Apa yang anda ketahui tentang disentri pada anak?

Disentri

Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri disentri basiler yang disebabkan oleh shigellosis dan amoeba (disentri amoeba).

Disentri adalah kumpulan gejala yang terdiri dari diare berdarah, lendir dalam tinja, dan nyeri saat mengeluarkan tinja. Praktisnya, diare berdarah dapat digunakan sebagai petanda kecurigaan terhadap disentri.

Etiologi


Penyebab disentri adalah infeksi bakteri atau amuba. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai disentri basiler dan merupakan penyebab tersering disentri pada anak. Shigella dilaporkan sebagai penyebab tersering disentri basiler pada anak. Sedangkan infeksi yang disebabkan oleh Entamoeba hystolitica dikenal sebagai disentri amuba.

Patofisiologi


Kuman Shigella biasanya keluar melalui jalur fekal-oral. Setelah melewati barier asam lambung, shigella akan berkembang biak dalam usus halus dan menghasilkan enterotoksin. Enterotoksin yang dihasilkan akan meningkatkan sekresi air dan elektrolit ke dalam lumen sehingga terjadi diare sekretorik. Selanjutnya shigella memasuki usus besar dan melakukan invasi pada mukosa usus besar. Shigella menimbulkan ulserasi mukosa dan membentuk mikroabses sehingga menimbulkan buang air besar yang bercampur lendir dan darah.

Entamoeba hystolitica memiliki 2 bentuk yaitu trofozoit dan kista. Trofozoit merupakan bentuk invasif amuba yang masuk melalui makanan atau minuman yang tercemar kista. Kista akan berubah menjadi trofozoit di dalam usus halus dan mengadakan invasi pada kolon. Amuba akan melekat pada selubung mukosa mucus kolon lalu diikuti dengan aktivitas sitolitik. Akibat berkurangnya lapisan mucus yang protektif, kerusakan barier epitel, dan lisis sel penjamu menyebabkan trofozoit mampu melakukan penetrasi jaringan yang mendalam sehingga buang air besar akan bercampur lendir dan tinja.

Gambaran Klinis


Masa inkubasi disentri basiler karena Shigella biasanya berkisar 2-4 hari. Gejala klinis yang ditemukan biasanya kram perut, tidak dapat menahan buang air besar, tenesmus, demam tinggi, dan kelemahan. Feses pada awalnya encer, diikuti dengan feses yang bercampur lendir dan darah. Pada kasus yang berat dapat disertai dengan kejang.

Disentri amuba memiliki masa inkubasi yang lebih panjang daripada disentri basiler. Pemunculannya bertahap dengan gejala nyeri perut kolik, diare yang kerap disertai darah (maupun lendir), dan tenesmus. Pada umumnya tidak terdapat gejala sistemik dan panas tidak selalu ada.

Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan klinis (anamnesis dan pemeriksaan fisik) dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis diarahkan untuk menentukan penyebab derajat dehidrasi (mirip diagnosis GASTROENTERITIS AKUT).

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan feses rutin dapat dilakukan untuk menemukan penyebab disentri. Pada hapusan feses yang segar, adanya peningkatan netrofil batang, mengarahkan diagnosis ke disentri basiler karena shigella. Sedangkan disentri amuba dapat ditegakkan dari ditemukannya parasit pada pemeriksaan tinja.

Tata laksana


Penanganan disentri basiler dan disentri amuba tetap memenuhi Lintas Diare (rehidrasi, nutrisi, zinc, antibiotika selektif, dan edukasi) seperti tercantum pada bagian G astroenteritis akut.

Antibiotika pilihan untuk Disentri basiler adalah:

  • Anak-anak : Cefixim3-6 mg/kgBB/hari dibagi 2 dosis selama 5 hari, atau Ciprofloxacin 15 mg/kgBB, 2 x sehari selama 3 hari atau ceftriaxone (IV) 50-100 mg per kg per hari selama 2-5 hari.

  • Bayi : Eritromisin 25 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis selama 3 hari.

Antibiotika pilihan untuk disentri amuba adalah: Metronidazole dengan dosis 30-50 mg/kgBB dibagi tiga dosis sehari.

Komplikasi:


Disentri basiler dapat menimbulkan: dehidrasi, asidosis, gagal ginjal, kejang demam, dan hemolytic uremic syndrome.

Disentri amuba : dapat terjadi abses hepar (1-2 bulan setelah amubiasis saluran cerna).

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Ilmu kesehatan anak : Buku panduan belajar koas, Udayana University Press

Referensi :

  • Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. Dalam: Juffrie M, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Edisi pertama. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010.h. 87-120
  • Galloway DP, Cohen MP.Infectious Diarrhea. Dalam: Wylie E, Hyam JS, Kay M, penyunting. Pediatric Gastrointestinal and Liver Disease. Edisi ke-5 . Philadelphia: Elsevier, 2016. h. 104-14.
  • Herman ML, Surawicz CM. Intestinal parasites. Dalam: Guandalini, Dhawan A, Branski, penyunting. Textbook of Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition . New York: Springer int publishing: 2016. h.185-194.
  • Ogle JW, Andersons MS. Infections: Bacterial and Spirochetal. Dalam: Hay WW, Levin MJ, Sondheimer JM, Deterding RR, penyunting. Current Pediatric Diagnosis and Treatment. Edisi ke-22. New York: McGraw and Hi;;, 2014. h. 1186-1249.