Apa yang Anda ketahui tentang Disrupsi Ekonomi?

Apa yang Anda ketahui tentang disrupsi ekonomi ?

1 Like

Disrupsi Ekonomi

Istilah “disrupsi” telah dikenal puluhan tahun lalu, tetapi baru populer setelah guru besar Harvard Business School, Clayton M. Christensen, menulis buku berjudul The Innovator Dilemma (1997). Buku ini berisi tentang persaingan dalam dunia bisnis, lebih khusus inovasi. Christensen ingin menjawab pertanyaan penting, mengapa perusahaan-perusahaan besar bahkan pemimpin pasar (incumbent) bisa dikalahkan oleh perusahaan yang lebih kecil, padahal perusahaan kecil tersebut kalah dalam hal dana dan sumber daya manusia. Jawabannya terletak pada perubahan besar yang dikenal dengan disrupsi.

Disrupsi tidak hanya sekedar perubahan, tetapi perubahan besar yang mengubah tatanan. Ada dua karakteristik penting dari disrupsi. Pertama, perubahan itu sangat mendasar terkait dengan model bisnis. Perusahaan pemimpin pasar sebenarnya terus menerus melakukan inovasi, tetapi inovasi itu lebih ditujukan untuk mempertahankan pertumbuhan dan pasar. Sebaliknya perusahaan-perusahaan baru menawarkan sebuah model bisnis baru yang berbeda dengan sebelumnya. Perusahaan perhotelan tiap tahun melakukan inovasi dengan meremajakan kamar, memperkaya menu restoran hingga layanan yang lebih baik. Tetapi perusahaan aplikasi bernama Airbnb, menawarkan model bisnis yang baru, yakni mempertemukan orang yang mempunyai kamar (yang tidak terpakai) dengan konsumen yang membutuhkan kamar. Kedua, disrupsi selalu bermula pada pasar bawah (low-end) dengan menawarkan harga yang jauh lebih murah. Karena awalnya melayani pasar bawah, perusahaan ini tidak terdeteksi oleh pemimpin pasar yang lebih memfokuskan pada pasar atas (high-end). Lambat laun ketika perusahaan ini punya pondasi pasar yang kuat, kualitas makin diperbaiki dan kemudian mengarah pada pasar atas. Di titik inilah teori disrupsi kemudian memprediksi perusahaan pemimpin pasar akan kalah.

Teori disrupsi banyak dipergunakan untuk menjelaskan perubahan besar, tidak semata pada dunia bisnis, tetapi juga komunikasi. Christensen sendiri tidak secara langsung mengaitkan disrupsi dengan dunia digital. Tetapi banyak ahli (seperti Paul Paetz) meyakini bahwa dunia digital mempercepat proses disrupsi. Jurnal Komunikasi Indonesia (JKI) edisi ini mengulas fenomena disrupsi dalam dunia komunikasi. JKI membahas fenomena disrupsi dalam bidang media, komunikasi pemasaran, branding hingga komunikasi politik. Dunia e-commerce adalah salah satu contoh disrupsi. Pada awalnya, bisnis online mengambil pasar bawah (low-end), lebih mengandalkan harga murah sementara kualitas nomor kesekian. Ini membuat kehadiran mereka kurang diperhatikan oleh department store konvensional. Seiring waktu, kualitas e-commerce terus membaik, dan perlahan bergerak masuk ke pasar atas (highend). Tulisan Lidya Agustina dan Firman Kurniawan mengulas mengenai sistem reputasi penjual dalam transaksi online. Sistem reputasi penjual merupakan bukti bagaimana e-commerce bergerak dari pasar bawah mengarah ke pasar atas dengan kualitas lebih baik.

Referensi

http://journal.ui.ac.id/index.php/jkmi/article/viewFile/9945/67546121