Apa yang anda ketahui tentang filosof Thomas Aquinas?

Thomas Aquinas

Thomas Aquinas kadangkala juga disebut Thomas dari Aquino (bahasa Italia: Tommaso d’Aquino) adalah seorang filsuf dan ahli teologi ternama dari Italia.

Ia menjadi terkenal karena dapat membuat sintesis dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Sintesisnya ini termuat dalam karya utamanya: Summa Theologiae (1273). Ia disebut sebagai “Ahli teologi utama orang Kristen.” Bahkan ia dianggap sebagai orang suci oleh Gereja Katholik dan memiliki gelar santo.

Aquinas merupakan teolog skolastik yang terbesar. Ia adalah murid Albertus Magnus. Albertus mengajarkan kepadanya filsafat Aristoteles sehingga ia sangat mahir dalam filsafat itu. Pandangan-pandangan filsafat Aristoteles diselaraskannya dengan pandangan-pandangan Alkitab. Ialah yang sangat berhasil menyelaraskan keduanya sehingga filsafat Aristoteles tidak menjadi unsur yang berbahaya bagi iman Kristen. Pada tahun 1879, ajaran-ajarannya dijadikan sebagai ajaran yang sah dalam Gereja Katolik Roma oleh Paus Leo XIII.

Thomas dilahirkan di Roccasecca, dekat Aquino, Italia, tahun 1225. Ayahnya ialah Pangeran Landulf dari Aquino. Orang tuanya adalah orang Kristen Katolik yang saleh. Itulah sebabnya anaknya, Thomas, pada umur lima tahun diserahkan ke biara Benedictus di Monte Cassino untuk dibina agar kelak menjadi seorang biarawan. Setelah sepuluh tahun Thomas berada di Monte Cassino, ia dipindahkan ke Naples untuk menyelesaikan pendidikan bahasanya. Selama di sana, ia mulai tertarik kepada pekerjaan kerasulan gereja, dan ia berusaha untuk pindah ke Ordo Dominikan, suatu ordo yang sangat berperanan pada abad itu. Keinginannya tidak direstui oleh orang tuanya sehingga ia harus tinggal di Roccasecca setahun lebih lamanya. Namun, tekadnya sudah bulat sehingga orang tuanya menyerah kepada keinginan anaknya. Pada tahun 1245, Thomas resmi menjadi anggota Ordo Dominikan.

Sebagai anggota Ordo Dominikan, Thomas dikirim belajar pada Universitas Paris, sebuah universitas yang sangat terkemuka pada masa itu. Ia belajar di sana selama tiga tahun (1245 – 1248). Di sinilah ia berkenalan dengan Albertus Magnus yang memperkenalkan filsafat Aristoteles kepadanya. Ia menemani Albertus Magnus memberikan kuliah di Studium Generale di Cologne, Perancis, pada tahun 1248 - 1252.

Pada tahun 1252, ia kembali ke Paris dan mulai memberi kuliah Biblika (1252-1254) dan Sentences, karangan Petrus Abelardus (1254-1256) di Konven St. Jacques, Paris.

Kecakapan Thomas sangat terkenal sehingga ia ditugaskan untuk memberikan kuliah-kuliah dalam bidang filsafat dan teologia di beberapa kota di Italia, seperti di Anagni, Orvieto, Roma, dan Viterbo, selama sepuluh tahun lamanya. Pada tahun 1269, Thomas dipanggil kembali ke Paris. Ia hanya tiga tahun berada di sana karena pada tahun 1272 ia ditugaskan untuk membuka sebuah sekolah Dominikan di Naples.

Dalam perjalanan menuju ke Konsili Lyons, tiba-tiba Thomas sakit dan meninggal di biara Fossanuova, 7 Maret 1274. Paus Yohanes XXII mengangkat Thomas sebagai orang kudus pada tahun 1323.

Pemikiran Thomas Aquinas


Thomas mengajarkan Allah sebagai “ada yang tak terbatas” (ipsum esse subsistens). Allah adalah “dzat yang tertinggi”, yang memunyai keadaan yang paling tinggi. Allah adalah penggerak yang tidak bergerak. Tampak sekali pengaruh filsafat Aristoteles dalam pandangannya.

Dunia ini dan hidup manusia terbagi atas dua tingkat, yaitu tingkat adikodrati dan kodrati, tingkat atas dan bawah. Tingkat bawah (kodrati) hanya dapat dipahami dengan mempergunakan akal. Hidup kodrati ini kurang sempurna dan ia bisa menjadi sempurna kalau disempurnakan oleh hidup rahmat (adikodrati). “Tabiat kodrati bukan ditiadakan, melainkan disempurnakan oleh rahmat,” demikian kata Thomas Aquinas.

Mengenai manusia, Thomas mengajarkan bahwa pada mulanya manusia memunyai hidup kodrati yang sempurna dan diberi rahmat Allah. Ketika manusia jatuh ke dalam dosa, rahmat Allah (rahmat adikodrati) itu hilang dan tabiat kodrati manusia menjadi kurang sempurna. Manusia tidak dapat lagi memenuhi hukum kasih tanpa bantuan rahmat adikodrati. Rahmat adikodrati itu ditawarkan kepada manusia lewat gereja. Dengan bantuan rahmat adikodrati itu manusia dikuatkan untuk mengerjakan keselamatannya dan memungkinkan manusia dimenangkan oleh Kristus.

Mengenai sakramen, ia berpendapat bahwa terdapat tujuh sakramen yang diperintahkan oleh Kristus, dan sakramen yang terpenting adalah Ekaristi (sacramentum sacramentorum). Rahmat adikodrati itu disalurkan kepada orang percaya lewat sakramen. Dengan menerima sakramen, orang mulai berjalan menuju kepada suatu kehidupan yang baru dan melakukan perbuatan-perbuatan baik yang menjadikan ia berkenan kepada Allah. Dengan demikian, rahmat adikodrati sangat penting karena manusia tidak bisa berbuat apa-apa yang baik tanpa rahmat yang dikaruniakan oleh Allah.

Gereja dipandangnya sebagai lembaga keselamatan yang tidak dapat berbuat salah dalam ajarannya. Paus memiliki kuasa yang tertinggi dalam gereja dan Pauslah satu-satunya pengajar yang tertinggi dalam gereja. Karya teologis Thomas yang sangat terkenal adalah “Summa Contra Gentiles” dan “Summa Theologia”.

Teori pengetahuan – realisme Aristotelian, realisme klasik.

  • Nalar yang tanpa tujuan semata tidaklah cukup untuk mengetahui dunia dan Tuhan.

  • Ada unsur “given” baik dalam pengetahuan tentang dunia yang berupa pengalaman maupun dalam pengetahuan tentang Tuhan yang berupa wahyu.

  • St. Thomas Aquinas sejalan dengan Aristoteles yang mengatakan bahwa tidak ada sesuatu dalam intelek yang bukan yang pertama dalam pengalaman.

  • Berbeda dengan Aristoteles, St. Thomas Aquinas mengatakan bahwa manusia diciptkan untuk sebuah akhir supernatural dan karenanyaia tidak sempurna dalam dirinya dan dalam dunia ini, sama halnya dengan ketidaksempurnaan ilmu pengetahuan tanpa wahyu.

  • Objek material adalah nyata dan sedang berusaha untuk tidak hanya eksis tetapi juga menghaislkan persepsi bagi intelek (pikiran).

  • Intelek (pikiran) juga nyatadan sedang berudaha tidak hanya untuk eksis tetapi juga mengabstrakkan bentuk-bentuk (ide) esensi, yakni sesuatu atau substansi.

  • Intelek bekerja untuk menggunakan pengalaman sebagai alat untuk dapat mengetahui sesuatu yang benar-benar nyata secara independen, yaitu menggunakan image dan konsep sensori atau ide universal yang terabstrakkan dari partikular-partikular dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu.

  • Konsep, seperti bundar bersifat universal dalam pikiran maupun dalam sesuatu, menjadikan ilmu pengetahuan dapat bersifat objektif.

Teori realitas – teisme, absolut, Thomisme, Aristotelianisme, Skolatisisme, Supernaturalisme.

  • Tugas filsafat bersifat metafisik dalam pandangan Aristoteles, yang dimulai dengan dunia ada yang konkrit sampai kepada pengetahuan tentang apa yang disebut being, bagaimana ini ada, bagaimana syarat keberadaannya.

  • Dunia diciptakan dari yang tiada oleh Tuhan yang satu-satunya memiliki esensi, yaitu substansi, identik dengan eksistensi (supernaturalisme).

  • Tuhan adalah tindak murni, wajib ada, tidak sebagai eksistensi yang tidak tentu; Dia adalah eksistensi itu sendiri.

  • Esensi dan eksistensi merupakan dua unsur prinsip metafisika dari segala sesuatu yang terbatas.

  • Tidak ada esensi tanpa eksistensi, dan tidak ada eksistensi tanpa esensi.

  • Dunia, termasuk manusia, adalah sebuah pluralitas dan hierarki dari sesuatu yang nyata, yang dalam taraf yang berbeda menggabungkan tindakan dengan potensi.

  • Tuhan tidak hanya merupakan prinsip pertama secara filosofis.

  • Tuhan memiliki semua karakteristik tersebut dan misteri Tuhan personal dalam Kristen (teisme).