Apa yang anda ketahui tentang Candi Tawangalun Sidoarjo ?

Candi Tawangalun

Candi Tawangalun merupakan salah satu candi peninggalan kerajaan Majapahit di kabupaten Sidoarjo. Candi Tawangalun ini sangat berbeda dengan candi-candi yang ada di Sidoarjo pada umumnya karena candi Tawangalun ini berada di perbukitan tidak seperti candi lainnya yang berada di area pemukiman warga. Candi ini berbentuk seperti atap rumah berbentuk trapesium.

Apa yang anda ketahui tentang Candi Tawangalun Sidoarjo ?

Selintas Candi Tawangalun hanya seperti tumpukan batu bata yang tidak terawat, dan seolah kebetulan tertata di lokasi tersebut. Hal ini disebabkan bangunannya hanya tinggal separuh bagian, sedangkan bagian lain sudah menjadi puing-puing. Namun apabila diamati baru nampak adanya tatanan atau arsitektur candi atau bangunan religious pada masa lalu. Candi ini dibuat dari batu bata merah, diperkirakan Candi Tawangalun didirikan pada tahun 1292, jadi merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit.

Latar belakang yang mendasari dibangunnya candi ini terdengar unik dan romantis. Candi Tawangalun ini sengaja dibangun sebagai tanda cinta kasih kepada sang selir yang sangat dicintainya. Menurut cerita setempat, di wilayah Tawangalun ini pernah berkuasa raja yang sakti mandraguna. Dia bernama Resi Tawangalun, raja tersebut bukan dari bangsa manusia, tapi dari bangsa jin sehingga tidak semua orang bisa mengetahui kehadirannya. Raja ini mempunyai seorang anak gadis, setelah dewasa gadis ini ternyata memendam rasa cinta pada Raja Brawijaya, penguasa Kerajaan Majapahit.

Untuk mewujudkan keinginan anaknya menjadi selir raja, maka Resi Tawangalun menyulap anaknya sehingga menjadi putri yang sangat cantik sehingga kecantikannya terkenal di seluruh negeri. Raja Brawijaya pun terpikat pada kecantikannya dan kemudian menyuntingnya sebagai selir.

Tetapi ada satu hal yang tidak bisa ditinggalkan oleh putri jin tersebut yaitu masih menginginkan makanan berupa daging mentah, sehingga secara sembunyi-sembunyi sang putri masih sering menyantap makanan kesukaannya tersebut. Hingga pada suatu hari seorang dayang istana mendapati putri makan daging mentah. Kelakuan aneh ini menjadi bahan perbincangan di kerajaan. Hingga raja sendiri kemudian mengusir putri dari kerajaan.

Dengan cucuran air mata, ia kemudian kembali ke kerajaan ayahnya di Tawangalun. Pada saat itu ternyata dia dalam keadaan hamil, putri Resi Tawangalun tersebut menantikan kelahiran bayinya ke dunia dengan penuh ketabahan dan penderitaan. Hingga lahir seorang bayi dengan jenis kelamin laki-laki, yang kemudian diberi nama Joko Dila atau Arya Damar.

Sejak kecil Arya Damar diasuh oleh ibunya dan kakeknya. Saat dewasa, Arya Damar pun menanyakan perihal siapa ayahnya. Karena dirasa sudah dewasa dan sudah waktunya menceritakan rahasia yang tersimpan. Ibu Arya Damar kemudian menceritakan siapa sebenarnya ayah dari anaknya tersebut. Mendengar cerita dari ibunya, Arya Damar sangat terkejut, dia tidak menyangka jika dirinya masih keturunan dari Raja Majapahit. Dengan niat menemui ayahnya, Arya Damar lantas pergi ke Majapahit. Namun, bukannya sambutan baik yang didapat, malah Arya Damar diusir dari Majapahit. Karena kecewa dengan dengan perlakuan ayahnya, Arya Damar pun balik ke Tawangalun dan bertapa di Candi Tawangalun hingga moksa.

Legenda itulah yang hingga saat ini masih sangat dipercaya oleh masyarakat setempat. Karena itu, setiap 1 Syura warga ramai-ramai melakukan bancakan di kompleks Candi Tawangalun. Bahkan beberapa orang “pintar” menyebutkan bahwa dibalik candi sederhana yang terkesan berantakan itu terkandung kesan sacral dan sangat cocok untuk melakukan meditasi, semedi, atau bertapa serta mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

sumber : situsbudaya.id