Apa yang anda ketahui tentang Elang Jawa?

Elang-Jawa-Nisaetus-bartelsi

Elang jawa (Nisaetus bartelsi) adalah salah satu spesies elang berukuran sedang yang endemik di Pulau Jawa. Elang jawa bertubuh sedang sampai besar, langsing, dengan panjang tubuh antara 60-70 cm dan ukuran terkecil antara 56-61 cm (dari ujung paruh hingga ujung ekor) dengan rentang sayap sekitar 110-130 cm.

Kepala berwarna coklat kemerahan (kadru), dengan jambul yang tinggi menonjol (2-4 bulu, panjang hingga 12 cm) dan tengkuk yang coklat kekuningan (kadang tampak keemasan bila terkena sinar matahari). Jambul hitam dengan ujung putih; mahkota dan kumis berwarna hitam, sedangkan punggung dan sayap coklat gelap. Kerongkongan keputihan dengan garis (sebetulnya garis-garis) hitam membujur di tengahnya. Ke bawah, ke arah dada, coret-coret hitam menyebar di atas warna kuning kecoklatan pucat, yang pada akhirnya di sebelah bawah lagi berubah menjadi pola garis (coret-coret) rapat melintang merah sawomatang sampai kecoklatan di atas warna pucat keputihan bulu-bulu perut dan kaki. Bulu pada kaki menutup tungkai hingga dekat ke pangkal jari. Ekor kecoklatan dengan empat garis gelap dan lebar melintang yang tampak jelas di sisi bawah, ujung ekor bergaris putih tipis. Betina berwarna serupa, sedikit lebih besar.

Iris mata kuning atau kecoklatan; paruh kehitaman; sera (daging di pangkal paruh) kekuningan; kaki (jari) kekuningan. Burung muda dengan kepala, leher dan sisi bawah tubuh berwarna coklat kayu manis terang, tanpa coretan atau garis-garis.

Ketika terbang, elang jawa serupa dengan elang brontok (Nisaetus cirrhatus) bentuk terang, namun cenderung tampak lebih kecoklatan, dengan perut terlihat lebih gelap, serta berukuran sedikit lebih kecil.

Bunyi nyaring tinggi, berulang-ulang, klii-iiw atau ii-iiiw, bervariasi antara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli. Sedikit banyak, suaranya ini mirip dengan suara elang brontok meski perbedaannya cukup jelas dalam nadanya.

Sumber : wikipedia

Elang Jawa atau biasa disebut sebagai Javan Hawk-Eagle adalah hewan endemik asli Indonesia. Burung ini masih masuk dalam kerabat dari spesies elang yang ada di seluruh dunia. Namun untuk jenis yang satu ini memang sangat spesial dibandingkan dengan jenis lainnya.

Sebab ada beberapa fakta yang membuat elang jawa ini sangat spesial. Setidaknya kamu wajib tahu 6 fakta menarik yang ada pada burung yang satu ini. Beberapa dari fakta tersebut akan dibahas dalam ulasan berikut ini.

Disebut Sebagai “Garuda”

Seperti yang kita tahu, garuda adalah sosok mitologi yang mempunyai wujud manusia berkepala burung dan bersayap. Tentu tidak mungkin melihat sosok asli dari lambang negara kita ini.

Namun jika kamu memperhatikan sosok burung berjambul yang ada di depan kelas, maka wujudnya sangat mirip dengan elang jawa yang juga berjambul. Sehingga para pengamat burung sering menyebutnya “garuda” asli bumi pertiwi yang hidup di alam nyata.

Bentuk dan Ciri-cirinya

Elang jawa dewasa mempunyai bentuk tubuh sedang, tegap dan berbulu lebat. Ukuran maksimalnya dapat mencapai 60 cm, dengan ciri khas jambulnya yang menjulang ke atas dan berwarna hitam.

Bulu punggung yang gelap, bulu sisi kepala coklat kemerahan, dan coretan vertikal di tenggorokan. Pada bagian dada ada garis horizontal hitam berlatar putih. Elang jawa terbang dengan membulatkan sayapnya, menekuk ke atas seperti huruf ‘v’ dengan garis-garis hitam di bagian pinggir sayapnya.

Habitat Asli Elang Jawa

Berdasarkan peta persebaran fauna di Indonesia, elang jawa hanya bisa ditemukan di habitat aslinya yakni di pulau Jawa. Kecuali ada beberapa yang ditangkarkan di penangkaran atau taman safari nasional. Elang jawa sangat menyukai habitat hutan pegunungan, perbukitan dan dataran tinggi bahkan sampai 3000 mdpl.

Burung ini memangsa hewan kecil seperti musang, tikus, ayam hutan atau kadal. Biasanya elang jawa mengintai mangsanya dari tajuk pohon yang tinggi sebelum menukik mencengkeram mangsanya.

Cara Hidup dan Bereproduksi

Elang jawa hidup dengan cara berpasangan dan bereproduksi saat masuk usia 3-4 tahun. Selain itu, elang jawa juga termasuk hewan monogami, yakni hanya hidup dengan satu pasangan seumur hidupnya.

Musim kawin dari elang jawa berkisar antara bulan Mei sampai September, dan sarang aktif dari Januari sampai Juni. Namun faktanya elang jawa bisa bereproduksi sepanjang tahun. Tetapi tidak semuanya bisa menetas, sebab telurnya bisa juga dimangsa hewan lain atau sengaja diambil manusia.

Ancaman Kepunahan

Elang jawa mengalami ancaman kepunahan bukan karena kerusakan ekosistem. Tetapi karena faktor perburuan telur dan indukan juga adanya pemangsa, maka tingkat kepunahan elang jawa sangat terancam. Meski biasanya sarangnya terpisah dari pohon lain dan terletak di ketinggian 40-50 meter, masih saja ada yang memburunya.

Selain faktor tersebut, lama penetasan telur elang jawa juga tergolong sangat lama. Telur baru menetas di hari ke 40-50 setelah dierami. Tingkat jumlah telur yang diproduksi per tahun juga cukup rendah, yakni hanya satu butir per 2-3 tahun.

Upaya Pemerintah dan Solusinya

Karena kelangkaan spesies dan terancam punah, maka pemerintah membuat PP no 7 tahun 1999. Dimana setiap tindakan penangkapan, perburuan, jual-beli dan kepemilikan atas alasan apapun (seperti falconry) atas elang jawa dilarang oleh hukum. Apabila ada yang melanggar dapat dijatuhi hukuman penjara maksimal 5 tahun.

Pemerintah juga menggalakkan penangkaran dan suaka alam di habitat asli elang jawa. Namun karena kurang sadarnya masyarakat dan pengawasan yang tidak ketat, membuat kegiatan perburuan masih berlangsung. Bahkan menurut fakta di lapangan, setidaknya ada 22 elang jawa menghilang per tahunnya dari habitat aslinya akibat perburuan liar.

Elang jawa


Elang Jawa dengan nama ilmiah Spizaetus Bartelsi Stesemann merupakan salah satu fauna khas di Indonesia khususnya di pulau Jawa. Mac Kinnon (seperti dikutip Andono, 2004) menciri-cirikan fisikburung Elang Jawa berwarna coklat kayu manis terang, Iris mata kuning atau kecoklatan, paruh kehitaman dengan pangkal paruh kekuningan, kaki kekuningan dan memiliki jambul panjang dibagian kepala.

Klarifikasi Ilmiah Elang Jawa :

  • Kingdom : Animalia
  • Phyllum : Chordata Subphyllum : Vertebrata Class : Aves
  • Ordo : Falconiformes
  • Familly : Accipitridae
  • Genus : Spizaetus
  • Species : Spizaetus Bartelsi Stesemann

Habitat


Elang Jawa paling sering dijumpai diketinggian antara 500 m – 1500 m diatas permukaan laut (Dpl) dan di hutan alam (48%) dari pada di hutan tanaman. Elang Jawa menyukai pohon yang tinggi menjulang yang dapat digunakan untuk mengincar mangsa ataupun sebagai sarang. Tercatat bahwa Elang Jawa membangun sarang di pohon Rasamala ( Altingia excelsa ), pasang ( Lithocarpus dan Quercus ), tusam ( Pinus merkusii ) Puspa ( Schima wallichii ), Kitambaga ( Eugenia cuprea ), Ki Sireum ( Eugenia clavimyrtus ). Jenis-jenis dominan antara lain Puspa ( Schima wallichii ), Saninten ( Castanopsis argentea ), Hantap ( Sterculia sp ), Jamuju ( Podocarpus imbricatus ), Manglid ( Magnolia blumei ). Umumnya sarang ditemukan di pohon yang tumbuh di lereng dengan kemiringan sedang sampai curam pada ketinggian tempat diatas 800 m dpl, dengan dasar lembah memiliki anak sungai. Hal ini berhubungan dengan kesempatan memperoleh mangsa dan memelihara keselamatan anak.

Reproduksi


Rata-rata burung pemangsa jarang beranak dan jumlah anaknya pun sangat sedikit, demikian juga dengan Elang Jawa yang berbiak setiap 2 tahun sekali dengan jumlah anak umumnya 1 ekor. Elang Jawa dapat berbiak pada umur 3-4 tahun dengan masa mengerami 44-48 hari. Musim kawin pada Elang Jawa terjadi antara akhir bulan Januari hingga Mei. Pada anak Elang Jawa umur 27-30 minggu atau 7 bulan telah dapat terbang dan mulai belajar mematikan mangsa. Pada saat tersebut telah dapat membuat 8 variasi suara sehingga dalam komunikasi telah dapat dilakukan dengan baik. Bunyi kicaunya nyaring tinggi, berulang-ulang, kli-iiw atau ii-iiiiw, bervariasi atara satu hingga tiga suku kata. Atau bunyi bernada tinggi dan cepat kli-kli-kli-kli-kli

Makanan


Umumnya Elang Jawa memakan satwa yang mudah ditemukan seperti jenis-jenis tupai (Callosciurus sp dan Tupai sp) dan burung-burung kecil lainnya. Elang Jawa juga suka memakan anak kera ekor panjang (Macaca fascucularis) dan jalarang (Ratufa bicolor). Selama ini juga Elang Jawa tidak pernah terlihat mengejar mangsa di udara, hal ini di karenakan ruas kaki Elang Jawa yang terlalu pendek sehingga tidak mampu menangkap burung di udara.

Penyebaran


Sebaran Elang Jawa ini terbatas di Pulau Jawa, dari ujung barat (Taman Nasional Ujung Kulon) hingga ujung timur di semenanjung Blambangan Purwo. Namun demikian penyebarannya kini terbatas di wilayah-wilayah dengan hutan primer dan di daerah perbukitan berhutan pada peralihan dataran rendah dengan pegunungan. Sebagian besar ditemukan diseparuh belahan selatan Pulau Jawa. Elang Jawa masih ditemukan di Tangkuban Perahu, Gunung Sawal, dan Panaruban Jawa Barat, dan beberapa daerah lain di Jawa seperti di Jawa Tengah (Gunung Segara / Pegunungan Pembarisan, Gunung Slamet, Pegunungan Dieng (termasuk Gunung Prahu, Gunung Besar dan Dataran Tinggi Dieng), Gunung Ungaran, Gunung Merapi, dan Gunung Muria, Yogyakarta (sekitar lereng merapi) dan Jawa Timur (Pulau Sempu Kabupaten Malang). Elang Jawa ini hidup berspesialisasi pada wilayah berlereng.

Populasi


Populasi Elang Jawa diperkirakan sangat rendah, memiliki daerah jelajah 20-120km2. Menurut Collar dkk tahun 1994 spesies ini termasuk pada kategori genting dengan kemungkinan tingkat kepunahan sekitar 20% dalam 20 tahun. Populasi Elang Jawa pada tahun 1989 oleh Meyburg diperkirakan Elang Jawa tinggal 50-60pasang (100-120 ekor), Sedangkan berdasarkan sozer dan Nijman tahun 1995 populasi Elang Jawa sekitar 81- 108 pasang (162-216 ekor). Dan pada tahun 1996 Van Ballen berdasarkan luas hutan 5230 km2 populasi Elang Jawa sekitar 130 pasang (260 ekor). (Ariyanto,2010)
Berdasarkan data terakhir Yayasan Pribumi Alam Lestari (YPAL), diperkirakan jumlah populasi elang jawa tinggal 81-108 pasang. Setelah letusan dahsyat Gunung Merapi lusa belum ada data lagi mengenai Elang Jawa ini. Di Jawa Tengah diperkirakan terdapat 20-28 pasang Elang Jawa, yang tersebar di 6 daerah. Di Jawa Timur sebagaian besar populasi terdapat di derah cagar alam pulau Sempu. (Prajoko, 2011)