Apa yang Anda Ketahui Tentang Diplomasi Klandestin?

diplomasi
Diplomasi internasional, intelijen memiliki peran yang sangat penting untuk meningkatkan keunggulan posisi suatu negara terhadap negara-negara lainnya. Apa yang Anda Ketahui Tentang Diplomasi Klandestin ?

Diplomasi Klandestin


Salah satu aspek dari intervensi rahasia oleh organisasi intelijen adalah diplomasi klandestin, yaitu penggunaan dinas-dinas rahasia untuk melakukan diplomasi dengan asumsi terdapat keinginan berbicara dengan musuh walaupun pembicaraan tersebut tidak dapat membawa pada negosiasi. Peran intelijen melakukan diplomasi klandestin dijelaskan oleh Len Scott sudah ada sejak dahulu dan menjadi karakteristik hubungan antar-negara pra-moderen. Aktivitas diplomasi klandestin tidak hanya dilakukan antar-negara, namun juga antara negara dan aktor-aktor non-negara, khususnya antara negara dan kelompok insurgen atau teroris. Menurut Scott, nilai dari diplomasi klandestin adalah bahwa diplomasi klandestin lebih dapat disangkal dan hal ini menjadi signifikan ketika musuh terlibat dalam serangan bersenjata dan/atau aktivitas teroris.

Scott memberikan dua contoh peran intelijen dalam diplomasi klandestin, yaitu: krisis rudal Kuba dan intelijen Inggris dalam proses perdamaian Irlandia Utara. Dalam krisis konfrontasi selama 13 hari pada Oktober 1962 antara Amerika Serikat dan Uni Soviet terkait gelar rudal balistik Soviet di Kuba, Scott mencatat tiga contoh peran diplomatik intelijen, yaitu: Georgi Bolshakov (GRU) dan Aleksandr Feklisov (KGB) di Washington, serta Yevgeny Ivanov (GRU) di London. Bolshakov yang bekerja di bawah samaran sebagai koresponden Agensi Telegraf Uni Soviet, Tyelyegrafnoye Agyentstvo Sovyetskogo Soyuza (TASS), membentuk saluran komunikasi rahasia antara Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy, dan pemimpin Soviet, Nikita Khrushchev. Bolshakov memainkan peran penting dalam diplomasi krisis, namun begitu rudal di Kuba ditemukan peran Bolshakov dalam desepsi Soviet pun terbuka. Feklisov berinisiatif mengontak jurnalis Amerika Serikat, John Scali, yang menyampaikan kepada Departemen Luar Negeri rancangan kesepakatan untuk memfasilitasi penarikan mundur rudal Soviet dari Kuba jika Amerika Serikat menjamin tidak akan menginvasi Kuba. Begitu Amerika Serikat menerima tawaran tersebut, Feklisov mengirim laporan ke Moskow namun laporan tersebut terbengkalai di meja Ketua KGB sehingga komunikasi tidak mencapai Khrushchev.

Scott juga menyebut contoh-contoh pejabat intelijen yang bekerjasama dalam hubungan politik, yaitu Aleksandr Alekseev (KGB) di Havana, Chet Cooper (CIA) di London, Sherman Kent (CIA) di Paris, William Tidwell (CIA) di Ottawa, dan Jack Smith (CIA) di Bonn. Alekseev yang dipercaya oleh para pemimpin Kuba dan juga Khrushchev dipanggil ke Moskow untuk ditanyai tentang gelar rudal dan diangkat menjadi Duta Besar, Cooper menyampaikan bukti fotografis gelar rudal Soviet ke London dan menjelaskannya kepada Perdana Menteri Inggris, Harold Macmillan, sementara Kent menemani Dean Acheson menjelaskan kepada Presiden Prancis Charles De Gaulle, dan North Atlantic Council. Tidwell menjelaskan kepada Perdana Menteri Kanada, John Diefenbaker, sementara Smith menjelaskan kepada Kanselir Jerman Konrad Adenauer.

Setelah membahas studi kasus krisis rudal Kuba, Scott menjelaskan peran intelijen Inggris dalam proses perdamaian Irlandia Utara. Sejak awal 1970-an, dinas-dinas intelijen Inggris telah mengembangkan dan memelihara komunikasi dengan Provisional Irish Republican Army (PIRA). Hal ini pada akhirnya melibatkan kementerian dalam pemerintah Inggris dan berperan dalam proses politik pada 1970-an dan 1990-an serta berpuncak pada Persetujuan Belfast pada Jumat Agung, 10 April 1998. Menurut Scott, setelah Perdana Menteri Inggris, Edward Heath, melibatkan SIS di Irlandia Utara pada 1971, komunikasi dengan partai politik Sinn Fein/PIRA mulai terjalin hingga mencapai dialog level kementerian dengan PIRA pada 1972. Kontak berlanjut pada tingkat rendah dan pada 1990-an diaktifkan kembali setelah ada intelijen terkait penilaian ulang potensial dalam strategi politik dan militer Sinn Fein/PIRA. Negosiasi rahasia SIS dengan PIRA dilakukan oleh dua perwira SIS, Frank Steele dan Michael Oatley.

Menurut Eamonn O’Kane, gerakan republikan di Irlandia Utara mulai berpikir untuk menghentikan kekerasan yang juga disebabkan adanya infiltrasi ke dalam PIRA oleh intelijen Inggris pada tingkat tinggi menyebabkan PIRA sulit untuk melaksanakan operasi. Jadi, diplomasi klandestin yang dilakukan intelijen harus dibarengi dengan upaya mencegah kelompok insurgen membentuk lingkungannya melalui kekerasan. Setelah kekuatan kelompok insurgen dilumpuhkan barulah tindakan politik yang lebih luas dapat dilakukan untuk membuat kelompok tersebut tidak relevan, sebagaimana disimpulkan dari studi kasus intelijen Inggris di Irlandia Utara ini oleh Brian A. Jackson.