Apa yang Anda ketahui tentang Client Centered Therapy?

image

Client Centered Therapy atau Terapi yang berpusat pada klien adalah terapi yang dikembangkan oleh Carl Rogers yang mengasumsikan bahwa setiap orang hidup dalam realitasnya sendiri, memiliki dorongan yang melekat untuk mengaktualisasikan potensi uniknya sendiri, dan akan melakukannya kecuali jika dicegah oleh kebutuhan akan perhatian dari orang lain yang signifikan.

Perhatian bersyarat dari orang lain menuntun seseorang untuk memiliki dan bertindak berdasarkan keyakinan yang salah tentang dirinya sendiri dalam proses yang mengarah pada kecemasan dan pilihan yang buruk dalam hidup.

Terapi non-direktif ini terdiri dari terapis yang membantu klien secara verbal mengeksplorasi masalah yang dipilih klien, dengan mengakui bahwa terapis memahami apa yang diungkapkan klien dan tidak menyalahkan klien atas pengalaman tersebut. Terapi ini dapat mengarahkan klien untuk mengakui bagian dari dirinya sendiri yang mengabaikan atau menyangkal suatu peristiwa atau masalah. Dengan demikian, klien bisa mendapatkan informasi yang lebih baik untuk membuat pilihan dalam hidup serta kecenderungannya untuk mengabaikan bagian dari pengalamannya akan berkurang di masa depan.

Sumber
  • The Cambridge Dictionary of Psychology (2009)

Terapi yang berpusat pada klien, juga dikenal sebagai terapi yang berpusat pada orang, adalah bentuk terapi bicara non-direktif yang dikembangkan oleh psikolog humanis Carl Rogers selama 1940-an dan 1950-an.

Sejarah


Carl Rogers secara luas dianggap sebagai salah satu psikolog paling berpengaruh di abad ke-20. Dia adalah seorang pemikir humanis dan percaya bahwa orang pada dasarnya baik.

Rogers juga menyarankan bahwa orang memiliki kecenderungan aktualisasi, atau keinginan untuk memenuhi potensi mereka dan menjadi orang terbaik yang mereka bisa.

Rogers awalnya mulai menyebut tekniknya terapi non-direktif. Sementara tujuannya adalah untuk menjadi non-direktif mungkin, dia akhirnya menyadari bahwa terapis membimbing klien bahkan dengan cara yang halus. Dia juga menemukan bahwa klien sering kali melihat ke terapis mereka untuk beberapa jenis bimbingan atau arahan.

Terapi yang Berpusat pada Klien


Saat ini, pendekatan terapi Rogers sering disebut dengan salah satu dari dua nama, yaitu terapi yang berpusat pada klien atau terapi yang berpusat pada orang, tetapi juga sering dikenal hanya sebagai terapi Rogerian.

Rogers sengaja menggunakan istilah klien daripada pasien. Dia percaya bahwa istilah pasien menyiratkan bahwa individu tersebut sakit dan mencari kesembuhan dari terapis.

Dengan menggunakan istilah klien sebagai gantinya, Rogers menekankan pentingnya individu dalam mencari bantuan, mengendalikan takdir mereka, dan mengatasi kesulitan mereka. Pengarahan diri sendiri ini memainkan peran penting dalam terapi yang berpusat pada klien.

Sama seperti psikoanalis Sigmund Freud, Rogers percaya bahwa hubungan terapeutik dapat mengarah pada wawasan dan perubahan yang langgeng pada klien. Sementara Freud fokus pada menawarkan interpretasi dari apa yang dia yakini sebagai konflik tak sadar yang menyebabkan masalah klien, Rogers percaya bahwa terapis harus tetap non-direktif.

Artinya, terapis tidak boleh mengarahkan klien, tidak menilai perasaan klien, dan tidak menawarkan saran atau solusi. Sebaliknya, klien harus menjadi mitra yang setara dalam proses terapeutik.

Bagaimana itu bekerja


Profesional kesehatan mental yang menggunakan pendekatan ini berusaha keras untuk menciptakan lingkungan terapeutik yang sesuai, tidak menghakimi, dan berempati. Dua elemen kunci dari terapi yang berpusat pada klien adalah:

  • Ini non-direktif. Terapis mengizinkan klien untuk memimpin diskusi dan tidak mencoba mengarahkan klien ke arah tertentu.
  • Ini menekankan hal positif tanpa syarat. Terapis menunjukkan penerimaan dan dukungan penuh untuk klien mereka tanpa memberikan penilaian

Karakteristik Terapis Berpusat pada Klien


Menurut Carl Rogers, terapis yang berpusat pada klien membutuhkan tiga kualitas utama:

Keaslian

Terapis perlu membagikan perasaannya dengan jujur. Dengan mencontohkan perilaku ini, terapis dapat membantu mengajar klien untuk juga mengembangkan keterampilan penting ini.

Harga Positif Tanpa Syarat

Terapis harus menerima klien apa adanya dan menunjukkan dukungan dan perhatian tidak peduli apa yang klien hadapi atau alami. Rogers percaya bahwa orang sering mengembangkan masalah karena mereka terbiasa hanya menerima dukungan bersyarat; penerimaan yang hanya ditawarkan jika orang tersebut sesuai dengan harapan tertentu.

Dengan menciptakan iklim penghargaan positif tanpa syarat, klien merasa mampu untuk mengekspresikan emosinya yang sebenarnya tanpa takut ditolak.

Rogers menjelaskan: "Perhatian positif tanpa syarat berarti bahwa ketika terapis mengalami sikap positif dan menerima apa pun klien pada saat itu, gerakan terapeutik atau perubahan lebih mungkin terjadi. Ini melibatkan kesediaan terapis agar klien menjadi apa pun perasaan yang terjadi. pada saat itu - kebingungan, kebencian, ketakutan, kemarahan, keberanian, cinta, atau kebanggaan… Terapis menghargai klien secara total daripada dengan cara bersyarat.

Pemahaman Empati

Terapis perlu reflektif, bertindak sebagai cermin dari perasaan dan pikiran klien. Tujuannya adalah untuk memungkinkan klien mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang pikiran, persepsi, dan emosi mereka sendiri.

Dengan menunjukkan ketiga karakteristik ini, terapis dapat membantu klien tumbuh secara psikologis, menjadi lebih sadar diri, dan mengubah perilaku mereka melalui pengarahan diri sendiri. Dalam jenis lingkungan ini, klien merasa aman dan bebas dari penilaian. Rogers percaya bahwa jenis atmosfer ini memungkinkan klien untuk mengembangkan pandangan yang lebih sehat tentang dunia dan pandangan yang tidak terlalu menyimpang tentang diri mereka sendiri.

Konsep Diri


Konsep diri juga memainkan peran penting dalam terapi yang berpusat pada orang.

Rogers mendefinisikan konsep diri sebagai seperangkat keyakinan dan gagasan yang terorganisir tentang diri. Konsep diri memainkan peran penting dalam menentukan tidak hanya bagaimana orang melihat diri mereka sendiri, tetapi juga bagaimana mereka memandang dan berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Terkadang konsep diri sejalan dengan kenyataan, yang oleh Rogers disebut sebagai kesesuaian. Dalam kasus lain, persepsi diri terkadang tidak realistis atau tidak selaras dengan apa yang ada di dunia nyata. Rogers percaya bahwa semua orang mendistorsi realitas sampai tingkat tertentu, tetapi ketika konsep diri bertentangan dengan kenyataan, ketidaksesuaian dapat terjadi.

Misalnya, seorang anak laki-laki mungkin menganggap dirinya sebagai atlet yang kuat, terlepas dari kenyataan bahwa penampilannya yang sebenarnya di lapangan menunjukkan bahwa ia tidak terlalu terampil dan dapat menggunakan latihan ekstra.

Melalui proses terapi yang berpusat pada orang, Rogers percaya bahwa orang dapat belajar menyesuaikan konsep diri mereka untuk mencapai kesesuaian dan pandangan yang lebih realistis tentang diri mereka dan dunia. Misalnya, bayangkan seorang wanita muda yang memandang dirinya tidak menarik dan pembicara yang buruk meskipun orang lain menganggapnya menarik dan cukup memikat.

Karena persepsi dirinya tidak sesuai dengan kenyataan, dia mungkin mengalami harga diri yang buruk sebagai akibatnya. Pendekatan yang berpusat pada klien berfokus pada pemberian perhatian positif tanpa syarat, empati, dan dukungan tulus untuk membantu klien mencapai pandangan yang lebih kongruen tentang dirinya.

Sumber