Apa yang Anda ketahui tentang Cannabis atau Ganja?

Faktanya, Cannabis atau yang biasa disebut sebagai ganja, marijuana, pot, dan sebutan lainnya, memiliki tingkat adiksi fisiologis yang sangat rendah.

Ganja termasuk ke dalam tanaman herba karena pengolahannya bisa digunakan untuk mengatasi kondisi tertentu selama mengikuti resep medis. Penggunaan tanaman ganja yang tanpa didasari oleh ketentuan dari dokter, dalam hal ini sebatas untuk kesenangan, berisiko memberikan dampak negatif bagi kesehatan organ dan kesehatan penggunanya secara umum, antara lain:

Paru-paru

Menurut beberapa penelitian, kandungan tar pada ganja hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari tar tembakau. Selain itu, asap ganja juga diduga memiliki kandungan zat penyebab kanker 70% lebih banyak dari asap tembakau. Ada dugaan risiko Anda terkena kanker paru-paru pun semakin tinggi. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan. Efek ganja juga dapat memperburuk asma dan fibrosis kistik serta menyebabkan sesak napas pada orang tanpa asma. Jika merokok dengan campuran ganja dan tembakau, risiko penyakit paru-paru akan lebih tinggi.

Otak

Terlalu lama menggunakan ganja dapat menyebabkan gangguan pada kemampuan berpikir, kehilangan memori akut, dan mengurangi fungsi otak. Gangguan ini sering kali berbahaya ketika melakukan kegiatan sehari-hari, terutama menyetir yang membutuhkan konsentrasi penuh (risiko tabrakan meningkat dua kali lipat).

Kesehatan mental

Biasa mengisap ganja diduga memperburuk atau meningkatkan risiko penyakit psikotik seperti skizofrenia. Selain itu, ganja juga bisa menimbulkan halusinasi (melihat hal-hal yang tidak benar-benar ada), delusi (percaya hal-hal yang tidak benar), depresi, rasa cemas, dan serangan panik. Risiko terkena penyakit psikotik lebih tinggi jika seseorang mulai menggunakan ganja di usia remaja dan memiliki riwayat penyakit mental dalam keluarga.

Sistem peredaran darah

Beberapa saat setelah mengisap ganja, detak jantung akan naik 20-50 denyut per menit sampai tiga jam. Bagi orang-orang berpenyakit jantung, detak jantung yang lebih cepat ini bisa meningkatkan risiko serangan jantung. Ganja diduga dapat menghentikan pertumbuhan pembuluh darah baru dan ini menguntungkan penderita kanker, karena aliran darah baru yang memberi nutrisi pada sel-sel kanker bisa dihentikan. Selain itu, ganja juga dapat menyebabkan naiknya tekanan darah tinggi jangka pendek, perdarahan, dan membuat mata menjadi merah karena pembuluh darah diperlebar.

Sistem pencernaan

Mengisap ganja dapat menyebabkan rasa menyengat atau sensasi terbakar (rasa perih) di mulut dan tenggorokan, mual dan muntah, tapi meningkatkan nafsu makan karena mengurangi mual dan muntah pada penderita AIDS dan kanker.

Sistem kekebalan tubuh

Efek ganja juga bisa membuat sistem kekebalan tubuh melemah. Akibatnya, tubuh menjadi semakin sulit melawan infeksi.

Kesuburan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap hewan, ganja dapat mengganggu produksi dan kualitas sperma, serta menurunkan level hormon testosteron dan libido pada laki-laki. Sedangkan pada perempuan, ovulasi dapat mengalami gangguan.

Kehamilan

Mengisap ganja selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak janin, memperlambat pertumbuhan janin, menyebabkan kelainan pada janin, dan leukemia pada anak. Selain itu, mencampur ganja dan tembakau diduga meningkatkan risiko bayi terlahir prematur atau terlahir dengan berat badan kecil.

Bayi menyusu

Ibu yang mengonsumsi ganja ketika menyusui dapat membuat zat kimia dalam mariyuana yang disebut delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) masuk ke dalam ASI. Akibatnya, pertumbuhan bayi akan terhambat.

Efek ganja selain tidak baik bagi kesehatan juga bisa membuat seseorang terkena jerat hukum. Di Indonesia, dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, ganja termasuk dalam narkotika Golongan I yang jika ditanam, dipelihara, dimiliki, disimpan dapat dikenai sanksi pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00.

Sumber:

Ganja adalah tanaman yang terdiri dari biji, bunga, daun, batang dari Cannabis sativa yang dikeringkan. Ganja juga diistilahkan dengan aunt mary, bc bud, blunts, boom, chronic, dope, gangster, grass, hash, herb, hydro, indo, joint, kif, mary jane, mota, pot, reefer, sinsemilla, skunk, smoke, weed, dan yerba.

Tanaman ganja telah dikenal manusia sekitar 8000 tahun yang lalu. Tanaman ganja secara botani diklasifikasikan oleh Linaeus pada tahun 1735 (Cit. Bartholomew) sebagai cannabis sativa yang digunakan untuk keperluan industri, hiburan, dan pengobatan. Ganja dikenal sebagai tanaman yang dapat menghasilkan serat untuk membuat benang, tali, dan tekstil. Ganja mulai digunakan dalam dunia pengobatan di Tiongkok pada tahun 2737 SM. Kaisar Shen Neng yang menganjurkan penggunaan ganja untuk mengobati berbagai macam penyakit. Ganja juga digunakan untuk upacara keagamaan oleh Suku Nomaden di Asia timur laut selama periode Neolitik. Ganja mulai dikenal di Amerika Serikat pada awal 1900-an. Pada akhir tahun 1920-an dilaporkan bahwa ganja digunakan dalam tindak kejahatan. Pada periode 1930-an dan 1940-an, dunia kedokteran menolak penggunaan ganja sebagai obat.

Pada awalnya, tanaman ganja yang memiliki nama latin cannabis sativa ini tumbuh di daerah timur dan tenggara Laut Kaspia, di Asia bagian barat, dimana banyak ditemukan tanaman cannabis yang dapat tumbuh liar di daerah tersebut. Namun, sebagai akibat dari keterlibatan manusia terhadap tanaman ini, maka sekarang tanaman ini dapat ditemukan tumbuh atau ditanam di seluruh dunia (Emmett & Nice, 2009). Sejak dahulu, cannabis sativa telah dianggap berharga dan banyak digunakan dalam bidang medis sebagai analgesik, anti-depressant, antibiotik dan sedatif (Rogers, 2011). Hal ini dikarenakan zat kimia cannabinoids yang terkandung di dalamnya. Zat tersebutlah yang memberikan efek intoksikasi pada manusia yang mengonsumsi ganja.

Cannabis mengandung lebih dari 460 jenis senyawa kimia, dimana lebih dari 60 senyawa di antaranya digolongkan dalam kategori cannabinoid (Amar, 2006). Jenis cannabinoid yang paling banyak mengandung zat psikoaktif dan terdapat didalam tanaman ganja disebut sebagai delta-9-tetrahydrocannabinol atau THC (Amar, 2006). Sementara itu, senyawa kimia cannabinoid yang lain, seperti delta- 8-THC , cannabinol , cannabidiol , cannabicyclol , cannabichromene , dan cannabigerol , hanya ada pada jumlah yang sedikit dan tidak memilki efek sebesar THC (Amar, 2006). Meskipun demikian, senyawa cannabinoid selain THC, seperti cannabidiol yang tidak bersifat psikoaktif, diketahui memiliki fungsi sedatif, anti-konvulsan serta melindungi sel saraf dari sifat racun glutamat dengan berperan sebagai anti-oksidan, anti-inflamasi, anti-jamur dan anti-bakteri (Tim Lingkar Ganja Nusantara, 2011).

Selain itu, tanaman ganja juga diketahui memiliki manfaat dalam bidang industri. Ganja diketahui dapat diolah untuk menjadi bahan bakar nabati ( biofuel ) yang dapat menjadi bahan bakar alternatif. Serat ganja juga dapat digunakan sebagai bahan baku tali dan pakaian. Bahkan, minyak biji ganja juga dapat dimanfaatkan untuk merawat penampilan, dimana di Amerika Utara minyak biji ganja telah menghasilkan produk-produk, seperti sabun batangan, sabun cair, krim wajah, krim tangan dan kaki, minyak urut serta pelembab bibir (Tim Lingkar
Ganja Nusantara, 2011).

Efek Penggunaan Ganja


Penggunaan ganja akan memberikan efek atau pengaruh terhadap fisiologis maupun psikologis manusia. Akan tetapi, efek yang ditimbulkan dapat menjadi pengalaman subjektif yang berbeda-beda pada setiap orang, bergantung pada banyak hal. Hal-hal tersebut antara lain, dosis yang digunakan, lingkungan tempat menggunakan ganja serta mood atau kepribadian pengguna ganja, familiaritas terhadap ganja dan harapan yang diinginkan dari penggunaan ganja (Iversen, 2000). Selain itu, cara menggunakan ganja (dihisap dalam bentuk rokok, dimakan, diminum) juga dapat memengaruhi efek yang diberikan (Rogers, 2011). Lebih lanjut, efek yang biasa ditimbulkan dari penggunaan ganja terhadap fisiologis manusia, antara lain pusing, kepala terasa ringan, gangguan pada koordinasi dan gerakan, sensasi berat pada tangan dan kaki, rasa kering pada mulut dan tenggorokan, merah atau iritasi pada mata, penglihatan menjadi tidak jelas, detak jantung menjadi lebih cepat, rasa sesak di dada, adanya keanehan pada pendengaran (seperti mendengar bunyi berdengung, terasa ada tekanan atau suara yang berubah) serta munculnya rasa lapar yang biasa diasosiasikan dengan keinginan atas sesuatu yang manis (Rogers, 2011).

Sementara itu, efek-efek yang biasa dirasakan dari penggunaan ganja terhadap keadaan psikologis, antara lain perubahan mood (termasuk tertawa cekikikan, kegembiraan dan euforia), distorsi perseptual (terhadap ruang, waktu, jarak), disorganisasi proses berpikir (seperti terpecah-pecah, gangguan memori, atensi cepat berubah) dan kehilangan kontak dengan realitas (tidak merasa terlibat dalam hal yang sedang dikerjakan). Selain itu, adapula efek psikologis yang bersifat positif, yaitu kemungkinan adanya peningkatan rasa penghargaan diri dan peningkatan dalam kemampuan bersosialisasi (Rogers, 2011).

1 Like