Apa yang anda ketahui tentang Diare pada anak?

Diare pada anak

Diare adalah peningkatan pengeluaran tinja dengan konsistensi lebih lunak atau lebih cair dari biasanya, dan terjadi paling sedikit 3 kali dalam 24 jam. Sementara untuk bayi dan anak-anak, diare didefinisikan sebagai pengeluaran tinja >10 g/kg/24 jam, sedangkan rata- rata pengeluaran tinja normal bayi sebesar 5-10 g/kg/ 24 jam

Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi (buang air besar) lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari dinamakan dengan diare akut. Diare akut yang disebabkan oleh infeksi pada saluran cerna disebut sebagai gastroenteritis.

Etiologi

Penyebab gastroenteritis akut pada anak dapat dilihat pada Tabel dibawah. Gastroenteritis akut pada umumnya disebabkan oleh infeksi virus (40-60%). Rotavirus sebagai patogen penyebab tersering pada usia 6-24 bulan. Di RSUP Sanglah, Rotavirus merupakan 61% dari penyebab diare pada anak usia kurang dari 5 tahun. Hanya 10% diare disebabkan oleh infeksi bakteri, terutama pada beberapa bulan awal kehidupan (bayi muda) dan pada anak usia sekolah.

Patogen Frekuensi Kasus Sporadik di Negara Berkembang (%)
Virus
1. Rotavirus 25-40
2. Calicivirus 1-20
3. Astrovirus 4-9
Bakteri
1. Compylobacter jejuni 6-8
2. Salmonella 3-7
3. Escherichia coli 3-5
4. Shigella 0-3
5. Yersinia enterocolitica 1-2
6. Clostridium difficile 0-2
Parasit
1. Cryptosporidium 1-3
2. Giardia lamblia 1-3

Patofisiologi


Secara garis besar terdapat 2 mekanisme dasar terjadinya diare.

  • Diare osmotik. Didasari oleh adanya nutrien yang tidak terserap, selanjutnya nutrien tersebut difermentasi di usus besar menghasilkan asam organik dan gas. Asam organik menyebabkan peningkatan tekanan osmotik intraluminal yang menghambat reabsorbsi air dan elektrolit sehingga terjadi diare.

  • Diare sekretorik. Pada diare sekretorik terdapat infeksi bakteri yang mampu melepas enterotoksin di dalam usus. Selanjutnya enterotoksin ini merangsang c-AMP dan c-GMP, akibatnya kapasitas sekresi sel kripte meningkat sehingga terjadi kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan.

Manifestasi Klinik


Anamnesis

Anamnesis anak dengan gejala gastroenteritis akut perlu dimulai dengan mengambil informasi yang mungkin mengarahkan penyebab diare tersebut.Tujuan anamnesis selanjutnya adalah menilai beratnya gejala dan risiko komplikasi seperti dehidrasi.

Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi, volume serta lama diare dan muntah, serta ada tidaknya demam, jumlah dan jenis cairan yang telah diminum, diperlukan untuk menentukan derajat kehilangan cairan dan gangguan elektrolit yang terjadi. Dehidrasi yang bermakna dapat bermanifestasi sebagai berkurangnya aktifitas, volume urin dan berat badan.

Berbagai cara penilaian derajat dehidrasi dapat dilihat pada Tabel dibawah.

Tanda dan Gejala Tanpa Dehidrasi Dehidrasi Ringan/sedang Dehidrasi Berat
Anamnesis
Diare Biasanya 1-3x 3x atau lebih Terus menerus banyak
Muntah Tidak ada atau sedikit Kadang-kadang Biasanya sering
Rasa haus Tidak ada atau sedikit Haus Haus sekali atau tidak mau minum
Kencing Normal Sedikit,pekat Tidak kencing (6jam)
Nafsu makan Normal Nafsu makan berkurang Nafsu makan tidak ada
Aktifitas Normal Aktifitas menurun Anak sangat lemas
Pemeriksaan Fisis
Inspeksi
KU Baik Mengantuk / gelisah Gelisah / tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut/lidah Basah Kering Sangat kering
Napas Normal Lebih cepat Cepat dan dalam
Palpasi
Turgor Kembali cepat Kembali pelan Kembali sangat pelan (>2detik)
Nadi Normal Lebih cepat Sangat cepat/tidak teraba
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
Kehilangan berat badan < 5% 5-9% >10%
Kesimpulan 2 atau lebih gejala : Dehidrasi (-) 2 atau lebih gejala : Dehidrasi ringan sedang 2 atau lebih gejala : Dehidrasi berat

Pemeriksaan Fisik


Pemeriksaan fisik bertujuan untuk memperkirakan derajat dehidrasi dan mencari tanda-tanda penyakit penyerta. Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan dan harus ditentukan derajat dehidrasinya. Berat badan sebelum sakit perlu ditanyakan. Berat badan saat datang harus diukur sebagai parameter kehilangan cairan dan dapat digunakan sebagai parameter keberhasilan terapi. Bila ditemukan napas cepat dan dalam menandakan adanya komplikasi asidosis metabolik.

Bila nyeri bertambah pada palpasi atau ditemukan nyeri tekan, nyeri lepas atau anak menolak diperiksa, waspadai kemungkinan komplikasi atau kemungkinan penyebab non infeksi. Pada keadaan kembung, auskultasi harus lebih cermat untuk mendeteksi adanya ileus paralitik. Amati adanya eritema perianal akibat adanya malabsorpsi karbohidrat sekunder atau akibat malabsorpsi garam empedu sekunder yang disertai dengan dermatitis popok.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap hanya dikerjakan jika diare tidak sembuh dalam 5 – 7 hari.

Pemeriksaan Laboratorium yang Perlu Dikerjakan

Pemeriksaan Tinja : makroskopik dan mikroskopik

Pemeriksaan tambahan :

  • Tinja

    • Biakan kuman
    • Tes resistensi terhadap berbagai antibiotika
    • pH dan kadar gula, jika diduga ada intoleransi laktosa
  • Darah

    • Kadar gula darah pada kasus dengan malnutrisi dan dehidrasi berat dan atau dengan ensefalopati.

Pemeriksaan lain yang perlu dikerjakan pada dehidrasi berat dan atau dengan ensefalopati adalah pemeriksaan elektrolit serum, analisis gas darah, dan nitrogen urea. Pemeriksaan kadar elektrolit serum perlu dilakukan pada anak dengan gejala hipernatremia atau hipokalemia. Adapun tanda-tanda hipernatremia adalah kulit teraba hangat, tanda dehidrasi seolah- olah ringan, hipertonia, hiperefleksia, letargi, namun terdapat iritabilitas yang nyata bila dirangsang. Tanda hipokalemia seperti nampak lemah, ileus dengan distensi abdomen dan aritmia.

Tata Laksana


Pengobatan cairan/elektrolit (rehidrasi)

  • Tanpa dehidrasi

    Beri oralit osmolaritas rendah sejumLah 10mL/kgBB setiap kali buang air besar.

  • Dehidrasi ringan-sedang.

    Lakukan upaya rehidrasi oral (URO) dengan larutan oralit osmolaritas rendah sesuai dengan tabel.

    JUMLAH ORALIT YANG DIBERIKAN DALAM 3 JAM PERTAMA ORALIT yang diberikan dihitung dengan mengalikan BERAT BADAN penderita (kg) dengan 75 mL

    1. Bila berat badan anak tidak diketahui dan atau untuk memudahkan di lapangan berikan oralit “paling sedikit” sesuai tabel di bawah :

      image

    1. Bila rehidrasi berhasil, lanjutkan pemberian oralit 10 mL/ kgBB setiap BAB

    2. Berikanlah dorong ibu untuk meneruskan ASI

    3. Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak mendapatkan ASI, berikan juga 100-200 mL air masak/susu formula selama masa ini

  • Dehidrasi berat

    1. Mulai diberi cairan IV segera. Bila penderita bisa minum, berikan oralit, sewaktu cairan IV dimulai. Beri 100 mg/kgBB cairan Ringer Laktat (atau NaCl 0,9%) dibagi sbb :

      • Bayi <12 bln : Pemberian I 30 mL/kgBB dalam 1 jam ; Kemudian 70 mL/kgBB dalam 5 jam

      • Anak > 1 thn : Pemberian I 30 mL/kgBB dalam ½ - 1 jam ; Kemudian 70 mL/kgBB dalam 2½ - 3 jam

    • Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
    1. Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan IV

    2. Segera berikan oralit (5mL/kgBB/jam) bila penderita bisa minum; biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak).

    3. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita menggunakan bagan penilaian. Kemudian pilihlah rencana yang sesuai (A, B atau C) untuk melanjutkan pengobatan.

Tata laksana nutrisi

  • ASI/makanan dilanjutkan

  • Beri makanan yang mudah dicerna, rendah serat dan tidak merangsang.

Pemberian preparat zinc elemental selama 10-14 hari:

  • Anak dibawah 6 bulan dengan dosis 10 mg/hari

  • Anak di atas 6 bulan dengan dosis 20 mg/har.

Antibiotika bila ada indikasi, yaitu pada:

  • Tersangka Kolera

    • Umur > 7 tahun : Tetrasiklin 50 mg/kgBB/hari, dibagi 4 dosis selama 2-3 hari.

    • Semua umur : Trimetoprim (TMP) 8 mg/kgBB/ hari – Sulfamethoxazole (SMX) 40 mg/kgBB/hari, dibagi 2 dosis, selama 3 hari

  • Giardiasis

    • Antibiotika pilihan adalah metronidazole dengan dosis 30-50 mg/kgBB dibagi tiga dosis sehari.
  • Diare pada bayi di bawah 3 bulan.

    • Obat spasmolitika dan antisekretorik tidak boleh diberikan.

    • Obat pengeras tinja tidak bermanfaat dan tidak perlu diberikan.

Pencegahan dan edukasi


Pencegahan diare

  • Pemberian ASI eksklusif 6 bulan.

  • Sterilisasi botol susu bila bayi oleh karena suatu sebab tidak mendapat ASI.

  • Penyediaan dan penyimpanan makanan anak/bayi secara bersih.

  • Gunakan air bersih dan matang untuk minum.

  • Mencuci tangan sebelum menyiapkan dan memberi makan.

  • Membuang tinja di jamban.

  • Imunisasi campak.

  • Makanan seimbang untuk menjaga status gizi yang baik.

Edukasi

  • ASI, susu formula serta makanan harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan setelah diare sembuh.

Komplikasi


  • Hipoglikemia. Gejala : berkeringat, kesadaran menurun, kejang-kejang. Beri glukosa bolus i.v. dengan dosis 2-4 g/ kgBB.

  • Hipokalemia. Beri oralit (mengandung 20 mmol K/L, buah- buahan yang mengandung banyak K (pisang).

  • Ileus paralitik. Preparat K intravena.

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Ilmu kesehatan anak : Buku panduan belajar koas, Udayana University Press

Referensi :

  • Pudjiadi AH, dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia . Jakarta: Pengurus Pusat Ikatan Anak Indonesia, 2010. h. 58-62.
  • Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. Dalam: Juffrie M, dkk. Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Edisi Pertama . Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010.h. 87-120
  • Galloway DP, Cohen MP.Infectious Diarrhea. Dalam: Wylie E, Hyam JS, Kay M, penyunting. Pediatric Gastrointestinal and Liver Disease. Edisi ke-5 . Philadelphia: Elsevier, 2016. h. 104-14.
  • Ebach DR. Diarrhea. Dalam: Bishop W, penyunting. Pediatric Practice Gastroenterology. Edisi pertama . China: Mc Graw and Hill, 2010. h. 41-54.