20 juta tahun yang lalu.

Fossa adalah mamalia karnivora terbesar di pulau Madagaskar dan dapat dibandingkan dengan Puma kecil. Ketika dewasa panjang kepala sampai tubuh sepanjang 70–80 cm (28–31 in) dan berat antara 5,5 dan 8,6 kg (12 dan 19 lb), dengan jantan lebih besar daripada betina. Memiliki cakar yang dapat ditarik sebagian ( dapat memperpanjang tapi tidak bisa menarik cakarnya sepenuhnya) dan pergelangan kaki yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk memanjat dan menuruni pohon, dan juga dapat melompat dari pohon ke pohon. Fossa adalah unik untuk bentuk alat kelamin dibanding anggota keluarga lainnya, yang memiliki kesamaan dengan kucing dan hyena.

Fossa atau foosa (Cryptoprocta ferox) adalah nama dari sejenis hewan berpenampilan mirip kucing yang hanya bisa ditemukan di Pulau Madagaskar, sebuah pulau yang terletak di sebelah timur Afrika. Selain memiliki penampilan fisik mirip kucing, fossa juga pandai memanjat pohon & bisa menarik masuk cakarnya. Namun tidak seperti kucing, fossa memiliki hidung bulat berwarna hitam & penciuman yang tajam. Oleh para ahli, fossa dianggap memiliki kekerabatan lebih dekat dengan luwak & musang ketimbang kucing.

Sebagai akibat dari kondisi geografis Madagaskar yang terisolasi dari daratan Afrika lainnya & ukuran fossa yang besar untuk ukuran fauna setempat, fossa pun menjadi predator puncak dalam siklus rantai makanan habitat liar Madagaskar. Hampir seluruh hewan darat yang tinggal di Madagaskar menjadi mangsa dari fossa. Mulai dari lemur, burung, kera, tikus, reptil, amfibi, hingga serangga. Fossa adalah pemburu yang serba bisa karena pandai berburu di permukaan tanah maupun di atas pohon sama baiknya.

Fossa aktif baik di siang maupun malam hari di mana puncak aktivitasnya berada pada saat matahari redup. Fossa memiliki pola hidup menyendiri (soliter) di mana setiap individu fossa memiliki wilayah kekuasaannya masing-masing. Untuk menandai batas wilayahnya, fossa memakai senyawa berbau yang dihaslkan oleh kelenjarnya yang terletak di bagian anus. Fossa bisa ditemukan di seluruh daratan Madagaskar, kecuali di daerah yang pepohonannya sedikit & yang letaknya 2.000 m di atas permukaan laut.

Musim kawin fossa terjadi antara bulan September hingga Oktober. Metode kawin fossa terbilang unik karena saat hendak kawin, fossa betina akan pergi ke tempat yang sama setiap tahunnya. Di tempat kawin yang biasanya berupa pohon tersebut, fossa-fossa jantan akan berkumpul & saling berlomba untuk memikat betina dengan cara mengeluarkan suara-suara keras & berkelahi satu sama lain. Seekor fossa betina bisa bertahan di pohon tempat perkawinan yang sama selama seminggu & kawin dengan beberapa ekor pejantan selama periode tersebut.

Sesudah melakukan perkawinan, fossa betina akan pergi mencari tempat untuk melahirkan anak-anaknya. Tempat-tempat yang biasa digunakan oleh fossa betina untuk melahirkan bervariasi, mulai dari cekungan batu, sarang rayap, hingga lubang besar pada batang pohon. Periode kehamilan fossa mencapai 90 hari & sesudah itu, fossa akan mengeluarkan bayinya yang berjumlah antara 1 - 7 ekor. Bayi fossa yang baru lahir berbulu tipis, tidak bergigi, & buta. Baru sesudah 2 minggu, bayi fossa mulai bisa membuka matanya.

Bayi fossa hidup menyusu pada induknya hingga usia 5 bulan, namun akan tetap berada di dekat induknya hingga usia 2,5 tahun. Kematangan seksual dicapai pada usia 4 tahun. Tidak diketahui usia maksimal fossa di alam liar, namun fossa yang hidup dalam penangkaran diketahui bisa hidup hingga usia lebih dari 20 tahun. Fossa bisa tumbuh hingga sepanjang 80 cm dengan panjang ekor yang sama dengan panjang tubuhnya. Fossa betina berukuran sedikit lebih kecil ketimbang fossa jantan.

Karena fossa adalah predator puncak dalam ekosistem Madagaskar, maka fossa tidak memiliki musuh alamiah. Ancaman terbesar bagi keberadaan fossa di alam liar adalah aktivitas penebangan hutan yang mengakibatkan luas hutan habitatnya menjadi semakin sempit. Manusia juga kadang-kadang memburu fossa karena fossa dianggap sebagai hama yang kerap menyerang hewan ternak setempat. Sebagai akibat dari kombinasi kedua hal tersebut, populasi fossa di alam liar pun mengalami penurunan & sekarang jumlah mereka di alam liar dilaporkan tidak lebih dari 2.500 ekor.

Untuk mencegah fossa benar-benar punah, beberapa daerah di Madagaskar seperti Ankarana, Analamera, Ranomafana, Andasibe-Mantadia, & Montagne d’Ambre sudah dijadikan sebagai area hutan lindung. Pengembang biakkan fossa di dalam penangkaran juga sedang diupayakan untuk membantu mempercepat pertambahan populasinya. Pemerintah Madagaskar juga berencana melaksanakan “Durban Plan”, sebuah rencana untuk memperluas area hutan lindung di Madagaskar hingga seluas 6 hektar sehingga bisa membantu melindungi lebih banyak biota-biota setempat, termasuk fossa.

Sekarang ini, ada 2 kelompok non-pemerintah utama yang melakukan riset pada fossa. Kedua kelompok tersebut adalah organisasi Wildlife Conservation Society (WCS; Lembaga Pelestarian Margasatwa) & tim peneliti dari Duke University yang didanai oleh LSM Earthwatch. Diharapkan, penelitian yang mereka lakukan bisa membantu memahami perilaku fossa lebih jauh yang kemudian bisa digunakan untuk menyusun langkah-langkah pelestarian fossa lebih jauh. Kelompok-kelompok tadi juga melakukan penyuluhan untuk membantu meningkatkan kesadaran penduduk setempat mengenai manfaat dari fossa bagi lingkungan sehingga penduduk setempat jadi terdorong untuk ikut melestarikan fossa.