Apa yang anda ketahui tentang Defisiensi vitamin A pada anak?

Vitamin A

Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinol, retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh. Vitamin A banyak ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu, keju, dan hati. Rumus kimia untuk Vitamin A adalah C20H30O.

Defisiensi vitamin A adalah gangguan gizi yang disebabkan oleh kekurangan vitamin A atau provitamin A (karotin) yang ditandai antara lain oleh adanya lesi pada mata, retardasi fisik, mental dan apatis, perubahan pada kulit dan metaplasia epitel pada jaringan yang lain.

Etiologi

Kekurangan vitamin A maupun karotin pada diet anak atau defisiensi karena sebab sekunder yakni terjadi gangguan pada:

  1. Proses penyerapan (penyakit pankreas, saluran empedu, penyakit hepatitis/sirosis, penyakit infeksi, infestasi parasit, diare kronis, dll).

  2. Konversi karotin menjadi vitamin A (penyakit infeksi, infestasi parasit, diare kronis).

  3. Penyimpanan (penyakit yang merusak hati).

  4. Transport (defisiensi protein, seng, kerusakan parenkim hati).

  5. Penggunaan (defisiensi protein).

  6. Kehilangan vitaminAdari tubuh karena penyakit (pnemonia, demam rematik, nefritis, infeksi saluran kencing, tbc, dsb).

Patofisiologi


Peranan vitamin A dalam tubuh :

  1. Sintesis rodopsin di dalam sel batang retina
  2. Pembentukan epitel
  3. Perlu untuk pertumbuhan
  4. Protein sparing effect
  5. Pembentukan tulang enkondria, osteoblast dan odontoblast.
  6. Pada defisiensi vitamin A terjadi gangguan pada mata, metaplasia epitel dan pertumbuhan.

Gejala

1. Kelainan pada mata
Berdasarkan Klasifikasi Xeroftalmia WHO:

Klasifikasi Gejala Primer
X 1A Xerosis conjunctiva
X 1B Bercak Bitot dengan Xerosis conjunctiva
X 2 Xerosis cornea
X 3A Ulcerasi cornea
X 3B Keratomalacia
Klasifikasi Gejala Sekunder
XN Night blindness
XF Xeropthalmia fundus
XS Cicatrix cornea

2. Kelainan pada epitel

  • Hiperkeratosis
  • Keratosis mukosa
  • Metaplasia saluran napas
  • Epitel silindris bersilia yang mensekresi lendir menjadi epitel bertatah keratosis, sehingga daya tahan terhadap infeksi menurun. Terjadi infeksi napas berulang atau menahun.

Diagnosis


Anamnesis:

  • Diet rendah vitamin A, karotin, lemak dan protein
  • Infeksi
  • Gangguan pencernaan

Pemeriksaan fisik dan laboratorium

  • Gejala klinis avitaminosis A: adaptasi gelap.

  • Faktor penyebab/pemberat:

    1. Defisiensi protein
    2. Gangguan pencernaan
    3. Infeksi enteral dan parenteral
    4. Infestasi cacing
  • Pemeriksaan darah, air kemih, tinja, bila perlu X-foto paru

  • Kadar vitamin A serum (bila fasilitas memungkinkan)

Diagnosis Banding

  1. Konjunctivitis
  2. Keratis

Pada kedua kelainan di atas didapatkan :

  • Lakrimasi meningkat
  • Sekret
  • Injeksi perikonjunctival atau perikorneal
  • Buta malam (+)
  • Anamnesis diet rendah vitamin A atau karotin (-)

Komplikasi


Penyakit yang timbul disebabkan oleh daya tahan terhadap infeksi yang menurun. Sering terjadi infeksi saluran pernapasan, dan infeksi pada mata akan meperberat lesi pada kornea sehingga terjadi perforasi.

Tata Laksana


Pedoman jadwal pengobatan Xeroftalmia:

  1. Vitamin A hari ke-1, hari ke-2 dan hari ke-15 diberikan kapsul vitamin A peroral dengan dosis sebagai berikut:

    • anak umur < 6 bulan : 50.000 SI
    • anak umur > 6 bulan – 12 bulan : 100.000 SI
    • anak umur > 1 – 5 tahun : 200.000 SI
  2. Lokal: salep antibiotika pada mata.

  3. Diet. tinggi vitamin A, karotin dan minyak.

  4. Bila diet kekurangan protein dan minyak, absorpsi vitamin A dan karotin berkurang. Selain itu defisiensi karotin akan memperberat avitaminosis A.

  5. Pengobatan penyakit penyebab/pemberat: gangguan pencernaan, infeksi, infestasi cacing

Prognosis


Defisiensi vitamin A dapat sembuh dengan baik tanpa meninggalkan gejala sisa apabila diobati pada stadium yang masih reversibel. Keterlambatan pengobatan (setelah stadium X2) akan memberikan gejala ireversibel; kematian oleh karena infeksi sekunder. Kematian anak usia sekolah sekitar 10%, dan kematian pada bayi sampai 60%.

Pencegahan


  1. Pencegahan melalui distribusi kapsul vitamin A peroral:

    • Anak balita tiap 6 bulan diberi 200.000 SI vitamin A.
    • Anak umur 6-12 bulan atau anak yang lebih besar dengan BB < 8 kg diberi 100.000 SI vitamin A peroral setiap 6 bulan.
  2. Ibu menyusui diberi 200.000 SI vitamin A.

  3. Pendidikan gizi.

  4. Diet cukup vitamin A, karotin, protein, dan lemak.

  5. Sumber vitamin A: kuning telur, hati, susu ‘full cream’ mentega, minyak ikan

  6. Sumber karotin: buah dan sayur-sayuran berwarna jingga, sayur daun warna hijau.

  7. Pencegahan infeksi dan cacing.

Sumber : Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Ilmu kesehatan anak : Buku panduan belajar koas, Udayana University Press

Referensi

  1. Lewis A Baraes. Nutritional disorders. Dalam: Behrman RE, Vaughan VC, dan Nelson WE, penyunting. Nelson texbook of pediatrics, 13th ed. Philadelphia: W B Saunders Company, 1987.
  2. McLaren DS dan Thumham DI. Vitamin defisiency and toxicity. Dalam: McLaren DS, Burman D, Belton NR dan Williams AF, ed. Texbook of pediatric nutrition, edisi ke-3. Edinburgh: ChurchilLivingstone,1991.